2

296 45 4
                                    

Meski Korea Selatan memiliki tingkat kriminalitas terendah dalam sepuluh tahun terakhir pada tahun ini, itu tidak menjadikan kantor pusat kepolisian kota Seoul berada dalam waktu sengang. Silih berganti, pelaku kejahatan keluar masuk untuk dimintai keterangan sebelum diadili. Kepala detektif yang sudah memasuki masa pensiunnya di sana pun, harus rela jika ia mulai dirumahkan dan tergantikan oleh seorang kepala detektif baru, yang masih muda juga kuat.

Lee Je Hoon, nama itu tertera pada papan di atas meja. Ini hari pertamanya menginjakan kaki di Seoul, setelah dimutasi dari kantor kepolisian Ilsan. Dia terkenal sebagai orang yang terperinci dan tak pernah melewatkan satupun detail kasus yang sedang ia tangani, kepindahannya pun kemari dikarenakan kepolisian kota Seoul memiliki beberapa kasus yang berakhir menjadi kasus yang tak terpecahkan.

Dibanding memilah kasus baru dari pelaporan, Je Hoon justru meminta arsip kasus yang lalu. Tiga buah map diletakan di dekat papan namanya, ia memandangi nya beberapa saat sebelum membuka map itu satu persatu. Namun, yang menarik perhatiannya adalah sebuah kasus kecelakan seorang taipan muda bernama Kim Taehyung. Ia melihat berkasnya, juga beberapa foto yang diambil dari TKP kejadian.

Mobilnya tergelincir saat menuruni jalan pegunungan, terguling-guling lalu meledak. Jasad ditemukan hangus, tim forensik sudah membandingkan DNA yang diambil dari sisa-sisa jaringan yang hangus, dan benar adanya bahwa jika jasad tersebut adalah Kim Taehyung. Keningnya mengkerut, bukankah ini hanya kecelakaan biasa? Kenapa mereka meletakannya pada arsip kasus tak terpecahkan?

Je Hoon mendongkak, "Apa ini?"

Orang yang memberinya map tadi melongo ke arah berkas yang sedang dibaca Je Hoon. "Ah itu, mantan kepala detektif yang memintanya meletakan di sana. Dia pikir ada sesuatu yang aneh, tapi tidak pernah menemukan kejanggalan dari bukti-bukti yang tersisa."

"Begitu ya?" Pasti selalu ada alasan di balik insting seorang detektif, mereka memiliki kemampuan deduktif yang terlatih. Jika tidak menemukan kesalahannya di mana justru itu semakin terlihat tidak wajar. "Apa barang bukti kasus ini masih di simpan?"

Yang ditanyai menggeleng, "semua hangus terbakar, jasadnya juga sudah di kremasi." Tapi ia nampak berpikir, "tapi kalau aku tidak salah ingat, bangkai mobil yang terbakar itu masih di simpan di penampungan mobil bekas milik kepolisian."

Je Hoon mengangguk, kemudian ia berdiri lalu melemparkan kunci mobilnya ke arah lawan bicaranya. "Kau yang menyetir."

"Eh? Apa? Tapi pak, bukankah ini hari pertamamu di sini? K-kau akan keluar?"

"Aku tidak suka santai berlama-lama."

.

.

.



Deru sirine polisi baru saja melewatinya, ia memandang bagaimana mobil itu pergi terburu-buru. Apa ada kecelakaan? Atau kasus di suatu tempat? Ujung blok yang sedang Lisa lewati ini memang berujung jalan besar di mana kantor pusat kepolisian berada. Semoga tidak ada hal buruk yang malam ini terjadi, ia bergedik kembali mengasihani dirinya sendiri. Jawaban penyeleksi tidak begitu memuaskan, ia bisa saja di tolak, atau diterima.

Memang, belum lama Lisa memberanikan diri terjun lebih dalam di dunia modeling. Ia hanya seseorang yang beruntung bisa memiliki banyak followers, dan dibayar oleh brand-brand nugu untuk mempromosikan produk mereka pada akun sosial medianya. Ambisinya menjadi lebih besar dari sekarang, bermula ketika ia menemukan tempat kosong pada merger sebuah perusahaan kecantikan yang akan meluncurkan produk terbaru. Posisinya pun terdengar menggiurkan, menjadi brand ambasador dari produk itu.

Bayangkan saja, menjadi brand ambasador berarti Lisa akan memiliki pekerjaan tetap juga penghasilan yang pasti. Ia membayangkan bagaimana isi rekeningnya akan penuh, tabungannya akan cukup untuk membeli sebuah hunian yang mewah. Ia juga mungkin bisa bertetangga dengan beberapa idol terkenal di negara mereka, ia terkekeh sebentar memikirkan itu sebelum wajahnya kembali suram.

VICIOUS [LIZKOOK]Where stories live. Discover now