Mendekatkan diri (3)

Start from the beginning
                                    

Mengangguk mantap, Jiwoo membulatkan tekad. "Aku ingin mendengarkan lebih," jawabnya tanpa ragu. Menghembuskan nafas, Gohyun hanya bisa pasrah akan keputusan dari sahabatnya. Malam itu mereka bertiga saling bertukar cerita.

.....

"Hoam..." (Y/n) merenggangkan tubuhnya sesaat dia selesai memakai sepatunya. "Nona, ini bekal anda, anda hampir meninggalkannya." Suara Mikael terdengar saat pria itu keluar dari rumah dengan celemek yang masih ia gunakan. Jujur saja melihat penampilan Mikael seperti ini kadang membuat (Y/n) lupa kalau dia adalah orang yang penah membunuh puluhan demi (Y/n).

Mengambil kotak bekal tersebut, (Y/n) memasukannya kedalam tas hitamnya. "Terimakasih ya," ujar (Y/n) tersenyum, sukses membuat serabut merah menghiasi wajah Mikael. Melihat kejadian itu, Michelle hanya bisa mengendus geli. "Nona ayo kita pergi! Jiwoo dan Gohyun sudah menunggu!" Seru Michelle membuat (Y/n) menyusulnya, sesaat sang gadis berjalan mendahului Michelle, gadis bersurai baby blue melirik kearah kakanya sembari menjulurkan lidah.

Baru saja keluar dari pagar, (Y/n) mendapati Jiwoo dan Gohyun di rumah sebelah. Berjalan mendekati mereka senyuman terukir pada wajah (Y/n). "Selamat pa--" Belum selesai gadis itu mengucapkan sapaan, Jiwoo tiba-tiba memeluk tubuh (Y/n). Pemuda itu sama sekali tidak mengucapkan apapun. "Jiwoo...?" Tanya (Y/n), tangan gadis itu dengan pelan bergerak untuk mengelus surai Jiwoo.

Dari belakang Jiwoo terlihat Gohyun membuang wajahnya. Mengendus pelan (Y/n) menepuk pundak Jiwoo pelan. "Sudah, sudah, ayo nanti kita telat loh." Melepaskan pelukan, Jiwoo tersenyum kearah (Y/n). "Uhm! Ayo!" Seru pemuda itu menggenggam tangan (Y/n).

Michelle yang baru berjalan mendekati Gohyun menatap sang pemuda seolah meminta penjelasan. "Jangan tanya aku, ayo ikuti saja mereka." Tentu saja pemuda itu akan mengelak, memutar bola matanya, Michelle mulai berjalan di samping Gohyun.

Tidak lama mereka berjalan, perjalanan mereka terhenti saat sesosok gadis tidak asing muncul. "Hey," ujarnya dengan tenang. "Hah? Lee Subin?" Ujar Jiwoo cukup terkejut dengan kehadiran gadis itu. "Loh cewek emo!?" Seru Michelle lagi belakang, panggilan yang dibuat Michelle sukses membuat Gohyun menahan tawa.

"Sembarangan! Cih, dan siapa yang memberimu izin untuk memangin namaku?" Tanya Subin keheranan dengan nada yang akrab. "Ah, Subin ya, aku dengar kemarin kalian bertemu lagi. Apa kamu pulang dengan selamat?" Tanya (Y/n) membuat Jiwoo mengangguk setuju.

'Ada apa dengan orang-orang ini?' Batin Subin heran akan ke-sok akraban yang dia terima.

Manik hitamnya melirik kearaj Jiwoo dengan serius. "Oi, berhentilah omong kosong dan panggil orang bernama Wooin itu," ucapnya tegas. Saat itu tiba-tiba Gohyun menyandarkan lengan kanannya pada pundak kiri Jiwoo. "Memangnya mau ngapain nyari Wooin, eh?" Tanya Gohyun berhasil membuat perempatan imajenir muncul pada dahi Subin.

"Ini bukan urusan kalian, panggil saja dia. Kenapa kalian selalu menghalangiku?" Tanya Subin dengan ekspreksi datar. "Memangnya apa yang kamu inginkan dari Wooin? Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi Wooin tidak melakukan hal buruk padamu, kenapa kamu mencarinya?" Tanya Jiwoo serius. Subin terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "kalian dari organisasi mana?"

"Oh, kami tidak berasal dari organisasi apapun." Balasan itu Michelle ucapkan dari samping Gohyun. Mendengarkan penjelasan dari Michelle membuat Subin mengalihkan padngannya, gadis itu menghembuskan nafas. "Ha... Tidak masuk akal. Benar kata Jisuk, kau tidak mengerti dunia ini," ucap Subin. Mengetahui apa yang akan gadis itu lakukan, (Y/n) refleks berdiri dihadapan Jiwoo.

Subin mendekatkan wajahnya dengan mata yang melotot. "Apa kau ingin mati?" Jelas pertanyaan itu ditujukan pada Jiwoo. "Hey, tidakkah itu berlebihan?" Tanya (Y/n) berusaha melerai Subin, tetapi gadis itu kini menatap kearah (Y/n) dengan tatapan dinginnya. "Kalian tidak memiliki organisasi, aku yakin kau paham apa yang aku maksud. Kenapa kalian berani menentangku? Tidakkah kalian ingat bahwa kakek ku adalah ketua organisasi?"

