Menikmati segelas cappucino hangat dengan pemandangan yang menawan membuat Sebian enggan untuk beranjak dari sana. Setiap gerak-gerik lelaki manis itu selalu membuatnya tersenyum, ia sepertinya menganggumi sosok Athaya Taeona dari berbagai sisi.
Dan tanpa sadar Sebian terlalu larut dalam suasana, hingga lamunan itupun harus terganggu oleh dering ponsel miliknya. "Ck, menganggu sekali!" ketus Sebian yang beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan tempat tersebut.
"Terimakasih dan datang kembali," ucap Taeona merasa lega.
"Pria itu sedikit aneh bukan?" celetuk Taeona pada seseorang di sampingnya.
Angela memutar bola matanya malas, "benar. Lagi pula pelanggan mana yang datang 30 menit sebelum coffe shop ini buka?"
Taeona sedikit terbahak, "ya! Aku mengingatnya sekarang."
Ingatan lelaki manis itu kembali ke beberapa waktu lalu, dimana setiap kali dirinya bertugas untuk menggantikan shift salah satu karyawannya yang sedang berlibur pria itu selalu datang, dan anehnya dia selalu datang setiap 30 menit sebelum coffe shop itu di buka.
"Memangnya siapa dia? Bukannya ini pertama kali dia datang?" tanya Angela dengan kerutan di dahinya.
"Dia pelanggan yang dulu mengenakan pa–" ucapan itu terputus kala seorang pelanggan kembali masuk.
Dengan cepat Angela segera membereskan gelas milik pelanggan tadi. Seorang pelanggan masuk ke dalam toko tersebut dengan dua orang yang berjalan mengikutnya di belakang.
"Stobeli milk dan pancake untukku, sepelti biasa!" ucapnya dengan senyum merkah membuat pelayan di depannya tersenyum dan mengangguk.
Setelah memesan menu langkah kaki kecil itu berjalan menuju kursi yang berada di pojok ruangan, "tolong ini bantu Malv.. eeughh!" ucapnya ketika bocah kecil itu kesusahan untuk menaiki kursi yang cukup tinggi.
Bukannya membantu kedua penjaga tersebut malah terkikik pelan ketika melihat betapa gemasnya anak usia 4 tahun itu, setelah meninggalkan sisi gila nya tadi.
"Seriuosly? tidak ada yang ingin membantu ku?" ucap Malvin dengan tubuh yang tergantung di kursi sedangkan kedua kakinya tak lagi dapat menjangkau lantai.
"Maaf Tuan," dengan cepat salah satu dari keduanya membantu Malvin untuk duduk dan anak itu menyamankan posisinya lalu menatap sebuah aquarium di sebelahnya.
"Hawoo ikan-ikan, apa kabal? Kalian melindukan Malvin tidak?" sapanya dengan mengetuk pelan kaca aquarium tersebut.
Seperti paham dengan apa yang di ucapkan bocah kecil itu semua ikan nampak berkerumun ke arah depan kaca, membuat anak itu tersenyum senang.
Sedangkan di sisi lain Jaeden saat ini sedang membaca beberapa berkas yang telah di serahkan oleh Vincent, mengingat beberapa waktu lalu dimana pria itu datang tanpa di undang.
"Ada urusan apa kau kemari?" ujar Jaeden dengan tatapan mata malas.
Vincent pun melemparkan sebuah gulungan kertas pada seseorang di depannya, "satu koper untuk ini."
Melihat itu Joshua telah menduga sedari awal, jika Vincent hanya datang untuk uang. "Singkirkan semua ini," perintah Joshua pada anak buahnya untuk membereskan barang-barang mereka sebelumnya.
Jaeden mulai membuka dan membaca isi dari kertas itu, keningnya pun mulai bekerut, rahang yang tegas pun mulai mengeras.
"Sepuluh nama pejabat yang nampaknya mulai berencana untuk mengkhianati mu, mereka bekerja di bawah pimpinan Lunox." jelas Vincent sembari menghembuskan asap rokok dari bibirnya.
YOU ARE READING
CAPO DEI CAPI
Action• BXB • MAFIA • ACTION • Tak pernah sedikitpun terlintas di benak Teona, seorang lelaki manis pemilik coffe shop akan memiliki hubungan dengan seorang mafia. Kehidupan yang tenang, damai dan berjalan dengan normal berubah seketika setelah dirinya...
