"Setidaknya kita masih bisa bermalam disini" balas Sean.

Muti menatap sekelilingnya, mereka setuju untuk sama-sama duduk di bawah, agar tidak tampak dari luar di dalam bus itu ada orang.

"Gak apa-apa, kita bisa melalui ini" ujar Muti mencoba menyemangati, meski lebih tepatnya itu untuk diri sendiri.

Bella menoleh ke belakang. "Ada yang bawa gadget gak?, boleh dong pinjemin"

Ketiga murid SMA yang tidak banyak berbaur itu saling pandang, lalu satu orang melangkah maju, menyerahkan tablet pada Bella.

Sean melirik, ingin tahu apa yang akan Bella lakukan.

"Saat-saat begini kita juga perlu sharing kabar sama orang internet."

Lepas Bella bicara, Ella dari belakang menyahut. "Maksud lo, kita ikut siaran lawan zombie?"

Bella berpindah tempat duduk, untuk adu mulut dia harus bertatapan dengan lawannya.

"Kalo lo mau, ya lo aja! Gua gak bodoh untuk lakuin hal itu!" Bella membalas dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

Ella terkekeh meledek, "bisa apa si lo? Dari awal juga lo gak bakal bisa apa-apa, lo kan anak dewan petinggi partai. Yang lo bisa cuma-"

Dengan cepat Bella memotong. "Terus lo bisa apa?, gua yang anak petinggi partai aja gak bisa apa-apa. Apalagi anak sebatang kara yang cari nafkah dari bar murahan!" Bentakan Bella langsung membuat 2 kawan Ella bangkit ingin melawan. Mereka jelas tersinggung.


Nuga maju satu langkah. "Mulut lo gak ikut di sekolahin tinggi juga?" Harga dirinya sedikit terluka.

"Kenapa bawa-bawa pendidikan?, iri ya?"

Arul langsung menengahi, sebelum perdebatan itu semakin melebar.

"Udah Bell, udah!. Kita dengerin kok rencana lo. Pasti lo punya yang terbaik" Arul menahan tangan Bella sembari menghalangi perempuan itu dari ketiga orang yang tadi siap menantangnya.

"Awas!" Bella menepis tangan Arul, kemudian kembali duduk di bangku depan.

Arul berbalik, ia melihat Aldi juga menahan Ella. Mungkin sejak awal Aldi memang tidak ingin ikut berdebat.

"Bisa gak sih, kita akur aja?. Untuk sampai nyelamatin diri aja!. Setelah kita kembali ke daerah aman masing-masing, terserah kalo masih mau musuhan" kini Muti yang angkat bicara. Ia malas menanggapi perdebatan tidak penting.

"Betul!, kalo gini terus yang ada kita malah memperkeruh keadaan. Tujuan kita kan satu. Selamat!" Lanjut Heni sembari menatap satu-persatu wajah layu di hadapannya.

Semuanya kembali terdiam, Arul tidak lanjut buka suara. Entah kenapa akhir-akhir ini ia jadi melembek. Tidak selera memimpin rencana.

Bella menyandarkan kepalanya di jendela, sekarang ia malah tidak mood untuk menjalankan rencananya.

Sean dari tadi sengaja diam saja. Ia tidak mau buang-buang banyak tenaga untuk berdebat tidak penting.

"Bell, ayo lanjutin!" Lirih Sean tanpa menolehkan wajahnya pada Bella.

Sejenak Bella menatap Sean, api semangatnya kembali memercik. Ia mulai menyalakan tablet, memasukkan akun insta-nya untuk melakukan sesuatu disana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

In a dead city Where stories live. Discover now