[1] first mint choco

61 7 5
                                    

"Bang nanti kalo pulang ke rumah, beliin mainan robot yang buesarrr yaaa— nggak kak jangan dengerin omongan dia kak—" Soobin menjauhkan ponsel dia sejenak mendengar kericuhan yang terjadi di seberang teleponnya.

Dia menggeleng dengan senyum yang enggan menghilang dari wajahnya dan menarik napasnya sebelum kembali menempelkan ponsel ke telinga kirinya, "Iya iyaa, Jake minta robot nah kalo Lya maunya ap—"

"Lya mau barbie— Hah? ya mending robot lah, apaan juga barbie? Beli robot aja ya bang buat Jake. JAKE!!! IHHHH AKU BILANG IBU YA KAMU!BUUU JAKE NAKALL!!!" Kali ini Soobin tertawa kecil dan menahan telinganya untuk mendengarkan teriakan yang sangat nyaring di balik layar teleponnya itu.

Ya dia sungguh tak lagi menjauhkan ponselnya, dia justru mendengarkannya dengan seksama meski terkadang tak paham karena ada dua suara yang tak mau kalah saling bersahutan disana.

"Iya iyaaa, nanti Jake abang beliin robot nah kalo Alya juga kakak beliin barbie." Setelah mengatakannya, terdengar sorakan gembira yang begitu kencang yang lagi-lagi membuat Soobin kesusahan menyembunyikan senyumannya.

"Udah ya, kalian jangan nakal sama ibu ya, dengerin ibu kalo ngom—"




"Abang pulang kapan?"

Soobin diam sejenak, takut salah sambung-meski itu tidak mungkin. Dia menyipitkan matanya, jadi dia memilih melihat layar ponselnya untuk memastikan dia masih tersambung dengan panggilan teleponnya atau tidak.

Dia sedikit ragu karena jujur saja dia tak terlalu mendengar jelas suara yang baru saja memotong omongannya.

"Halo? Jake, Alya?" Soobin kembali menyipitkan matanya, adik-adiknya itu tak menyahutnya.


"Bang, ini Ibu. Abang pulang kapan?"

Bukan suara bocah lagi, tetapi suara seoran wanita.

Soobin tertawa, entah apa arti dari tawanya barusan. Dia sendiri tak tahu harus mengartikan apa, yang jelas raut mukanya sekarang lebih terlihat serius.

"Bang?"

Bahkan dia sendiri tak sadar sudah terdiam untuk beberapa saat. Dia terkejut, orang itu— ralat, Ibunya kembali memanggilnya karena dirasa sedari tadi tak ada jawaban darinya.

"Halo bu, maaf temenku barusan ngajak ngobrol. Kenapa bu?" Ucapnya bohong dengan kenyatannya bahwa dia saat ini berada di dalam toilet, alias dia sendirian tak ada siapapun bersamanya.

"Kamu pulang ke rumah kapan?"

Pertanyaannya masih sama ternyata, begitu batin Soobin setelah mendengar suara Ibunya yang memang mengulang pertanyaannya. Let him be honest, Soobin bingung harus menjawab apa sampai-sampai dia kembali diam dengan tangan yang terus mengusap kepalanya gusar.

Ah, ini pertanyaan sulit untuknya.

"Aku nggak tau bu, weekend juga aku masih ada kerjaan." Jawabnya sepenuhnya tak berbohong.

Detik terus berlalu di layar ponselnya, namun Ibunya tak kunjung membalas ucapannya barusan. Apalagi sekarang? Huft.

Soobin berdecak pelan dan sudah dia pastikan sendiri orang yang ada di seberang sana tak mendengarnya. Dia menengadah, menatap langit-langit toilet khusus karyawan yang sudah hampir 10 menit dia tempati sendirian. Sangat menunjukkan bahwa dirinya memang sedang dilanda kebingungan. dia sangat bingung karena ibunya tak mengeluarkan suara sama sekali setelah dirinya berucap sedemikian.

"Ibu tenang aja, nanti aku kirim kayak biasanya ya." Ucapnya kemudian.

Dan Ibunya masih diam di balik sambungan panggilan bersamanya. Soobin menghela napasnya berat, "Udah ya aku tutup, ibu sehat-sehat ya. Maaf aku ga bisa pulang dulu buat waktu dekat ini." Ucapnya lagi sebelum akhirnya dia benar-benar menutup panggilannya secara sepihak.

Not Mint Choco, Please! | Arin ft. Choi SoobinWhere stories live. Discover now