chapter 01 sei juu-ji gakuen

22 3 0
                                    

Sore itu matahari bersinar begitu indah. Beberapa burung berterbangan untuk pulang menuju rumah. Sebuah bangunan yang dimana seseorang telah menunggu kehadiran kita. Tempat dimana kasih dan sayang dicurahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tak ada yang lebih baik dari pulang kerumah. Itulah menurut Rin. Seorang remaja laki-laki yang kini telah berusia 15 tahun.

Selama hidupnya ia hidup dalam suatu biara di wilayah selatan. Rin tahu jawabannya. Meski begitu ia bersikap acuh seolah tidak mengetahui apa-apa. Di sana Rin tak hanya sendirian, ia tumbuh bersama saudara kembarnya, Yukio. Sifat mereka bertolak belakang. Meskipun begitu mereka memiliki kesamaan yang tak terlihat oleh orang lain.

Rin selalu bersikap blak-blakan. Ia tak akan segan-segan melakukan sesuatu yang ia rasa perlu. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan Yukio. Entah mengapa Yukio jauh terlihat lebih dewasa ketimbang dirinya.

Jika diibaratkan Rin dan Yukio adalah sebuah langit dan bumi. Perbedaan mereka sangatlah jauh. Namun dibalik sifat Rin yang terkadang kekanakan, ia memiliki jiwa dewasa yang bahkan lebih dewasa dari adiknya bahkan ayah angkatnya.

"Sepertinya aku terlalu sibuk dengan pekerjaan baruku," ucap Rin sembari memandang langit senja.

Tak ingin berlama diluar rumah, Rin bergegas untuk pulang. Dalam perjalanan ia melihat segerombolan remaja seusianya. Mereka terlihat senang menembaki beberapa ekor merpati. Rin yang tak tega melihat itu bergegas menghampiri sekelompok berandalan.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Rin dengan wajah datar. Ia mengenal orang-orang itu.

"Apa kau tak lihat, tentu saja membasmi hama." Reiji tak menghiraukan keberadaan Rin. Ia terus menembaki burung merpati itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tch ..." Rin membalikkan badannya. Ia tak berniat untuk menolong burung itu. Ia tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Lagi pula ia sudah terlambat untuk pulang kerumah. "Semua manusia sama saja. Mereka bersikap seolah berperang dengan iblis. Kenyataannya mereka tak jauh berbeda dengan iblis."

Rin terus mengoceh hingga tanpa sadar jika ada seseorang yang sudah menunggunya didepan pintu. "Aku pulang, Yukio," sapa Rin menyadari kehadiran sang adik.

Dia Yukio Okumura adik Rin Okumura. Tinggi mereka tak jauh berbeda hanya wajah Yukio sedikit lebih dewasa dari Rin. Keduanya merupakan saudara kembar non identik. Rin memiliki rambut putih dengan warna mata biru muda dengan lingkaran merah kecil ditengahnya, sedangkan Yukio ia memiliki rambut berwarna coklat dan mata berwarna hijau. Seperti ibunya Yukio memiliki beberapa tahi lalat diwajahnya. Ia mengenakan sebuah kacamata.

"Selamat datang. Dari mana saja kau?" tanya Yukio penuh intimidasi. Sudah hampir satu bulan kakaknya itu belum pulang kerumah.

"Aku lapar, aku juga lelah. Apa ada makanan?" tanya Rin sembari memenangi perutnya yang kini berdisko ria.

Yukio terdiam sejenak. Matanya tak lepas dari kakaknya yang terus memegangi perut. "Tentu saja ada .... Tapi." Yukio ingin mengatakan sesuatu namun ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

Rin dan Yukio segera menuju ruang makan. Yukio menyiapkan nasi untuk Rin. Ia kini tahu jika kakaknya itu tengah kelaparan. Entah apa yang sudah ia lakukan beberapa hari ini. Berdasarkan informasi yang ia tahu Rin sudah memiliki pekerjaan namun ia belum memberitahu tentang pekerjaannya itu.

"Orang pergi lama lalu kembali kerumah setelah mendapatkan pekerjaan itu baru dinamakan semangat," tutur Shiro melihat Rin yang masih memasukan butiran nasi kedalam mulutnya. "Tapi bukan berarti kau harus lupa dengan rumahmu sendiri. Jadi apakah kau sudah mendapatkan pekerjaan?" tanya Shiro penasaran.

Sebagai wali sah dari Rin, Shiro masih belum rela jika Rin langsung bekerja ketimbang melanjutkan sekolah. Namun apa daya, Rin terlalu keras kepala. Ia beranggapan jika sekolah itu tidak terlalu penting. Bagi Rin, sukses tidak harus berpatokan tentang seberapa tinggi pangkat yang ia miliki.

Akuma no ko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang