#2 Say Your Love!

Mulai dari awal
                                    

Sederetan rangkaian acara mulai dari sambutan, pengumuman kelulusan—seperti dugaanku, aku lulus. Kami semua lulus—sampai pengalungan medali akhirnya selesai juga. Yang berarti acara setelah ini adalah makan-makan dan acara bebas. Inilah waktunya!

Semua makanan yang telah disedikan sudah tertata rapi di taman sekolah. Jadi saat acara di aula selesai, semua orang yang ada di sana sekarang sibuk berburu makanan di sini. Termasuk aku. Tapi karena tidak ingin liptin-ku hancur karena makan makanan yang terlalu berat, aku hanya mengambil satu buah cupcake dan segelas air putih lalu menghabiskannya di taman.

Oke. Sekarang cari dia. Ajak dia basa-basi sebentar, lalu ucapkan pernyataan itu dan kabur pulang ke rumah. Semudah itu. Tenang Karyn. Semuanya hanya akan semudah itu.

Aku berjalan menyusuri koridor di sekitaran taman. Yah, siapa tahu dia sedang sibuk berfoto di sini seperti orang-orang.

Sialan. Belum apa-apa hatiku sudah deg-degan. Ini semua gara-gara dia! Bukannya menemukannya sedang berfoto atau apalah itu, aku malah menemukannya sedang memungut sampah plastik di koridor yang dibuang sembarangan oleh pemiliknya yang tidak bertanggung jawab dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Diam-diam aku tersenyum melihatnya.

Karena inilah yang membuatku menyukainya. Sebenarnya dia mempunyai banyak sifat baik. Tapi dia lebih senang terlihat sebagai orang yang terkadang menyebalkan. Karena dia senang menjadi orang yang biasa-biasa saja.

"Rafa!" Aku memaki diriku sendiri mendengar suaraku yang bergetar. Dia berbalik dan terlihat kaget saat mendapati kalau aku yang barusan memanggilnya. Aku melambaikan tanganku dengan heboh.

Dia berjalan menghampiriku. "Kenapa Ryn?"

"Lo lagi ngapain?" Aduh basa-basi sekali.

"Pertanyaan lo kayak orang lain SMS-an aja dah." Katanya dengan nada lucu khasnya. "Ada apaan sih?"

"Emang kalo manggil lo harus ada apa-apanya?"

"Ya nggak sih." Dia menggaruk kepalanya. "Yaudah duduk aja yok."

Kami lalu duduk di bangku panjang di koridor sekolah yang menghadap taman walaupun berjarak lumayan jauh.

"Lo mau kuliah di mana abis ini?" Tak kusangka, dialah yang terlebih dahulu memulai pembicaraan.

"Di Indonesia aja deh. Baru nanti S2-nya di luar." Kataku yakin.

"Jadi ambil kedokteran?"

"Kok lo tau gue mau ambil kedokteran?"

Dia terlihat salah tingkah sebentar. "Jadi, sebenernya gue itu mentalist."

Aku terkekeh sebentar. "Kok lo nggak botak?"

"Ya nggak. Tapikan gue ganteng."

Sial. Dia memang tidak pernah bisa diajak bicara serius. Tapi baguslah. Kalau serius, pasti pembicaraan ini akan berlangsung membosankan.

"Lo sendiri jadi masuk akmil?" aku balas bertanya.

"Lo juga tau darimana kalo gue mau masuk akmil?"

Ya ampun kenapa aku bisa kelepasan? Masa sih aku menjawab kalau aku tau karena mencari datanya di BK? Atau karena aku bertanya pada sahabat terdekatnya? Kan bisa ketauan kalau aku ingin tahu tentangnya. Dan belum apa-apa langsung ketahuan kalau aku menyukainya.

"Jadi sebenernya," kataku seserius mungkin. Dia balik menatapku serius. "Gue itu mentalist juga."

Dia berusaha mencerna kata-kataku lalu setelah beberapa lama tertawa kencang. Mau tidak mau, aku jadi ikut tertawa.

Aku menyukainya karena saat bersamanya, aku tidak perlu menjadi siapa-siapa. Aku hanya perlu menjadi diriku sendiri.

Setelah itu, hening cukup lama. Aku berusaha menetralkan detak jantungku. "Rafa, sebenernya ada yang mau gue omongin."

"Ngomong aja lagi," katanya santai. "Dari tadi juga kita udah ngomong kan."

"Gini. Ng ..." dia meliriku penasaran. Aduh, apa yang harus kukatakan? "Ng ... selfie yuk?"

Bodoh! Memalukan!

"Lah ayok." Dia lalu mengambil handphone-ku, membuka aplikasi kamera, lalu kami foto bersama. "Mumpung gue belom jadi artis."

Aku hanya nyengir, lalu menerima handphoneku yang disodorkan olehnya. "Eh sebenernya ada lagi."

"Apaan tuh?"

"Ng ..." Aku berkilah untuk mencari kata-kata yang tepat. "Coba tebak!"

"Mana gue tau sih?" katanya dengan nada frustasi yang dibuat-buat. "Kan lo yang tau."

Aku menghembuskan napasku dalam-dalam. "Oke. Jadi gini."

"Gimana?"

"Kan sekarang kita udah lulus." Dia menatapku serius. "Jadi, gue mau jujur. Kalo ng ... sebenernya."

"Kalo sebenernya?"

Aku memejamkan mataku. "Kalo sebenernya gue su—"

"Hoi Rafa!" Dia menoleh kaget dan mendapati gerombolan cowok teman sekelasnya sedang berjalan ke sini. Sialan. Tega-teganya. Padahal sedikit lagi semuanya selesai. Memangnya urusan mereka penting sekali sampai-sampai harus menyela sekarang?

"Ada apaan?"

"Nanti baliknya nge-PES di rumah gue yak." Ya ampun! Bisa kurasakan emosiku sudah hampir meluap. Urusan itukan bisa nanti!

"Tapi nanti gue mau nganter nyokap dulu. Sorean palingan gue nyusul."

"Yaudah."

"Jangan lupa sediain makanan yang banyak yak!" canda Rafa. Teman-temannya hanya tertawa tidak jelas lalu berjalan menuju taman.

Sana pergi! Enyahlah dari hadapan kami!

"Jadi tadi kenapa Ryn?" Perhatian Rafa teralih lagi kepadaku. Sial. Aku jadi harus mengatur semuanya dari awal lagi. Gara-gara ajakan bermain PES yang tidak penting!

Aku membiarkan suasana agar hening terlebih dahulu. Menetralkan detak jantungku. Lalu mengenang wajah seorang cowok di depanku. Siapa tau setelah ini dia memusuhiku. Kalau sekali lihat, tidak akan pernah disangka aku bisa mencintainya begitu dalam. Yah mencintai. Karena menurut penelitian, rasa suka pada seseorang hanya akan bertahan selama empat bulan. Kalau lebih dari itu, berarti kita mencintainya dengan tulus.

"Sekarang kan kita udah lulus." Dia menatapku penasaran. "Gue mau jujur, kalo sebenernya."

"Ya?"

Aku menghembuskan napas lama-lama. Kalimat yang aku ucapkan selanjutnya adalah kalimat terakhir yang akan kuucapkan padanya. Setelah itu aku tidak akan berbicara dengannya lagi. Oke. Tenang. "Kalo sebenernya,"

"Kalo sebenernya?"

Hening cukup lama. Dia masih belum mengalihkan pandanganya dariku.

"Kalo sebenernya dari kelas sepuluh gue udah suka sama lo." Aku berkata cepat lalu menutup mulutku dengan kedua tangan.

Harusnya aku tidak mengatakannya! Harusnya aku tidak pernah melakukannya!

Rafa terlihat sedikit kaget. Lalu berusaha mencerna semua kalimatku barusan. Perlahan, dia tersenyum.

Dan, oh Tuhan, aku tidak ingin mendengar tanggapan apa pun darinya!

And i never thought that i'm so strong.
I stuck on you and wait so long.
But when love come it can't be wrong.
Don't ever give up just try to get what you want
Cause love will find the way ....

(ノ^_^)ノ THE END ヘ(^o^ヘ)

Song: When you love someone by Endah N Rhesa

#30DaysWritingChallenge

Day 2 : Something you look forward to in next 12 month

Dipublikasikan juga di cerpenmu.com http://bit.ly/1U17b5T ☺

Jekardah, 26+3 Juni 2k15.

Behind Every LaughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang