2

9 4 0
                                    

Saat ini, di kantor ada sebuah acara seorang karyawan yang ulang tahun. Banyak balon-balon berterbangan di bawah. Sepertinya ulang tahunnya meriah sekali, jujur Jane benar-benar merasa iri dengan orang ini.

Wanita itu di kasih kejutan yang super spesial dari rekan kerjanya, kue ulang tahun, hadiah dan lainnya bahagia sekali kan. Berbeda sekali dengan Jane saat ia ulang tahun, boro-boro ada yang memberikannya kejutan seperti itu dari kue ulang tahun, hadiah tidak ada yang pernah memberikannya bahkan ucapan ulang tahun pun tidak pernah ia dengar dan ucapkan dari sahabat apalagi keluarganya.

Tapi saat orang lain yang ulang tahun, Jane yang paling semangat memberikan ucapan apalagi hadiah, menyedihkan sekali kan seperti tidak berharga hidupnya oleh dunia itu menyakitkan.

Jane menatap di depannya dengan nanar, ia berkecil hati. Ia memang benar sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang mau menghargainya ada, apalagi sekedar ucapan ulang tahun.

Tanpa sadar ia tersenyum kecut, air matanya mengalir begitu saja. Dan ia lebih memilih untuk ke ruang lain.

Jane berhenti di depan ruang pantry, sepertinya ia akan menyeduh minuman hangat. Ia kesal jika harus berlama-lama di dalam, itu akan membuat rasa iri di hatinya semakin besar.

"Kamu ngapain?"

Tiba-tiba suara seseorang dari belakang tubuhnya terdengar, suara yang berat dan dingin.

Jane berjengit kaget, hampir saja. untung cangkir di tangannya tidak ia lempar ke wajah orang itu.

"Kaget saya pak! Bapak tiba-tiba di belakang saya kaya hantu aja." celetuk Jane dengan keras sambil mengelus dada nya yang masih berdetak kencang.

"ehem, kamu bilang saya apa?" deheman dari orang itu langsung menyadarkan Jane, dengan cepat ia mencoba mengingat siapa orang di depannya ini.

Tapi nihil, ia tidak ingat sama sekali.

'Eh? ini kan orang yang di tangga darurat?' batin Jane setelah mengingat.

Deg

matanya membulat kaget, dengan cepat ia mencoba membungkuk hormat.

"Eh, Maaf Pak. Saya gak bermaksud memanggil bapak hantu, serius saya tadi kaget pak." seru Jane dengan wajah merasa bersalah.

"Gak usah pake Pak, saya gak setua itu." balas orang itu lalu langsung duduk di kursi dekat pantry.

Jane yang melihat itu ikut duduk berhadapan dengan orang itu. Tiba-tiba di pikirannya terlintas sesuatu.

"Pak? mau saya buatin teh lemon ala rumahan gak?" ucap Jane menawarkan dengan semangat.

Orang itu yang mendengar tawaran tersebut mengangkat satu alisnya, membuatnya berpikir. aneh sekali wanita ini, dengan cepat ia mengangguk.

"Ya." singkat orang itu lalu memilih bermain ponselnya, sesekali melirik Jane yang sibuk mengotak atik bahan-bahan untuk membuat sesuatu itu dengan semangat, entahlah ia tidak tau apa yang ingin wanita itu buat.

Jane saat melihat orang itu setuju untuk di buatkan teh langsung tersenyum dengan semangat. Ia harus memberikan rasa teh terbaik untuk orang yang ia sukai ini.

Bahkan ia kadang melirik orang itu di depannya yang sibuk bermain ponselnya.

"Tara~ sudah jadi, cobalah!" seru Jane dengan semangat menyodorkan teh lemon hangat itu di hadapan orang itu.

Orang itu melirik ke Jane, "Kamu gak racunin saya kan?"

Jane mengeleng yakin.
"Mana mungkin! Minum aja, bapak pasti suka!"

Setelah menghirup aroma teh itu perlahan, ia menyesap teh itu.

Deg

Rasanya benar-benar berbeda.

Ini teh terenak yang pernah ia coba, dengan cepat ia menyeruput teh itu dengan rakus.

