01. Angka Istimewa

216 30 6
                                    

Kamis malam, tanggal 7.

Kalimat yang ditulis langsung oleh tangan anak laki-laki berusia 15 tahun tercoret sempurna di selembar kertas putih bersampul biru tersebut. Senyum mengisyaratkan rasa senang terus terpatri di wajahnya.

"Abang, ayo! Jangan buat orang tua kita nunggu lama." Ucapan satu anak laki-laki yang usianya dua tahun lebih muda menyadarkannya dari lamunan.

Menutup lebih dulu resleting tas ranselnya, ia berjalan beriringan dengan sang adik tak lupa membawa barang bawaan masing-masing.

"Mark sama Jeno, udah siap?" Pertanyaan itu datang dari seorang lelaki berpenampilan elegan hingga di mata keduanya, ia terlihat cantik.

Anggukan kepala dari anak pemilik nama panggilan Mark itu berikan.

"Siap banget! Aku nggak sabar mau tinggal di rumah baru." Berbeda dengan sang adik, Jeno  justru memberi reaksi serta tanggapan yang begitu senang. Dalam benak, ia sudah sangat tidak sabar ingin melihat seperti apa rumah yang akan dirinya dan sang kakak tempati bersama kedua orang tua baru mereka.

Melanjutkan perbincangan yang sempat terjeda lama akibat kedatangan Mark juga Jeno, selaku kepala keluarga Jaehyun menyampaikan rasa terima kasihnya dan berpamitan kepada wanita paruh baya yang diketahui adalah sang pemilik panti. 

"Tolong jaga anak itu dengan baik, Pak. Kalau di rasa baik anda maupun istri anda sudah tidak ingin lagi merawat mereka, kalian bisa kembalikan lagi ke sini. Akan saya terima dengan senang hati."

Pesan yang disampaikan sang ibu pemilik panti asuhan tempat dimana Jaehyun dan Taeyong resmi mengambil serta mengadopsi dua anak laki-laki bernama Mark dan Jeno sedikit membuat hati Jaehyun tertohok.

Meski tidak mengetahui banyak hal tentang apa saja yang telah terjadi di kehidupan dua anak kecil yang statusnya kini resmi menjadi anak angkatnya, Jaehyun tahu betul pasti hal itu sangat menyakitkan hati pemilik panti.

"Saya nggak akan kembalikan mereka ke sini lagi," ucap Jaehyun dengan niat kuat. "Ibu nggak perlu khawatir, saya yang akan menjamin hidup Mark dan Jeno jadi lebih baik setelah apa yang sempat mereka alami yang mungkin itu sangat sakit untuk diingat," sambung pria yang usianya telah menginjak kepala tiga tersebut terdengar sangat mantap.

🌷

Hawa dingin dari udara yang dihasilkan dari air conditioner (AC) mobil menyelimuti setiap sudut dalam kendaraan beroda empat yang tengah dikendarai oleh Jung Jaehyun.

"Mark sama Jeno dibelakang kedinginan nggak?" tanya Taeyong, menolehkan kepalanya ke arah dimana dua anak itu duduk.

"Enggak dingin kok, baunya jadi harum. Aku suka."

Taeyong tertawa kecil mendengar perkataan yang keluar dari mulut Jeno. Bau harum yang dimaksudkan itu keluar dari pengharum mobil yang tergantung persis di atas.

"Kalau mulai dingin, bilang aja ya? Biar AC-nya di matiin," ucap Taeyong lagi yang hanya dibalas anggukan kepala patuh oleh Mark juga Jeno.

Jujur saja, Mark tadi sebenarnya ingin menjawab tetapi ia masih bingung harus memanggil dua orang dihadapannya kini dengan panggilan apa.

"Kita mampir beli makan dulu, Je. Take away aja buat makan malam di rumah."

Perbincangan singkat sempat Mark tangkap terjadi antara kedua orang tua angkatnya itu.

🌷

"Mark," panggil Taeyong seraya berjalan mendekati anak yang lebih tua yang akan dianggap sebagai anak sulungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hunian Harsa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang