^^^^^^

1K 81 21
                                    

Beberapa lembar kertas terlempar begitu saja di atas meja. Si pelaku malah menyesap benda  berkandungan nikotin dengan santai.

Pria dengan marga Kim mengambil kertas-kertas yang di lempar di hadapannya tersebut, ia mengamati kertas yang berisi dengan biodata seseorang. Matanya fokus membaca bagian-bagian penting. Ia sedikit mengangkat alisnya, mengapa profile orang yang tertulis di dominasi oleh orang yang telah berumur?

Tidak terlalu ambil pusing, Jungoo, ia berjalan menuju pintu keluar. Kemeja hitam yang dikenakan membalut tubuh yang kini telah terbentuk. Proporsi badan ideal telah ia capai semenjak latihan bersama Jonggun dengan sangat amat 'menyenangkan'.

Suara berat dari si Yamazaki menginterupsi Jungoo sebelum keluar, "Bawa kepala mereka buat gue, Kim Jungoo."

Jungoo yang sudah berada di ambang pintu menoleh, ia menatap ke arah Jonggun yang masih senantiasa merokok pada kursi kerjanya, "Bukannya itu tugas lo?"

Ia sedikit heran, bukannya tugas Jungoo hanya membawa orang-orang itu ke hadapan Jonggun?

Jonggun menghembuskan asap rokok nya sebelum bertanya, "Lo punya masalah?"

Jungoo tak menjawab, ia berbalik ke arah pintu keluar. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan tersebut suara Jonggun kembali memenuhi telinganya.

"Jangan sampai mati, gue gak mau nyari 'peliharaan' lagi, Kim Jungoo."

Kalimat yang terucap itu seakan mengandung ejekan, dan itu terdengar sangat menjengkelkan pada telinga Jungoo. Ia keluar dari ruangan itu dengan bersungut, Jungoo bisa mendengar Jonggun yang tertawa tak jelas dalam ruangannya.

Park Jonggun itu benar-benar definisi orang gila yang melebihi gila menurut Kim Jungoo.

Yamazaki Jonggun sialan itu harusnya memeriksakan kondisi psikis nya. Jungoo sempat berfikir bahwa Jonggun adalah pasien Rumah Sakit Jiwa yang sedang melarikan diri. Yamazaki itu sedikit tak normal.
.

.
Park Jonggun brengsek itu meremehkan nya.

Jangan sampai mati? Lucu sekali.

Para Tua bangka ini bahkan tak mengerti cara untuk berlari. Kaki-kaki gendut mereka bersusah payah untuk merangkak. Lihat, perut berisi lemak itu semakin menyusahkan mereka untuk bergerak.

Jungoo menatap pada mereka yang berusaha melarikan diri. Hal pertama yang terucap dalam otaknya adalah, mereka semua idiot.

Untuk apa berusaha melarikan diri jika hal yang pasti adalah mati? Mereka hanya membuang-buang tenaga sebelum akhirinya raga dan jiwa terpisah untuk selamanya.

Jungoo mengusap dagu nya, ia berpikir, mungkin jika ia tadi tak menembaki kaki-kaki para pria tua itu mungkin mereka masih bisa berlari dengan benar setidaknya.

Hm, tapi tadi ia merasa kesal kepada Jonggun, jadi ia melampiaskan kepada para orang tua yang tak berguna ini. Tak salah kan?

Bisa-bisanya Jonggun menamai pekerjaan ini dengan 'memburu tikus', bukankah seharusnya tikus identik dengan hewan kecil menjijikan yang susah ditangkap? Jika seperti ini maka Jonggun idiot itu harusnya menamai pekerjaan ini dengan 'memburu siput-siput gendut', bahkan nama itu terdengar lebih cocok.

Dan yang lebih bodohnya lagi, mengapa Jungoo menerima pekerjaan ini sebagai tugas pertamanya. Harusnya ia tadi memilih siapa yang akan ia 'buru'.

Ini bahkan sama sekali tak menyenangkan. Suara raungan menyedihkan itu memenuhi indra pendengaran siapapun yang berada di gudang terbengkalai dalam hutan tersebut, membuat Jungoo sedikit muak.

Beberapa saat yang lalu sebelum mereka berada di gudang yang memang di jadikan sebagai tempat menuju neraka, mereka harus menangkap para orang-orang berumur itu. Bukanlah hal yang susah, mereka dapat dengan mudah menangkap beberapa orang tua bau tanah yang masih memiliki hutang dalam nominal besar kepada Yamazaki.

Sangkar || GunGooDonde viven las historias. Descúbrelo ahora