"Pak, pelan-pelan minumnya. Nanti tersedak loh" ucap Jane tertawa sedikit melihat tingkah orang di depannya, orang ini benar-benar lucu sekali. Jane jadi makin cinta.

Eh, sadarlah Jane. tidak akan mungkin!

"ehem, Ya. Gak buruk." ucapan orang itu membuat Jane tersadar lalu langsung menoleh ke arahnya.

"Tentu! Terima kasih pujiannya heheh," balas Jane sambil tertawa.

Tiba-tiba ponsel milik orang itu berbunyi, sepertinya ada telepon.

Jane bisa lihat orang itu mengangkatnya.

"Halo Prim,?"

Jane yang mendengar nama Prim di sebut tiba-tiba menjadi berubah. Wajahnya yang tadi sumringah berubah menjadi datar dan kembali diam, lalu langsung pergi meninggalkan orang itu sendiri yang masih sibuk menelepon.

"Ya. saya kesana sekarang."

tutt tutt

Setelah panggilan berakhir ia langsung melihat sekeliling, wanita itu sudah pergi ternyata.

"Aneh, dan unik." gumamnya sambil menghabiskan teh lemon di depannya itu.

...

Setelah yang terjadi tadi di ruang pantry Jane langsung memilih ke roftoop, Jane menghela napas kesal, ia semakin sadar diri sekarang. Bahkan semesta tidak mendukungnya, ia ingin menangis sekarang.

"HUAAAA!!! NYEBELIN BANGET!!!! KENAPA DUNIA JAHAT BANGET SIH!" Teriak Jane dengan keras, ia sudah tidak perduli jika ada seseorang yang mungkin akan mendengar suaranya. Ia benar-benar ingin menangis sekarang, tapi sekarang masih di lingkungan kerja, kan kalo nangis berarti ia tidak profesional dong.

Dengan cepat ia terduduk sambil merenungi hidupnya.

"Kasihan sekali hidupmu Jane...."  gumam Jane, sudah ke empat kalinya ia menghela napas.

Atensi Jane beralih ke ponselnya, ia ingin menghubungi sahabat dekatnya, mungkin curhat sedikit bisa mengurangi beban di pikirannya.

"Jane? ada apa?"  Suara dari sebrang telepon membuyarkan lamunan Jane.

"Kak Naka sibuk?" Balas Jane dengan suara parau.

"Kamu kenapa? kamu nangis?"  Tanya Naka dengan nada khawatir.

"...."  Jane tidak menjawab.

"Jane?"  Panggil Naka dari telepon yang tidak menerima jawaban itu, padahal telepon masih tersambung tapi Jane sama sekali tidak bersuara.

"Halo? Jane?!"  Teriak Naka pada akhirnya.

"Ah! Maaf kak aku tadi gak denger suara kak Naka." bohong Jane.

"Jane, kamu lagi ada masalah ya? sini cerita"

"Kak.. Jane bener-bener gak kuat di tempat kerja Jane, Jane merasa gak pantes buat ada disini..."

"Jane mer--"

"No Jane! Kamu gak boleh menyalahkan diri kamu kaya gini, kata siapa kamu gak pantes hm? coba bilang sama kak Naka"

"Kamu tuh cantik, baik, dan suka menolong. Pasti kamu terpengaruh kan sama omongan mereka? stop dengerin mereka oke?"

"Kakak... makasih udah jadi penenang sekaligus support system aku..."

"Too Jane, ada aku disini jangan merasa sendiri yaa... need hug?"

"Sure kak, hug jauh kak Naka makasih kak... aku jadi semangat lagi sekarang!"

"Pasti! Sampai ketemu yaa nanti aku jemput yaa"

"Gak usah kak, aku pulang sendiri nanti kita ketemu aja ya,"

"Hmm, up to you Jane. See you!"

"Iya kak, see you!"

Setelah panggilan terputus Jane menghela napas lega, syukurlah ada Naka yang bisa ia jadikan tempat sandarannya selama ini.  Kalo gak ada Naka mungkin Jane udah hancur, dengan cepat Jane memasukan kembali ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya.



●●●●●○○○○○○○○○○

To be continued !!

Rewind || Doyoung NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang