002

87 21 2
                                    

Tanpa pikir panjang, [Name] mengambil langkah cepat menghampiri bocah laki-laki itu. Dan mobil itu masih melaju dengan cepat kearah mereka. Tangan [Name] terulur meraih kerah belakang bocah itu dan menarik kearah belakang, tepat kearah tubuhnya sendiri. Mobil yang melaju dengan cepat sudah sangat dekat dengan posisi mereka.

Sampai...

.
.
.

CKIIIITDRR!

BRAK!!

•°•°•°•°°•°•°°•°•°°•°•°°•°•°•°°•°•°°•°•°•°°•°•°•°°•°•°•°

Sudut pandang kedua.


Ketika [Name] membuka matanya, ia disuguhi pemandangan mobil yang sudah berhenti dengan asap yang keluar dari mesin mobil. Dia lalu melihat ke bawah dan melihat bahwa bocah laki-laki itu telah berada di pelukannya dengan selamat.

"Hah... Syukurlah." Gumam [Name] sambil menghela nafas, masih mendekap tubuh kecil bocah laki-laki itu. Tapi tidak lama kemudian ia mendengar ada suara isak tangis anak-anak dan [Name] pun merasakan kalau baju bagian dadanya telah basah.

"Hah...? Lah.."
.
.
.

Sudut pandang pertama.
.
.
Aku sedikit membeku ketika mendengarkan suara isak tangis yang berasal dari anak yang ada dipelukan ku, sial. Kenapa bocah ini malah menangis setelah aku menyelamatkannya?

"Hey apa ada yang terluka?" Tanyaku sambil melonggarkan dekapanku dan melihat ke sekeliling tubuh bocah itu dengan panik tapi dia tidak merespon ku yang membuatku lebih panik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hey apa ada yang terluka?" Tanyaku sambil melonggarkan dekapanku dan melihat ke sekeliling tubuh bocah itu dengan panik tapi dia tidak merespon ku yang membuatku lebih panik.


"Jawab aku, jangan membuatku semakin panik, bocah." Jujur, disini aku ingin mengambil kantong belanjaanku dan langsung kabur. Tapi mana bisa aku meninggalkan anak-anak terutama maish dibawah umur di tempat seperti ini?

"Apa kau kehilangan orang tuamu ketika berjalan-jalan? Atau tersesat?" Aku terus melemparkan pertanyaan pada bocah itu, tapi nihil. Tidak ada jawaban sama sekali kecuali suara isak tangisnya yang terdengar.

...

Oke... Aku harus benar-benar melakukan ini.

Aku dengan ragu-ragu kembali mendekap tubuh kecil bocah itu, sial. Rasanya sangat beda saat aku mendekapnya tadi. Tanganku yang berada di punggung kecilnya mulai bergerak dan mengelusnya dengan lembut, mendekapnya ke tubuhku. Mencoba membuatnya tenang.

"..semua akan baik-baik saja, kau sudah aman bersamaku. Tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi." Ucapku pelan didekat telinganya, sambil terus mendekap dan membisikkan kata-kata untuk menenangkannya.

Aku sebenarnya tidak berpengalaman dalam menenangkan anak-anak. Kuharap ini dapat menenangkan nya, ya setidaknya sampai dia berhenti menangis seperti ini. Aku merasa kesan diriku saat ini seperti seorang penculik.

Setelah beberapa saat, aku mendengar kalau isak tangis bocah itu sudah berhenti. Tapi sesekali aku mendengar isak tangisnya lagi, walaupun tidak separah tadi.

Aku mengajak anak itu untuk duduk di salah satu bangku di taman, tentu saja aku tidak melupakan kantong belanjaanku. Aku memberikan bocah itu roti isi selai dan susu kotak.

Entahlah. Aku merasa bersalah karena dia telah menangis, walaupun sepertinya itu bukan salahku.

Aku diam-diam melirik kearah bocah yang masih saja diam, dia hanya memegang kotak susu dan kemasan roti yang kuberikan. Lalu mataku beralih menatap wajahnya, aku bisa melihat wajahnya yang tampaknya kelelahan.

Perban berada di pipinya, aku juga bisa melihat kantung mata pada bocah itu. Kecil-kecil sudah banyak pikiran, apa keluarga nya ga akur? jangan sampai deh..

Kami hanya terus diam-diaman, tidak ada salah satu dari kamu yang angkat bicara. Semua hanya terus begitu sampai tiba-tiba seorang pria bertubuh jangkung mendekati kami.

"Ah, kamu disini rupanya."

"Ah..! Hyung!"

Aku menoleh kearah bocah itu yang langsung memeluk pria bertubuh jangkung itu, aku bisa melihat tangan pria itu sedang mengelus kepala bocah yang ku selamatkan. Tapi aku cukup terkejut karena mereka ternyata saling mengenal. Apakah pria itu kerabat nya? atau ayahnya? atau kakaknya? tapi masa kakaknya tinggi banget gitu. Atau mungkin aku nya saja yang kependekan?

"Nona, terima kasih karena telah menemukan keponakan saya."

"Tentu... sama-sama."

Aku sedikit melirik kearah mata bagian sebelah kiri pria itu, seperti bekas luka terkena pisau? pedang? atau belati? Entahlah. Tapi bekas luka itu cukup menonjol untuk ku.

"◾◾◾, berterima kasihlah kepada nona ini."

".. terima kasih.. karena telah menolongku, dan juga atas pemberianmu ini.." suara anak itu cukup lembut dan sedikit pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.

'◾◾◾? nama yang terdengar familiar..'
Aku hanya memberikan senyuman lembut pada bocah itu, dilihat-lihat sih lucu juga anak kecil itu.

Pria jangkung itu hanya mengangguk kearahku, sebelum menggenggam tangan kecil bocah itu dan pergi ke arah yang berlawanan dengan ku. Yah, mereka berdua terlihat sangat harmonis. sangat bahagia.

Aku menatap punggung mereka yang perlahan mulai menghilang dari pandangan ku, aku menghela nafas lega sebelum meraih kantong belanjaanku dan berjalan untuk pulang.

Setelah sampai dirumah aku, aku segera melepas mantelku dan menggantungkannya. Aku lalu membawa kantong belanjaanku ke dapur untuk menyimpan persediaan makanan, dan membawa barang yang bukan niatku untuk disimpan di dapur. Sisa belanjaanku, aku simpan di dekat meja kerjaku.

Aku naik ke kasur dan merebahkan diriku dengan nyaman, tatapanku terkunci pada langit-langit kamar dan pikiranku melayang ke insiden tadi.

"Anak tadi dan pria jangkung itu.. cukup familiar. Tapi aku rasa kami belum pernah bertemu?"

Entahlah, memikirkannya saja sudah membuatku mengantuk.



Sudut Pandang Kedua

[Name] merasakan kelopak mata nya semakin berat, ia pun semakin susah untuk menahan rasa kantuknya. Tak sanggup lagi, ia akhirnya menutup matanya dan menyerahkan diri ke rasa kantuk yang tak tertahankan itu.

TBC

•°•°°•°•°°•°•°•°•°°•°•°•°•°°•°•°•°•°°•°•°•°°•°•°•°•°°•°•

Yang terakhir kesannya kaya yang meninggal

♪ !៹ ࣪˖ Another Universe ⊹ ᨘ໑ 「Orv x Reader」Where stories live. Discover now