5 - Kembali ke Hogwarts

92 12 0
                                    

"Al!"

Albus menoleh ketika mendengar suara tak asing memanggilnya. Pemuda yang memiliki rambut acak-acakan persis seperti ayahnya itu berbalik. Menemukan sang adik perempuan tengah berlari mengejar ke arahnya.

Gadis itu terlihat memakai jubah Quidditch Gryfindornya. Sementara tanganya membawa sapu terbang yang pastilah milik sang Ibu yang merupakan mantan pemain Quidditch.

Ibunya sangat senang ketika Lily terpilih menjadi chaser Quidditch Gryfindor, begitupula dengan Ayahnya. Anehnya, saat Albus terpilih menjadi kapten Quidditch, mereka bahkan tak seantusias itu. Mungkin karena ia yang merupakan kapten Quidditch tim Slytherin. Albus mendengus kesal, membuang pemikiran itu jauh-jauh.

"Ada apa?"

Keduanya berjalan bersama menuju great hall. Pertandingan Quidditch Slytherin dan Gryffindor baru saja berahkir dengan kemenangan telak dari tim Gryffindor. Hal itu membuat Albus sedikit jengkel, karena itu berarti dia baru saja di kalahkan oleh adiknya sendiri.

"Aku tau kau kesal. Tapi bisakan dengarkan aku dulu." Lily mendengus karena kakanya berbicara ketus dan mengabaikannya.

Lily tau Albus kesal karena pertandingan hari ini dimenangkan oleh tim Gryffindor dengan skor yang beda tipis. Tapi memang itu salah Lily jika timnya menang?  Itu tentu salah Albus sendiri karena terlalu sering bermain dengan cara Slytherin selama ini.

Albus terkadang suka memukul chaser lawan dengan Bludger dan ketika Lily masuk menjadi chaser, pemuda itu tak bisa lagi melakukan taktik liciknya. Albus tentu saja tidak akan melukai adiknya sendiri, berbeda dengan James yang sering kena mantra pemuda itu.

Albus menghembuskan nafas pelan. Mencoba meredam kekesalanya. "Baiklah. Apa yang ingin kau katakan?"

Keduanya berhenti tepat di depan pintu great hall karena jika sudah masuk ke dalam sana, mereka tak bisa bicara bebas karena harus duduk di asrama masing-masing. Gryffindor dan Slytherin tentu saja adalah hal yang aneh jika dilihat bersama. Meskipun mereka saudara, permusuhan antara asrama tak bisa ditampik.

"Mom bilang hari ini bibi Mione akan kembali ke sekolah..." ucapan Lily terhenti ketika nama tak asing-nama yang selalu kedua orang tua bahkan paman dan bibinya bicarakan itu terdengar.

"Oh benar, Hermione Granger, ya?" Albus memastikan. Lily mengangguk. "Dia akan kembali ke Hogwarts? Ku pikir dia sudah seumuran dengan Dad." Albus sama sekali belum pernah bertemu dengan teman ayahnya dan paman Ron itu, dia hanya pernah melihatnya dalam foto yang ayahnya letakan di atas meja kerja pria itu. Itupun foto tersebut di ambil saat ketiganya masih berada di tahun pertama.

"Kau benar-benar tidak mendengarkan ya saat paman Ron bercerita." Lily menyipitkan matanya memandang Albus.

Albus memutar bola mata. "Itu karena paman Ron terlalu berisik."

Lily langsung meninju perut kakanya karena pemuda itu berbicara tak sopan tentang paman mereka. Tapi Albus sama sekali tak merasa bersalah. Inilah alasan kenapa pemuda itu bisa masuk Slytherin, benar-benar tak mengherankan.

"Paman Ron bilang, bibi Mione sama sekali tidak menua dan aku melihatnya sendiri. Dia bahkan terlihat seumuran denganmu." Lily menjelaskan.

"Terserah lah," ucap pemuda itu acuh tak acuh.

Lily menghela nafas pelan. "Mom menyuruh kita untuk membantunya di sekolah karena bibi Mione baru saja sembuh dari koma, jadi aku berharap kau melakukannya dengan baik." Setelah mengatakan itu, gadis berambut semerah Weasley itu segera masuk ke great hall, meninggalkan Albus yang mendengus di belakangnya.

***

"Selamat kembali ke Hogwarts miss Granger. Maaf tidak sempat mengunjungimu saat kau sadar dari koma."

Hermione tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa profesor. Menjadi kepala sekolah tentu saja membuat anda sangat sibuk."

Profesor McGonagal tersenyum hangat pada murid favoritenya itu. Hermione Granger masihlah orang yang sama dengan 25 tahun lalu. Minerva hanya menyayangkan serangan yang membuat Hermione koma hingga 25 tahun lamanya. Jika itu tak terjadi, Hermione mungkin sudah menjadi wanita yang hebat saat ini.

"Aku senang kau memilih kembali ke Hogwarts dan.....oh Mr. Malfoy, ahkirnya kau datang juga." Perhatian kepala sekolah tiba-tiba teralihkan ketika pintu ruangan terbuka dan sosok pemuda berambut pirang klan Malfoy muncul dari sana.

Hermione yang mendengar nama familiar itu menoleh. Melihat pemuda yang di temunya di Flourish & Blotts kemarin.

Draco menyeringai ketika pandangannya bertabrakan dengan mata hazel Hermione. Perempuan itu tentu saja masih mengira bahwa dia adalah anak Draco Malfoy. Hal itu seketika membuat Draco rasanya ingin tergelak. Tapi dia menahannya dan melangkah maju ke hadapan kepala sekolah.

"Mr. Malfoy aku mengucapakan selamat kembali ke Hogwarts sekaligus maaf karena tak sempat mengunjungimu di st.mungo."

Penuturan Prof. McGonagal membuat Hermione mengernyitkan alisnya sambil menoleh ke arah Malfoy yang kini terlihat seperti sedang berusaha menahan tawa.

"Kalian berdua akan tetap menempati asrama kalian sebelumnya dan akan belajar bersama murid tahun ke tujuh hingga NWST tiba..." Kepala sekolah mulai menjelaskan berbagi hal pada mereka yang hanya sesekali di angguki keduanya.

Setelahnya keduanya dipersilahkan untuk menuju Great hall karena makan malam akan segera tiba dan mereka juga akan di perkenalkan sebagai murid yang melanjutkan study.

Begitu kakinya melangkah keluar dari ruangan kepala sekolah. Emosi Hermione pecah. "KAU.." dia menunjuk Draco yang malah menampakan seringgaian menyebalkan miliknya.

"Apa Granger?"

"KAU MENGERJAIKU..." Hermione benar-benar emosi. Bisa-bisanya dia dikerjai oleh feret pirang Malfoy.

Draco tergelak melihat tampang Hermione. Ini sunggu menghibur. "Salahmu sendiri karena percaya." Draco berujar masa bodo. Membuat emois Hermione makin tak terkontrol.

Hermione benar-benar ingin meng avada pemuda pirang di depanya ini. Yampun, dia pasti tampak bodoh kemarin saat mengira pemuda itu sebagai anak Draco Malfoy.

"Kau benar-benar feret pirang menyebalkan!"

"Aku tau aku tampan, semak, tidak usah memperjelasnya seperti itu." Draco burujar percaya diri.

"Rupanya kau mulai tuli, Malfoy. Siapa yang bilang tampan, dasar musang albino."

"Akui saja Granger. Lihatlah, bahkan setelah 25 tahun, wajahku masih tetap rupawan."

Astaga! Hermione tak habis fikir dengan tingkat kepercayaan diri Malfoy. Dia benar-benar masih sama seperti dulu. Sok tampan dan menyebalkan.

Tapi mendengar kata 'setelah 25 tahun' Hermione seketika terdiam sejenak. Mencerna tiga kata itu baik-baik. Sampai tiba-tiba matanya membelakak. Sadar akan sesuatu.

Inilah mengapa Malfoy juga tak berubah dan alasan mengapa Ginny bertanya tentangnya padanya saat itu. Apa Malfoy juga terkena mantra itu? Tapi Hermione sama sekali tak melihat pemuda itu saat insiden itu terjadi. Hanya ada Hermione dan seorang pelahap maut tidak dikenal di tempat penyerangan saat itu.

"Err...Malfoy..." Hermione memanggil, kini suara lebih stabil dan terdengar serius. Hal itu membuat Draco mengangkat keningnya.

"Apa yang kau lakukan di sana? Di tempat aku di serang 25 tahun lalu?"

To Be Continued

ғᴜᴛᴜʀᴇ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Where stories live. Discover now