Dari samping kiri sebenarnya Michelle sudah menatap Subin dengan tatapan tajam, namun dia tidak akan bergerak selama nonanya tidak memerintahkan. Membuang pandangannya ke kanan, Subin menghembuskan nafas singkat. "Cepat pergi dan panggilkan Wooin," ucap gadis bersurai hitam itu. Dengan lembut Jiwoo menarik (Y/n) kesampingnya, remaja itu mengenggam telapak tangan gadis itu dan memberikan remasan dengan lembut seolah-olah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

  Menatap Jiwoo keheranan, sejujurnya (Y/n) jadi binggung dia ini terlalu baik atau bagaimana. "Aku bilang tidak. Dari sikapmu yang seperti ini membuatku yakin tidak boleh mempertemukanmu dengan Wooin," tegas Jiwoo. "Bukankah sudah ku bilang baik-baik, aoa kau mau mati, hah? Apa kalian rerlalu bodoh? Kalian bahkan tidak akan mengerti apa yang akan terjadi."

Menghembuskan nafasnya, Gohyun melipat tangan didepan dada. "Sudahlah, kami tidak akan menjual teman kami demi keselamatan kami," ungkap pria bersurai hitam itu dengan dahi yang berkerut. "Hahahahaha!" Suara tawa Subin terpecah mendengar penjelasan Gohyun. "Kalian beruntung karena bertemu denganku, aku tidak suka melakukan sesuatu tanpa lasan. Tapi jangan pernah lakukan ini pada orang lain, kalian tidak tau apa yang akan terjadi jika terus seperti ini."

"Tidak masalah, karena kami tidak akan saling mengkhianati." Ucapan Jiwoo membuat Subin menghembuskan nafas pendek. "Oke, baiklah." Baru saja gadis itu akan pergi, setidaknya sampai sebuah suara familiar terdengar. "Kau lagi?" Dari belakang mereka, Wooin berjalan mendekati mereka dengan dahi yang berkerut.

"Orang yang kau cari adalah aku, kenapa kau mengancam mereka?" Tanya Wooin tidak senang.

"Ancaman ya... Bisa dibilang memang begitu," ujar Subin tidak jadi pergi meninggalkan tempat tersebut. "Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya kemarin. Lalu kenapa kau ada disni?" Tanya Wooin membuat tatapan Subin beralih kearahnya. "Tidak ada, aku hanya mau memastikan sesuatu. Apakah kau layak sampai membuat master melanggar peraturan, aku ingin memastikan itu sendiri."

"Dan kenapa aku harus memenuhi itu?" Tanya Wooin dengan ekspreksi tidak enak. "Yah itu karena aku mau. Kau... Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri, Jika kau lari, teman-temanmu akan berada dalam masalah." Sontak saja Wooin mengambil posisi berdiri didepan semua temannya. Perlahan namun pasti, mereka melihat aura hitam kemerahan menyelimuti tubuh Wooin.

"Wo, wo, wow! Tunggu dulu, kalau mau bertarung jangan disni dong. Kalian mau dilihat orang sebagai orang aneh yang memiliki kekuatan? Kalian awaken kan? Lakukanlah dengan cara seorang awaken," Tegur Michelle yang ternyata sedari tadi merekan perdebatan mereka.

.....

"Jadi... Kalian berdua ingin menguji kemampuan kalian disni?"

Kini mereka berada di kantor pusat Shinhwa. Wajah penuh kepercayaan Jiwoo membuat (Y/n) menahan tawanya, ini rasanya seperti mendobrak rumah orang tapi anak itu tidak sadar. "Maaf, nona. Aku kemari diam-diam jadi aku tidak bisa ke asosiasi," jelas subin pada Jiyoung.

Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka lebar. "Ku dengar Lee Subin dan Wooin akan bertarung!?" Sosok Jisuk dengan senyum lebar memasuki ruangan, melihat itu Michelle langsung berlari kearah Jisuk sebari memberikan tos. "Untung kau datang cepat Jaisuk! Kalau tidak kau akan melewatkan hal seru!"

Mengedipkan matanya berkali-kali, (Y/n) sungguh tidak menyangka mereka berdua akan akrab begini. Jika dilihat dari reaksi Michelle, jelas bahwa gadis itu yang memberikan kabar ini pada Jisuk. Ruangan itu sunyi untuk sejenak, membuat kedua remaja yang saling bertegur sapa tadi menatap sekita. "Apa?" Tanya mereka kompak.

—————————————————

Okay jadi kenapa Michelle manggil Jisuk itu Jaisuk? Karena dalam bahasa inggris i itu dibaca Ai. Jadi Michelle ngebaca nama Jisuk dalam bahasa inggris jadi Jaisuk. Biar terdengar Seperti nama jisuk secara korea, kadang Michelle bacanya pakai E. Karena e dalam Inggris dibaca i jadi Jesuk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝑈𝑛𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐸𝑥𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑒Where stories live. Discover now