2 - Ketauan?

119 9 3
                                    

Keesokan harinya, Zetta terbangun dengan mata sembabnya karna telah menangis semalaman. Ia beranjak ke kamar mandi, melihat dirinya sendiri di cermin, dirinya tampak sangat kacau.

"Kenapa coba gue nangis semalam, harus perawatan lagi karena hari ini gue ada pelanggan," ucap Zetta, ia teringat kembali dengan pelanggan yang mengisi form, (Leon? ngga mungkin leon yang itu, ga mungkin Zetta, ga mungkin.) sembari menepuk pipinya, ia kembali untuk mandi dan bersih-bersih.

Hari ini hari sabtu, Zetta hanya pergi ke kampus untuk menyerahkan beberapa file ke dosennya.

Setelah selasai mandi, dia berpakaian dan lekas berjalan menuju ke kampusnya. Hanya beberapa mahasiswa di hari sabtu yang mengambil kelas weekend dan juga beberapa mahasiswa organisasi.

Setelah tiba di kampus, Zetta segera ke ruangan dosen untuk menyerahkan file-file tersebut dan bergegas untuk kembali lagi ke kos an nya.

Zetta tidak punya teman di kampus nya, baik perempuan ataupun laki-laki. Ia juga tidak mengikuti organisasi apapun selain yang menyangkut akademik karena sebagai penerima beasiswa, Zetta ingin memaksimalkan itu ke nilai-nilai akademiknya.

Ia berjalan di sepanjang lorong sendirian, sesekali melihat ke sekeliling kampusnya. Ia berpikir untuk pergi ke perpus dan meminjam beberapa buku.

Sesampainya di perpus, ia merasa tenang karena perpus yang lumayan luas itu tidak ada satupun orang, bahkan penjaga perpus pun pergi entah kemana.

Zetta pun mulai berkeliling perpus, mencari buku yang ingin dia pinjam. Mencari dan terus mencari lebih dalam di setiap rak buku, sampai dia mendengar suara yang tidak asing.

Ia pun memastikan lagi suara itu dan berjalan mendekat, "Mmhh mhh chh," Zetta lumayan terkejut mendengar suara itu.

(Ciuman? kenapa harus di perpus sih? gak ada tempat lain apa? ini gue harus apa? pergi? duh buku yang gue cari belum ketemu.) ujar Zetta dalam hati, Zetta panik dan lumayan tergesa-gesa sampai menyenggol beberapa buku.

brukkk (suara buku jatuh)

"Sial." Zetta yang panik segera merapihkan buku-buku itu dan dia melihat kaki seseorang didepan nya menggunakan sepatu sneakers.

"Ngapain lu?" Tanya orang itu kepada Zetta, Zetta yang takut hanya menunduk sambil merapihkan buku-buku itu.

"G-gue nyari buku," ucap Zetta gemetar.

"Lu liat tadi?" Tanya orang itu sekali lagi. Zetta yang bingung harus menjawab apa lebih memilih untuk diam menunduk dan hanya merapihkan buku. Orang tersebut terlihat jongkok, ia langsung menarik tangan Zetta dan mencengkram pipi Zetta agar Zetta menatapnya.

"Gua tanya, lu li-" sebelum menyelesaikan omongannya, orang itu menatap Zetta, "lu.. orang yang kemarin nabrak gua kan?" tanya orang itu lagi.

Zetta yang memakai kacamata itu sampai membulatkan matanya karena terkejut dengan orang didepannya, (Leon? kenapa gue harus ketemu sama orang ini?) ucap Zetta dalam hati.

Leon menyunggingkan senyum nya dan berkata "Bener yang gua bilang, lu cantik. Kenapa orang secantik lu jadi kutu buku gini? ga mau nyoba jadi cewek gua aja?" goda Leon.

Zetta menepis tangan Leon yang berada di pipi nya itu, "Bukan urusan lu, awas gue mau pergi." Zetta mengambil buku-buku itu, berdiri lalu menaruh kembali di rak. Ia berjalan keluar meninggalkan Leon yang hanya melihat Zetta pergi.

Leon tidak berkata apa-apa, saat ia ingin berdiri dia melihat nametag Zetta yang tergeletak dibawah dan mengambilnya, (Mara Zetta Aneska? hmm menarik.) ujar Leon dalam hati dan mengantongkan nametag tersebut.

Friends With Benefit [21+]Where stories live. Discover now