SAKA WUNI

58 7 0
                                    

Berdiri di hadapan para pembelot yang telah lama bersembunyi di bawah tanah Hutan Siluman, Saka Wuni, putri mahkota Kerajaan Lingkar Jati, menatap tajam para tua-tua serta cendikiawan yang duduk bersila dengan kepala menunduk. Mereka tidak berani menatap sang putri yang masih sangat muda, tetapi sudah mampu menguarkan wibawa dan karisma yang terasa sangat mengintimidasi.

"Tempat ini tidak layak untuk kalian! Ikut aku, kembali ke jalan yang benar, Guru, Paman!" Saka Wuni yang sudah berusia 23 tahun itu berbicara berapi-api untuk mengibarkan semangat para tua-tua, cendikiawan serta semua orang yang bersembunyi di kolong bumi ini.

"Tapi, kami aman di sini, Tuan Putri," ujar salah seorang kakek berjenggot putih dengan kepala tetap menunduk.

"Aman?" Saka Wuni mendengkus sinis. Ketika kembali bicara nadanya pun menjadi sinis juga, "Aman dari apa, Guru? Siapa yang mengancam keselamatan kalian?" Kemudian suaranya semakin meninggi dan tatapan pun kian tajam. "Tidak ada, kan?! Kalian hanya merasa ketakutan sendiri. Ketakutan setelah rencana pemberontakan kalian gagal total!"

Menahan luapan amarah, tubuh Saka Wuni sampai gemetaran. Seorang pemuda menghampirinya, lalu menepuk lembut bahu gadis itu untuk memenangkan.

"Cukup, Wuni. Atur napas, tenangkan diri dulu. Beristirahatlah, biar aku yang bicara dengan mereka."

Saka Wuni menatap pemuda itu dengan sorot mata layu, seolah ingin menyampaikan bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk membujuk. "Arya Bangun, aku ...." Dia tidak tahu harus berkata apa, pada akhirnya pergi begitu saja tanpa menuntaskan kalimatnya.

Arya Bangun menatap kepergian Saka Wuni hingga gadis itu menghilang dari pandangan. Setelah itu, mengalihkan perhatian pada orang-orang yang masih duduk tenang dengan kepala tertunduk.

Mereka adalah orang-orang yang selama ini selalu berseberangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan alasan ingin membangun negeri menjadi lebih baik, mereka diam-diam menghimpun kekuatan untuk melengserkan Prabu Jati Yudana yang sekarang ini bertakhta.

Sayangnya, rencana mereka gagal total karena sang pelopor sudah berhasil dibekuk sebelum sempat melancarkan aksinya. Orang-orang pengecut ini melarikan diri dan bersembunyi di bawah tanah Hutan Siluman entah karena takut diadili atau kerana tidak sudi berkerja sama dengan pemerintah.

Arya Bangun adalah putra penasihat raja sekaligus sahabat Saka Wuni sejak kecil. Sekarang tugasnya adalah mendampingi Saka Wuni dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang putri mahkota.

Setelah menghela napas panjang, Arya Bangun berkata, "Dia sangat bersemangat. Cita-cita terbesarnya adalah mempersatukan semua orang yang memiliki keinginan untuk membangun dan memajukan negri ini."

Hening. Mereka para orang dewasa yang berpendidikan juga sangat berpengaruh sebelumnya, seolah juga tidak berkutik di hadapan Arya Bangun yang di usia muda telah memiliki kedewasaan serta kebijaksanaan yang sangat mengagumkan. Tidak Seorang pun yang berani bersuara maupun sekadar menaikan pandangan.

"Kami tau, kalian hanya orang-orang yang kurang memiliki ketetapan hati sehingga mudah dipengaruhi. Keinginan kalian untuk membangun negri, sama dengan keinginan sang prabu dan keinginan kami semua yang ada di pihak beliau. Jika bisa bekerja bersama, kenapa harus berebut kekuasaan? Kenapa malah bersembunyi di tempat seperti ini alih-alih mengakui kesalahan dan mempertanggungjawabkan, lalu kembali bekerja sama dengan gusti prabu untuk bersama-sama mewujudkan impian?"

Arya Bangun yang awalnya hanya berdiri di tempat, sekarang mondar-mandir perlahan dengan kedua tangan menyilang di belakang.

"Kalian pastinya tau, untuk sampai di sini apa yang harus kami hadapi."

Seperti teringat pada sesuatu yang sangat mengejutkan, orang-orang itu bersamaan menaikan pandangan dan menatap nanar Arya Bangun yang sudah kembali berdiri di tempat semula.

Saka WuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang