"Aku berniat melatihmu di fasilitas TAPOPS sebagai kadet. Tanpa perantara." Aku menyilang tangan, dan mengutarakan maksud dan tujuanku jauh-jauh datang kemari. "Kamu setuju atau tidak?"

Senyum terbit di wajah mengantuknya Arumugam. Hal itu menyebabkan terbentuknya lesung pipi yang manis.

"Aku tidak bisa memungkiri," Kata Arumugam, "aku beruntung sekali. Aku sangat ingin melawan Nebula."

Melawan Nebula, katanya. Orang ini tidak bisa melawan Nebula jika ia tidak bertemu aku—manusia baik hati, tidak sombong, berhati mulia, dermawan, bijaksana, kaya raya, dan cantik jelita seperti aku—sebab dia terlalu prematur untuk mendeklarasikan kebenciannya pada Nebula. Dia tidak bisa melihat. Nebula akan langsung menyemburkan gas beracun ke depan wajahnya sebelum Arumugam memulai perkelahiannya.

"Ikut denganku. Kita pergi dari sini sekarang." Aku membalikkan badan.

Arumugam tidak siap. Ia meraba-raba ke sepenjuru kasurnya, dan menggenggam tongkat kayunya. Ia menyentak-nyentak tanah dengan tongkat kayu untuk mengindera apakah sepuluh senti pijakan di depannya masihlah aman atau tidak.

Aku meliriknya sebentar ketika ia keluar dari tenda kemudian pergi menuju wilayah barak. Arumugam sesekali mewaspadai batu-batuan dan kerikil breksi yang mencuat dari tanah. Dia begitu tidak terampil dalam berjalan. Arumugam kesusahan. Arumugam kelihatan tidak senang. Arumugam menggigit bibir tiap kali ia hampir terpleset jatuh karena kontur tanah. Ia baru saja nyaris tergelincir di permukaan milonit sebab tidak siap akan reliefnya. Dan ketika ia menormalkan kembali postur punggungnya setelah ia menahan bobot tubuhnya di tongkat dan berniat buru-buru menyusul langkah cepatku, Arumugam terbentur tali-temali yang terhubung pada pasak kamp. Ia jatuh.

LoopBot hanya memerhatikannya. Tatapannya menyiratkan rasa kasihan.

Dengan ekor mata, aku menyaksikan bagaimana Arumugam jatuh, dan ia kehilangan tongkatnya. Lagi-lagi, tongkatnya terlempar lumayan jauh darinya. LoopBot segera memungut tongkatnya, kemudian menyerahkannya pada Arumugam.

Aku manahan napas. Aku tidak terbiasa memaklumi. Jika ini pertempuran, Arumugam akan mati. Sulit sekali rasanya mentoleransi inkompetensinya Arumugam. Aku membalikkan badan, dan dengan gondok, menarik tangan Arumugam agar ia bangkit. Hari ini, ia menyentuhku terlalu banyak, dan ia memaksaku menyentuhnya juga. Kurang ajar.

Arumugam kini telah berdiri.

"Makasih banyak, Laksamana." Ia memelas dan terdengar tulus.

LoopBot mengembalikan tongkatnya.

"Oh, ini. M-makasih juga." Arumugam memeluk tongkatnya.

"Hati-hati, ya." LoopBot menasehati. Aku memincingkan mata pada LoopBot. Power sphera ini rasanya lebih menyebalkan daripada Mechabot. Tak ada gunanya menasehati Arumugam. Dia buta, tapi bersikeras ingin menghajar Nebula.

LoopBot kembali ke direksi navigasinya. Ia terbang rendah ke pesawat luar angkasaku yang terparkir cantik di balik barak. Aku mau melanjutkan perjalanan, namun aku mengintip Arumugam sebentar dengan ekor mataku—bangsat! Baru ditinggal mengedip! Dia sudah akan celaka lagi dengan menabrak sisa-sisa api unggun di dekat kakinya.

Aku menghembuskan napas gusar. Aku memegang telapak tangan Arumugam dan menyimpannya di pundakku.

"Kamu selalu jatuh!" Aku mengomel. "Pegang pundakku dan jalan!"

Dia mengangguk menurut. Arumugam berjalan mengikuti aku di belakang. Jika tidak begini, maka ia akan jatuh sekurang-kurangnya lima kali sebelum naik ke pesawat luar angkasa. Betapa repotnya aku, tuhan.

Aku masuk ke kokpit. LoopBot dan Arumugam juga ikutan. LoopBot segera duduk di seat penumpang, lalu memasang seatbeltnya secara mandiri alih-alih duduk di charging station dan hibernasi di sana. Aku menepis tangan Arumugam dari pundakku, mendorong kedua pundaknya ke bawah agar bongkongnya mendarat di seat sebelahnya LoopBot. Terpaksa, aku bertekuk lutut, dan aku menarik seatbeltnya Arumugam dari pundak melintang ke bagian pinggangnya. Aku bahkan menguji apakah mekanisme penguncian spoolnya sudah tertaut sempurna atau belum.

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroWhere stories live. Discover now