Jonggun mengelus bagian tubuh Jungoo yang tak sengaja ia remas tadi, menjadikan si pirang kembali tenang. Ia menoleh pada Jihoon yang terkapar di lantai ruangan itu, pria itu belum mati. Ia menyuruh anak buahnya untuk membawa Jihoon.

Dengan langkah tegapnya ia keluar dari bangunan menjijikkan itu, masih dengan Jungoo yang berada dalam dekapannya.

Tunggu saja, Jonggun akan menunjukkan apa itu neraka pada si brengsek yang berani mengacaukan Jungoo-nya.
.

.
Beberapa hari selepas 'kejadian' dalam bangunan apartemen tersembunyi itu, media sosial maupun saluran tv Nasional di hebohkan dengan hilangnya seorang model secara tiba-tiba. Tak ada jejak apapun, bahkan tak ada kesaksian dari siapapun yang sekedar melaporkan dimana lokasi terakhir model itu berada barangkali ada yang melihat.

Seolah seorang model yang telah memiliki nama besar itu hilang di telan bumi. Pihak polisi yang mencari beberapa hari belakangan ini pun tak menemukan petunjuk sedikitpun.

Jonggun, lelaki itu tergelak ketika melihat siaran tv tersebut, menganggap berita itu adalah hal yang lucu. Jelas saja para manusia dengan embel-embel polisi itu tak menemukan keberadaan si model itu.

Menyembunyikan sebuah 'bangkai' agar tak ada orang lain yang mencium baunya adalah hal yang mudah bagi Jonggun. Lagipula bukan sekali dua kali dia melakukan hal seperti ini.

Jonggun jadi ingat, kira-kira bajingan yang bernama Lee Jihoon itu masih hidup atau tidak ya? Sudah berapa hari Jonggun mengurung lelaki itu dalam ruangan pengap berkubang darah itu? Tiga, atau empat hari ya?

Jonggun masih saja tertawa, apalagi ketika melihat semua saluran televisi itu menampilkan berita yang sama, ia semakin tertawa keras, melupakan makhluk pirang yang sedari tadi berada di pangkuannya.

Jungoo terbangun karena Jonggun yang tertawa begitu keras, ia tadi tertidur pada pangkuan Jonggun, menaruh wajahnya pada dada lelaki bermata hitam itu, posisi yang sangat nyaman sebelum lelapnya terusik karena Jonggun yang entah menertawakan apa.

Suara seraknya menyerukan protes pelan, "Ummm...Jonggun lo jangan ketawa mulu, gue mau tidur."

Jonggun mengatupkan bibirnya, ia lupa dengan makhluk pirang yang sejak tadi menempel padanya. Tangannya mengusap-usap pelan punggung si pirang.

Jungoo mendongak, memanggil pria bermata hitam dengan pelan, "Jonggun..."

Jonggun masih tak mengalahkan pandangannya dari televisi, ia hanya merespon dengan sebuah gumaman tak minat, "Hm?"

Pria pirang itu menatap wajah pemuda bermata hitam yang masih enggan menatap padanya, ia bertanya dengan ragu, "Lo...masih marah ya?"

Jungoo menghela nafas, semenjak kejadian pada apartemen itu Jonggun sama sekali tak mau menatapnya, walaupun Jonggun jadi bersikap sedikit lembut terhadapnya akan tetapi ia tak suka jika Jonggun tak mau melihatnya seperti sekarang ini.

Jonggun menatap sekilas pada Jungoo, tersirat nada sarkas dalam ucapannya, "Lo punya otak kan Kim Jungoo?"

Jungoo meraih wajah Jonggun, menatap tepat mata yang di dominasi warna hitam tersebut, ia berucap dengan serius, "Gue minta maaf."

Jonggun menepis tangan Jungoo pada wajahnya, ia menjawab dengan acuh, "Ya."

Jungoo merasa kesal, secara tak sadar ia menaikkan suaranya, "Jonggun!"

Jonggun menimpali tak kalah kesal, "Apa?!"

Tangannya membuat pola abstrak pada dada bidang lelaki mata hitam, si pirang mencicit pelan, "Gue, minta maaf..."

Jonggun berdecak, sungguh, ia kesal sekali dengan si pirang ini, "Ck, lo tau kan yang lo lakuin itu salah besar? Gila ya lo?!"

Jungoo menjawab dengan lirih, "Gue nggak tau kalau dia orang brengsek, dia baik kok awalnya."

Sangkar || GunGooWhere stories live. Discover now