pulang

5 0 0
                                    

       Dengan membawa dua barang yang besar, aku meningalkan apron dan menuju gate tak lupa aku mengabari kakak Tia untuk lebih lanjut

         Vania
Kakak, udah dimana?
Jemput yah di bandara

Tia
Ok dek, kakak jemput sekarang

Vania
Kakak bukannya di Korea yah?

Tia
Kakak terpaksa pulang dek,
Kakak penasaran. Ini kakak
Dijalan 15 atau 20 menit lagi kakak sampai tunggu yah

Belum ada balasan,
"mungkin 15 menit lagi kakak balas"gumamku

Berjalan melewati para penumpang yang beredesakan ke pesawat, ada yang berlari karena salah satu pesawat akan take off ada juga yang menangis haru karena berpisah dari keluarganya, aku menarik koperku hingga ke ruang tunggu kedatangan,untuk menunggu yang tidak pasti,aku duduk di rentetan kursi panjang meletakkan koperku ke sebelah kanan kursi, disini tidak. ada tempat menyandar jadi bahu harus kuat.

      Setelah lama menunggu mbak Tia, ia tak kunjung tiba, mataku melirik kanan dan kiri berharap mbak Tia mencariku, tetapi ekor mataku menangkap Alexander yang tengah berjalan dengan crew lainnya.

     " ahh, kenapa tidak kutanyakan saja? Tapi nanti makin rapih mereka mainnya sudah ah aku ikuti saya pura pura ingin bekerja "gumamku dalam hati

  Aku berdiri, menyimpan ponselku di handbag mengikuti kemana Alexander akan pergi,ia pergi ke flops maskapainya diikuti oleh beberapa pramugari, disela sela pembicaraan mereka aku mendengar alex menyebutkan nama ibu dengan kata mama

     " ehh enak yah sekarang, nyokap di rumah btw nyokap elo ngadopsi anak cewekan 2 yang kerja di garuda group satu di GA satu di QF" ucap temannya atau fo yang ikut penerbangan bersama dia

     "Iya, sekarang nyokap kandung di rumah yeahh.. Btw anak ceweknya mau elu buang kemana lex? Kan elu bilang kalau nyokap ama bokap elu yang kandung bersatu pasti mereka terlantar kan? " tanya senior pramugari..

    "Nama ibu kandung elu siaapa sih Lex? " tanya satu pramugari lagi

      "Arini Fadillah Rahmayanti," jawabnya singkat

      "Ibu, itu nama ibu ternyata benar alex anak kandung ibu? " gumamku dalam hati

    Tak berhenti disitu, aku terus membuntuti mereka

       "Liat dong fotonya capt, yeahhh sih captain pelit" ucap senior pramugari ,

       Alex menunjukkan gambar ibu, air matakupun tak bisa ku bendung membayangkan betapa sakitnya kami berdua,

   .. "Ya allah, kenapa mereka tega sekali yah! Apa gexa seperti itu juga" tubuh ini lemas tak berdaya memikirkan apa yang dikatakan mereka barusan. Air mata terus menguncur dengan deras, tubuhku lunglai hingga hampir jatuh ke lantai bandara, tubuhku lemas tak berdaya tubuh ini hampir jatuh ke lantai, untungnya mbak Tia sigap datang untuk menopang tubuh lemah ini,

    "Allah, vania kamu kenapa? Apa yang terjadi vanya?" Tanya mbak Tia

    Aku belum juga bisa mengatakan sebenarnya, air mataku terus mengalir, mulut seakan enggan untuk bercerita, hati masih sangat sakit untuk mengutarakannya, telinga masih terngiang akan kejamnya mereka kepada kami.


     Aku menggelengkan kepala, airmata pun bak air terjun yang terus turun tanpa henti

     "Dek, ada apa sih? Coba ceritakan sama kakak kamu kenapa? " tanya kakak Tia

  "Kita hanya anak pungut kakak, alex yang bilang waktu di bandara tadi, makannya aku mau pingsan" ucapku tanpa sadar air mataku terus saja menetes

    Kak tia mengijak pedal rem sangat kuat, hingga sanggul anti bencanku hampir rusak di buatnya

    "Tia, kalau nyetir liat liat kalau sanggul gua rusak bahaya nanti Saturnus kehilangan cincinnya. Tapi ini bukan masalah planet atau rambut" ucapku kesal

   Kak Tia kembali mengemudikan mobilnya membelah jalanan, untuk sampai ke rumah ibu

     "Kak." Ucapku membuka percakapan

   "Ummm, kenapa sih adik kakak yang cantik ini. " ucap mbak Tia

     "Lebih baik menjadi jenazah yang diperdulikan banyak orang dan perhatian kepada kita, daripada menjadi manusia seperti mayat. Dibiarkan membusuk tanpa di perdulikan,Mendengarkan semua ocehan buruk tentang kita. Kita selalu berbuat baik sama orang tapi kenapa yah kak orang selalu jahat sama kita, lebih baik menjadi Jenazah yang dirindukan daripada menjadi mayat dalam tanah" ucapku pada mbak Tia

      Air mata kami pun menetes, mbak Tia nampak diam sejenak,

       "Kakak,jujur sih kalau kata kamu benar andai aku dibawa pergi ke alam lain, daripada harus mendengarkan mereka yang menyakitiku" ucap mbak Tia

     Perjalanan juga kembali sepi tanpa obrolan dari kami berdua,

      "Kak, boleh ga sih trauma sama cinta? Aku ga percaya lagi sama cinta kak" ucapku

      "Iya dek, cinta itu adalah penyakit yang timbul karena berharap lebih," ujar mbak Tia

Perjalanan, sangat sepi tak ada lagi obrolan antara aku dan mbak Tia

Citilink I Love You From 38.000ftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang