Kembalinya ia menapak tanah fana (2)

Start from the beginning
                                    

Sungguh menyebalkan, (Y/n) tidak ingin mendengar pembicaraan ini lagi. 

"Aku permisi dahulu," ucap sang gadis dengan pelan. Langsung saja (Y/n) berdiri untuk beranjak dari tempat duduknya, membawa patungnya, sang gadis menghampiri pria tua pemilik kedai. "Permisi, berapa total semuanya?" Tanya (Y/n) sembari memberi senyuman tipis, bagaimanapun kepada yang lebih 'tua' dia masih memiliki rasa hormat.

Cukup terkejut dengan kedatangan sang gadis, pria itu mengambil kesimpulan bahwa benar gadis ini adalah gadis bangsawan. Menyebutkan harga, (Y/n) membayar pria itu tanpa ragu. "Nona muda, saya sarankan untuk berhati-hati. Dengan penampilan anda, anda bisa saja dikira sebagai pengantin."

Orang tua itu berkata dengan lembut, sungguh dia menyayangkan jika anak seelok (Y/n) menjadi target sang hantu pengantin pria. "Paman tidak perlu khawati, aku cukup tangguh." Meski mengatkan hal tersebut, (Y/n) tetap mengangguk. "Benar juga, paman tidak masalah jika aku mengamen didepan kan?" Tanya (Y/n) membuat pria tua itu sedikit membola, mengamen? ternyata bukan anak bangsawan, tapi orang berbudi luhur.

"Tentu, silahkan saja. Semoga Dewa memberkatimu nak," ucap sang pria sembari tersenyum.

'Andai paman ini tau,' batin (Y/n) sembari mebalikan tubuhnya. Gadis itu duduk didepan kedai sang pria, dia memasukan tangan kirinya kedalam saku lengan tangan kanan. Setidaknya dengan begini orang tidak akan melihatnya mengubah gelang menjadi alat musik ruan. Gadis itu menarik keluar alat musik ruan indah yang dihiasi motif bunga sebelum memainkannya. 

Aroma bunga kembali tercium, jemari lentik sang gadis memetik empat senar ruan secara bergantian guna memainkan melodi indah. Orang-orang yang lewat menatapnya dengan kagum, tetapi mereka tidak berani mendekat, aura yang dipancarkan gadis itu adalah seperti seorang aktris level tinggi yang tengah memainkan musik diatas panggung okestra.  Mereka yang lewat bahkan menghentikan langkah kaki untuk memperhatikan sang gadis.

Permaninan musik (Y/n) terhenti ketika gadis itu mendengar suara langkah kaki keluar dari kedai. Membuka mata yang semua ia tutup, (Y/n) mendapati Xie Lian yang telah menggunakan topi jeraminya. "Sudah selesai?" Tanya (Y/n) kembali memasukan ruan kedalam saku lengan sebelah kanan, dan mengubahnya menjadi gelang.

"Benar, ayo kita pergi." Xie Lian menjulurkan tangan kirinya membiarkan (Y/n) meraih telapak tangan itu. Keduanya berjalan tapi terhenti ketika tidak merasakan langkah kaki dua orang dibelakang mereka. "Mau kemana?" Tanya Nan Feng menatap keduanya. "Kami ingin mencari tempat untuk bermalam," jawab Xie Lian tanpa ragu. "Fu Yao, kenapa kamu memutar matamu lagi?"

Melihat kemana (Y/n) dan Xie Lian akan pergi, Nan Feng melanjutkan pertanyaannya. "Lalu kenapa kalian menuju kesemak-semak liar?" 

Faktanya saja, kedua suami istri itu sering berkemah di alam liar dan tidur dijalanan, mereka bisa membentangkan seprai dan bermalam begitu saja. (Y/n) sendiri juga sudah terbiasa dengan hal itu, lagi pula dia yang menemani Xie Lian selama kurang lebih 800 tahun. Tapi sepertinya Nan Feng dan Fu Yao tidak akan menerima itu. Secara, mereka adalah pejabat bela diri dibawah dewa bela diri. Jika kuil Nan Yang, Kuil Xuan Zhen atau Kuil Yu Yong ada disekitar sini.

Ah, (Y/n) baru ingat dia memiliki Kuil disekitar sini. Jangankan disini, Kuil (Y/n) hampir ada disemua tempat. Yu Yong adalah nama Dewi miliknya, Yu Yong sendiri berarti Kreatif dan fasih dengan kata-kata, musik dan seni, tetapi juga mengasuh dan mendukung orang lain. Sama saja seperti nama yang ia emban sebagai seorang Dewi.

"Aku memiliki kuil disekitar sini," ungkap (Y/n) membuat semua perhatian melirik kearahnya. "Luar biasa, A-(Y/n) kemanapun aku pergi sepertinya kuilmu ada dimana-mana," ungkap Xie Lian tidak dapat menutupi kekagumannya. 

Faktanya membangun kuil itu tidaklah mudah, kamu harus menyiapkan patung mewah untuk para dewa, tapi tidak dengan (Y/n). Bahkan jika hanya berupa lukisan atau benda yang merepresentasikannya, (Y/n) sama sekali tidak masalah. Toh niat mereka baik untuk berdoa dan bukan macam-macam. Malah banyak orang takut memahat patung (Y/n) karena mereka takut akan hasil yang tidak sempurna.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Where stories live. Discover now