02

1.3K 203 52
                                    

Ganesha

"Mona!"

Halaman depan gedung PKKMB, tempat berjajarnya stand-stand promosi UKM ini berisik banget. Suara-suara manusia yang ratusan jumlahnya ditambah suara dangdut dari speaker yang entah di mana.

"Nih, PB-nya."

Tapi, suara ini kerasnya ngalahin suara apa pun dan siapa pun, terkhusus di telinga gue yang ngerasa familiar.

Gue yang lagi ngejelasin banyak hal tentang teater ke sekerumun mahasiswa baru di depan gue sekarang auto berhenti ngomong, noleh ke belakang, nyari-nyari dari mana sumber suara itu berasal.

"Langsung balik lo, Rel?"

Ketemu!

Dia di sana, di depan stand UKM teater, lagi ngobrol sama Mona.

Manusia yang jumlahnya ratusan tidak menghalangi gue buat nemuin satu cewek yang semaleman gue tungguin chat-nya ... eh! Lebih tepatnya, konfirmasi dia soal tawaran gue kemarin.

"Balik duluan, ya, Mon."

Bener-bener baru kemarin gue ngobrol sama dia, dan itu nggak lama, tapi anehnya telinga gue udah familiar aja. Nemuin dia lagi, mata gue langsung berbinar, senyum gue makin lebar. Tangan gue otomatis narik Anggar buat gantiin posisi gue di depan para maba, sementara gue ....

"Eh, ada Temen Mona."

Di sini. Di depan cewek yang masih belum gue tahu siapa namanya. Gue cuma tahu dia temen kelas Mona.

Sapaan gue dibales pake senyum yang nggak begitu ramah, cenderung kikuk, tapi cantik. Dianya juga cantik. Guenya suka?

Pasti.

Dengan segala aspek fisiologis yang ada di dia, gue rasa dia potensial buat jadi lakon di panggung teater. Dia punya nilai seni.

Kalo jadi pacar gue ... emm ... gue belum tahu.

"Temen Mona, dari mana?"

"Dari kelas."

"Mau pulang?"

"He'em."

"Duduk dulu aja sini. Mona, ih! Temen jauh-jauh jalan dari fakultas sen-rup, juga, nggak dipersilakan duduk."

Gue ngeberesin barang—nggak tahu barang siapa—di salah satu bangku, gue bersihin dikit pake tangan, takut berdebu, ngeliat ke dia, kasih isyarat pake dagu dan mata, senyum.

"Langsung pulang aja, Rel! Dimodusin lo entar!"

"Ish! Enggak, ya, ampun." 

"Teater udah mirip kandang buaya, ya, sekarang!"

"Mona mending lo diem." Gue meringis ke Mona yang ... anjir lah, rese parah, gue kan lagi usaha.

Senyum lagi ke temannya yang kayaknya sih masih bingung antara duduk atau pulang. Sampai suatu ketika, ada kerumunan maba datengin stand kita, dan dia yang keliatan agak panik itu ngeliat ke gue.

Ya, gue kasih isyarat lagi aja. Eh dianya pelan-pelan datengin gue, dan yash! Duduk di kursi yang udah gue dedikasiin buat dia ini.

Sementara gue, nggak ke mana-mana, di sini aja, duduk di depan dia.

"Nih, dimakanin. Barangkali laper habis kelas." Gue kasih dia snack box utuh, naruh itu di meja, di deket dia.

Dia cuma senyum kikuk doang, noleh ke depan stand berulang kali, kayaknya sih nunggu sepi biar bisa buru-buru cabut. Dia keliatan nggak nyaman banget sama gue. Haha! Ketawa dalam hati aja lah gue.

FRIENDLY [END]Where stories live. Discover now