🐚 › 〉 BAB • TIGA .ೃ

40 12 5
                                    

[🌊🌊🌊]

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


[🌊🌊🌊]

"Ohh, jadi namamu adalah Nene dan kau aslinya itu putri duyung?" Aku mereka ulang penjelasan yang baru aku dengar dari gadis itu dan si  gadis menganggukkan kepalanya. Kami telah berpindah tempat ke dalam gudang tempatku bekerja memisahkan kain-kain tadi.

"Dan kau menjadi manusia karena kau ingin menyatakan cintamu ke putra mahkota, tetapi gagal karena putra mahkota ternyata memiliki sepasang kekasih yang sangat ia sayangi dan mereka akan menikah bulan depan?"

Dia mengangguk lagi.

"Lalu kontrakmu dengan penyihir yang mengubahmu menjadi manusia itu adalah sebulan, jika kau gagal kau akan menjadi buih. Sementara besok adalah hari terakhirmu?"

"Benar."

Lantas aku menatapnya dengan skeptis, "Bagaimana pun juga, semua ini tidak terdengar masuk akal. Kau pikir aku seorang bocah yang mudah dibohongi dengan cerita omong kosong seperti ini?"

Nene menghela napas mendengar pernyataanku tersebut, lalu menatapku dengan malas, "Kau pikir kulitku yang tadi kau saksikan tiba-tiba berubah menjadi sisik terlihat masuk akal?" Dia melipat tangannya di depan dada. "Intinya aku sudah mengatakan yang sebenarnya, terserah kau ingin percaya atau tidak."

Aku menjadi terdiam lagi. Apa yang dikatakan Nene benar, mana ada manusia yang kulitnya tiba-tiba berubah menjadi sisik setelah terkena air? apalagi aku baru saja menyaksikan kejadiannya benar-benar jelas di hadapanku. Tetapi aku masih tidak percaya pula bahwa gadis di hadapanku ini sebenarnya adalah mahluk mitologi yang sering kujumpai di buku dongeng milik adik perempuanku.

"Baiklah, baiklah, aku percaya. Kau tidak perlu ketus seperti itu!" ujarku seraya menghela napas. "Tapi kau masih belum menjelaskan mengapa kau melakukan hal berbahaya seperti tadi? kau tahu jantungku hampir saja copot  melihatmu menerjang ombak seperti itu!"

"Aku hanya merindukan rumah," balas Nene tanpa ragu. "Bernyanyi di tengah laut seperti itu membawa perasaan tenang padaku karena membuatku mengingat bahwa dulu aku juga sering bernyanyi permukaan laut untuk  rembulan saat aku masih menjadi putri duyung seutuhnya."

"Tetap saja itu berbahaya! Kau tidak lihat tadi ombaknya mengamuk-amuk??"

"Kalau berbahaya memangnya kenapa? Toh, besok aku juga akan mati."

Celetukkan itu lantas membuatku bungkam kembali, cuman yang kali ini disertai dengan rasa iba yang tampak jelas dari raut wajahku. Hatiku terasa diremas melihat ekspresi wajahnya yang mendadak murung tersebut.

Bedasarkan penjelasaanya tadi, dia menekankan tidak ada jalan keluar dari masalahnya ini selain menerima takdir. Batinku mengatakan bahwa aku sangat ingin menolongnya dari kemalangannya itu, tapi aku pun merasa tak berdaya karena tidak terlalu paham dengan dunia macam apa yang ia hadapi. Lagipula aku ini hanyalah manusia biasa.

ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑨𝒏𝒕𝒂𝒓 𝑨𝒕𝒎𝒂┊ NENEKASA ˎˊ-Onde as histórias ganham vida. Descobre agora