Bab 17. Stalemate

513 49 10
                                    

Jaehyuk tiba di rumah saat jam menunjukkan pukul 3 pagi. Jangan salah sangka dulu, bukan karena ia benar-benar berakhir bercinta di atas ranjang dengan seorang Choi Heeseung. Tapi karena setelah ciuman panjang itu, ia larut dalam obrolan bersama sang pemimpin Red Sparks yang membuatnya lupa akan semua kegelisahan yang tengah ia rasakan.

Heeseung yang menemaninya semalam, 180 derajat berbeda dengan Heeseung yang ia lihat saat di sekolah dan Arena. Heeseung, ia lebih nampak terbuka dan ramah dengan berbagai candaan konyolnya yang berhasil membuat Jaehyuk tertawa. Heeseung bahkan rela berjalan di sepanjang bibir pantai untuk mencari toko yang menjual dua cup ramyeon lantaran tahu jika Jaehyuk sama sekali belum menyentuh sepiring makanan pun sejak pagi.

Heeseung, namja tampan itu terus memancing Jaehyuk dalam obrolan yang ringan namun menyenangkan hanya agar Jaehyuk tak lagi merasakan sedih. Manisnya lagi, sang pemimpin Red Sparks itu bahkan mengantar Jaehyuk pulang hingga mendarat tepat di depan gerbang kediaman utama Keluarga Park. Ya, meskipun justru di momen inilah masalah mulai muncul.

Apa yang terjadi ?

Mobil yang Jeongwoo kendarai untuk berkeliling mencari Jaehyuk tiba di depan gerbang Kediaman keluarga Park bersamaan dengan Jaehyuk yang tengah mendapatkan kecupan selamat malam dari seorang Heeseung. Membuat Jeongwoo lantas membuka kasar pintu mobil dan berlari cepat untuk menjatuhkan sebuah bogeman mentah di wajah tampan sang pemimpin Red Sparks.

DUAGH !

"Jeongwoo Hyung !!!" Teriak Jaehyuk terkejut. Semakin histeris saat Jeongwoo tak juga menyudahi pukulannya.

"Stay away from my little brother, bastard ! Jangan mencoba-coba untuk mempengaruhinya !" Teriak Jeongwoo sembari terus memukul wajah Heeseung dengan membabi buta. Jaehyuk bahkan sudah melihat perubahan di wajah sang namja Choi yang mulai nampak lebam dan berdarah di beberapa sudut.

Buagh !

"Jeongwoo Hyung, hentikan ! Heeseung hyung tidak melakukan kesalahan apapun ! Hentikan !!!"Jaehyuk berteriak. Namun teriakannya seakan teredam dan tak sampai ke rungu Jeongwoo karena sang empunya lebih fokus untuk menghajar wajah Heeseung. Jeongwoo bahkan tak membiarkan Heeseung untuk membela diri.

JEONGWOO HYUNG, STOP IT !

STOP IT, PLEASE !!!

HYUNG, YOU CAN HURT HIM ! STOPPP !!!

Jeongwoo tetap saja tidak mau mendengar. Dan Jaehyuk yang tak ingin terjadi hal buruk apapun pada Heeseung pun sontak berlari ke arah pos satpam. Memanggil satpam rumahnya untuk melerai sang kakak dan sang pemimpin Red Sparks.

Setelah keduanya berhasil di lerai, Heeseung berjalan sempoyongan untuk memasuki mobilnya. Hanya sempat melirik dan tersenyum kecil ke arah Jaehyuk yang sudah menangis sesenggukan. Jaehyuk, ia berniat mengejar Heeseung dan meminta maaf, tapi tangan Jeongwoo lebih dulu menyeret lengannya untuk masuk ke dalam rumah.

Braakkk /

Tubuh Jaehyuk jatuh terlentang di atas sofa ruang tamu. Inginnya segera beranjak untuk kembali berdiri tapi sebelum hal itu bisa ia lakukan, Jeongwoo lebih dulu menindih tubuh sang adik dengan kedua tangan yang menahan tangan Jaehyuk di sisi kanan dan kiri tubuhnya.

"Let me go..."pinta Jaehyuk masih dengan suaranya yang teramat lirih. Matanya yang memerah dan berkaca-kaca membalas tatapan sang kakak dengan begitu nyalang. Seakan tengah mencoba menantang balik gertakan yang Jeongwoo berikan untuknya.

"Aku mencarimu. Mencari ke seluruh Seoul selama berjam-jam. And look, what I've got. going with Heeseung ? SERIOUSLY YOON JAEHYUK ! KAU PERGI BERSENANG-SENANG DENGAN CHOI HEESEUNG, WHERE IS YOUR BRAIN, HUH !?!!" Jeongwoo bukan hanya berteriak tepat di depan wajah Jaehyuk hingga sang adik tersentak takut. Tapi Jeongwoo juga menekan kuat kedua tangan sang adik hingga Jaehyuk tak lagi bisa menahan tangisannya. Bukan hanya hatinya yang sakit, fisiknya kini pun ikut sakit karena Jeongwoo.

"Heeseung Hyung, He is so nice. Because of him my heart feels better." Balas Jaehyuk di sela Isak tangisnya.

"Nice ? Nice kau bilang. Dia bajingan, Yoon. DIA BERENGSEK ! Dan apa-apaan panggilan itu. Heeseung Hyung ? Cih ! Kau sudah benar-benar jatuh dalam perangkapnya Jaehyuk bodoh !"Umpat Jeongwoo tepat di depan wajah sang adik. Umpatan yang menyulut amarah yang sejak tadi di tahan-tahan oleh Jaehyuk.

"SO WHAT ! Kenapa jika dia berengsek ? Aku tidak keberatan berteman dengan orang berengsek saat hyungku sendiripun nyatanya jauh lebih berengsek. Lagipula, dia berengsek hanya denganmu, tidak denganku, Jeongwoo Hyung ! Dia sangat baik. Dia bisa mengerti diriku saat hyung sendiri sama sekali tidak mengerti diriku. Dia menemaniku dan menyembuhkan lukaku saat Hyung sendiri justru menorehkannya dengan begitu dalam. Lantas, apa salahnya jika aku pergi dengannya huh ? mau aku pergi dengan siapapun, it's not your bussines Jeongwoo Hyung ! It's Not something that should you know !" Teriak Jaehyuk sembari menekan kalimat demi kalimat yang ia ucapkan.

Tentu saja, tangisan yang bercampur teriakan dan kalimat-kalimat penentangan itu amat sangat menyakiti Jeongwoo. Adiknya yang selama ini berusaha ia jaga dan selalu tidak pernah menentangnya kini tiba-tiba saja membela seseorang yang notabenenya adalah musuhnya sendiri.

Tidak, Jeongwoo tidak melarang Jaehyuk hanya karena Jeongwoo tidak akur dengan sang pemimpin Red Sparks. Itu karena Jeongwoo tahu seberapa berengsek dan bejatnya sosok Heeseung. Jeongwoo hanya takut Heeseung akan memanfaatkan kepolosan Jaehyuk dan rasa ingin tahunya yang tinggi untuk keuntungan pribadi. Lebih parahnya jika sang namja Choi hanya memanfaatkan Jaehyuk untuk menghancurkan Jeongwoo. Jeongwoo tidak peduli dengan dirinya. Jeongwoo hanya takut Jaehyuk terluka. Tapi sepertinya, adik angkatnya itu tak akan pernah mempercayai dan mendengar ucapannya. Jaehyuk tidak akan merasa yang ia lakukan adalah salah sebelum ia merasakan tubuhnya jatuh ke dalam lubang seorang diri.

Jadi, daripada terus berdebat, Jeongwoo lebih memilih untuk beranjak. Melepaskan tubuh Jaehyuk dari Kungkungannya dan membiarkan sang adik kembali dalam posisi duduk. Tentu, masih dengan tatapannya yang begitu nyalang ke arah Jeongwoo. Membuat Jeongwoo hanya bisa menghela napas dalam. Pasrah dengan apapun penilaian Jaehyuk saat ini kepada dirinya.

"Kau benar, mau dengan siapa pun kau pergi. Itu bukan urusan Hyung. I won't worry about it anymore. I will let you do whatever you want. But, Jaga dirimu baik-baik, setidaknya, jangan buat masalah yang bisa membuatku terlihat buruk di mata Appaku dan Eommaku." Ucap Jeongwoo dingin. Ucapan yang jujur saja cukup mengagetkan Jaehyuk terutama di kalimat terakhirnya.

"Appa-ku ? Eomma-ku ? ku ?..." Jaehyuk tertawa sumbang. Kalimat itu, sangat benar. Jeongwoo selama ini peduli padanya mungkin hanya karena merasa bertanggung jawab akan diri Jaehyuk pada Appa dan Eommanya. Bukan karena benar-benar tulus memperdulikannya.

"Sorry. Jika menanggung diriku adalah hal berat untuk hyung. Aku pastikan, Hyung tidak akan menanggung semua kesalahan dan keributan yang aku perbuat. Hyung tidak akan lagi menanggungnya, tidak akan menanggung apapun, hyung --- tidak akan lagi menanggung diriku."ucap Jaehyuk sembari menatap lekat ke dua obsidian setajam serigala milik sang kakak. Dua obsidian yang kini memilih untuk lekas berpaling lantaran kedua kakinya yang mulai berbalik pergi. Meninggalkan Jaehyuk dengan segenap rasa sakit yang tak mampu di ungkapkan dengan kata-kata.

Jeongwoo, membuka kembali luka Jaehyuk yang bahkan belum sepenuhnya kering. Mengoreknya hingga ke dasar dan tanpa di sadari menorehkan sejumput asam yang membuat luka basah nyaris bernanah itu semakin membusuk dalam kesengsaraan.

ELLITE : THE BEST REVENGE || JEONGJAE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang