2. Adek Sakit

Começar do início
                                    

"Sama siapa aja, siapa tau orang baik. Bisa bantuin kita." Kata Mark.

Jeno mengerti maksud Abangnya, ia ikut menjelajahi tempat makan terserbut. Dan tatapannya berhenti pada pria yang sedang mengesap minumannya.

"Adek cepat pilih yang mana."

"Itu! Papi!" Kata Jeno sedikit keras membuat Mark membelak kaget.

"Sttt! Adek! Dia bukan siapa-siapa kita! Kamu ini jangan sembarangan memanggil orang seperti itu." Tegur Mark membuat Jeno terdiam menunduk.

"Maaf Abang, Adek tadi gak sengaja." Cicit Jeno.

Mark mendengus menatap Adiknya dan menoleh kearah pria yang ditunjuk Jeno. Oh, pria yang sama ingin Mark datangin tadi.

"Adek tunggu disini, Abang yang kesana."

Jeno yang sedari tadi masih pusing dan mukanya yang sudah pucat sekali hanya merespon dengan anggukan pelan. Mark yang melihat adiknya semakin tak tega, cepat-cepat meminta pertolongan dengan pria yang ia pilih dan tentu juga pilihan yang sama dengan adiknya.

"Om—-"

Panggil Mark sambil menepuk pelan lengan pria tersebut. Pria muda yang Mark dan Jeno pilih untuk meminta bantuan itu sedikit kaget melihat bocah yang menghampirinya. Dengan cepat Pria itu membuka kaca-mata yang bertengker di hidungnya dan menatap bocah dihadapannya dengan bingung.

"Iya ada apa?"

Mark yang ditatap dekat seperti itu terdiam, sangat tampan. Sangat mirip dengan adiknya, apakah begini gambaran Jeno jika dewasa nanti?

"Hey, kenapa?" Tanya pria tersebut kembali, pasalnya bocah itu hanya diam memerhatikan wajahnya.

Mark menggaruk tengkuknya, "hm, om mau bantuin Mark dan adikku tidak ya?" Tanya Mark akhirnya. Entah mengapa dia ada disini, mana ada orang yang akan menolong orang asing dengan percuma. Pikir Mark.

"Bantuin apa?" Tanya Pria tersebut.

Mark mendesah berat, ia tidak bisa meminta tolong dengan orang asing. Lidahnya mendadak kelu untuk mengucapkan keinginannya. Dengan lesu Mark menggeleng, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah kembali mendekati sang adik yang terduduk lemas disana.

Mark tidak tega, namun bagaimana caranya. Mark berpikir keras, ia tidak boleh egois setidaknya berusaha terlebih dahulu meminta pertolongan, bagaimanapun hasilnya itu urusan belakangan.

"Om, adikku sakit. Apa bisa dibawa kerumah sakit." Kata Mark kembali berlari kearah pria tadi, pria itu menatap bocah kecil yang dengan terheran-heran.

"Huh?"

"Om adikku kena hujan, lalu badannya hangat dan pusing." Kata Mark mengadu agar pria itu mengerti keinginannya.

Pria tersebut masih terdiam mencoba mencerna maksud dari bocah didepannya. Tanpa sadar pria itu sedikit tertarik.

"Yang mana adik Mark?" Tanya-nya hati-hati, benar bukan nama bocah didepannya Mark. Tadi bocah itu sendiri menyebutkan namanya.

"Itu!" Tunjuk Mark kearah selatan dimana adiknya ia tinggalkan sendiri. Dan mata pria tersebut mengikuti arah tunjuk Mark, yah benar sekali ada bocah gembul dengan muka pucat yang sedang tertidur lesu.

Tanpa sadar pria tersebut berdiri dari kursinya, menutup laptop dan iPadnya dengan cepat memasuki semuanya kedalam tas.

Tanpa sadar ia mengikuti langkah Mark untuk mendekati adik Mark yang katanya sedang sakit. Pria itu mendekati Jeno dan menyentuh kening dan badan Jeno dengan pelan. Ini bukan sudah hangat, tapi sangat panas sekali.

"Mana orangtua kalian?" Tanya Pria itu penasaran. Mark yang ditanya hanya menatap sendu pria dihadapannya.

"Kita anak yatim piatu Om." Ujar Mark membuat pria tersebut membelak kaget.

Walah salah ngomong gue.

Pria itu tampak berpikir lama, sesekali menatap kedua bocah dihadapannya. Namun, anak didepannya ini kenapa mirip sekali dengan seseorang.

"Om, gimana? Adik Mark harus di apain?" Kata Mark ketika orang dewasa itu hanya terdiam dan berpikir keras.

"Bawa semua barang kalian. Om bakal gendong Adik Mark, kamu bisakan bawa sendiri?" Mark menggangguk cepat.

Barang bawaan Mark dan Adiknya cukup banyak, apalagi mereka sempat membeli beberapa mainan. Pria tersebut juga sempat keheranan melihat bawaanya kedua bocah tersebut. Ada apa dengan kedua bocah didepannya ini?

Pria itu membawa kedua Kakak beradik masuk kedalam mobilnya. Ia meletakkan Adik Mark di kursi belakang dan membuka bagasi untuk meletakkan barang bawaanya bocah-bocah tersebut.

"Mark duduk dibelakang ya Om, kasian adek." Kata Mark meminta izin saat pria tersebut membimbing Mark untuk duduk dikursi penumpang.

Pria itu mengangguk dan membiarkan Mark duduk dibelakang menemani adiknya. Lalu ia menyalakan mesin untuk membawa kedua bocah itu pergi.

 Lalu ia menyalakan mesin untuk membawa kedua bocah itu pergi

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Choose Family Onde as histórias ganham vida. Descobre agora