Mendekatkan diri (2)

Start from the beginning
                                    

"kayden...?" Pertanyaan itu membuat sang kucing menatap sinis. "Aku kira aku yang tua disini, berani-beraninya kau melupakan orang hebat seperti aku," jawab Kayden membuat (Y/n) memandanginya tidak percaya. "Yah, kau sudah berkembang. Itu bagus, bagaimana jika menunjukan kepadaku apa yang kau bisa?" Tanya Kayden turun dari kursi tersebut.

"Ikuti aku."

Tanpa basa-basi sang gadis langsung berjalan mengikuti sosok kucing itu keruang bawah tanah rumah Jiwoo. Dia lega aktingnya tidak ketahuan, untung saja dahulu dia mengikuti klub theater. Menuruni tangga, akhirnya mereka tiba pada ruangan dengan tempat yang cukup luas untuk bergerak. Kayden melompat keatas satu kardus dan duduk diatas sana.

Matanya menatap tajam kearah (Y/n). "Sekarang, perlihatkan padaku apa yang kau bisa tanpa merusak benda disni." Terdiam beberapa saat, (Y/n) memilih untuk duduk dilantai. Menunjukan apa? Sejujurnya disini (Y/n) bingung. Butuh waktu beberapa menit untuk (Y/n) akhirnya menutup kedua mata.

Dia ingat ini, suatu cara yang dilakukan Min (Y/n) untuk memamerkan kekuatannya. Dengan cara membuat sebagian kecil kekuatan itu menjadi bola energi. Mengfokuskan diri, (Y/n) merasakan energi apa saja yang pernah ia serap, mulai dari api, air, angin, es, tanah, tumbuhan, penghancur, pencipta, dan lain sebagainya. Setidaknya sampai dia merasakan suatu energi yang membuat tubuhnya merinding, listrik. Sejak kapan?

Membuka kedua matanya, kini disekitar tubuh sang gadis tampak banyak bola-bola energi yang melayang. "Ho? Kau sudah dapat menggunakan trik itu ternyata," ucap Kayden cukup terkesan. Trik ini adalah cara keluarga Min untuk memberikan buff kepada sekutu sesuai dengan apa kekuatan yang dimiliki oleh sekutu. "Ah, tidak juga. Ini sebenarnya aku masih belum bisa memasukannya kedalam tubuh orang," balas (Y/n) sembari menggaruk pipinya yang tidak gatal.

Bagaimanapun, hal yang ia ucapkan adalah fakta. Banyak awaken tidak dapat menerika buff dari Min (Y/n) karena kekuatan energi pemberian Min (Y/n) yang lebih kuat, itu dapat membuat tubuh awaken yang menerima buff darinya hancur dari dalam. "Huff, kekuatanmu menyerap energi kan? Tidak heran jika semakin kaut dirimu, akan semakin susah orang menerima energi darimu. Tapi cobalah menurunkan kadar kekuatan yang bercampur pada energi yang kau serap, dengan begitu orang akan lebih muda menerima buff darimu."

Sejujurnya itu masuk akal, (Y/n) ingat kalau Min (Y/n) setelah menyerap energi orang akan langsung membuat energi itu menjadi kekuatannya sendiri. "Kenapa kau memberitahuku ini?" Tanya (Y/n) kembali menyerap semua bola energi disekitarnya. Menghembuskan nafasnya, Kayden melompat turun dari atas kotak dan berjalan kehadapan (Y/n).

"Menurutmu kenapa? Karena sekarang kau sudah cukup kuat untuk memangil dirimu sebagai muridku," ujar Kayden membuat manik (E/c) sang gdis membola. Apa? Sejak kapan... ah tidak, (Y/n) ingat sekarang. Dalam fanfic tulisannya, Min (Y/n) bukan ditolak, tapi Kayden tidak menjawab permintaan itu dengan jawaban pasti. Tapi karena sekarang itu menjadi kenyataan untuk (Y/n), sepertinya Kayden memiliki pemikiran sendiri.

Kesunyian dari (Y/n) membuat kucing itu menatapnya dalam waktu lama. Anak yang dulu melawannya kini telah bertumbuh besar, selain kekuatan, penampilan luarnya juga sekarang menarik, tidak dengan tingginya. Jika boleh jujur anak gadis ini cantik, tapi tentu Kayden tidak akan mengakui hal itu dihadapan (Y/n) langsung. Tapi mengesampingkan hal itu, dia terlihat pucat.

"Berbaliklah, aku akan mengajarkanmu force control ku lagi."

Mengangguk, (Y/n) langsung mengambil posisi duduk membelakangi Kayden. Kucing itu meletakan kaki depannya pada punggung bagian bawah (Y/n). "Fokuskan dirimu, ingat apa yang aku ajari dan cobalah untuk mengalirkan semuanya," ucapan Kayden tidak dijawab oleh (Y/n) kali ini. Mengingat apa yang akan terjadi dimasa depan, sepertinya akan bagus jika (Y/n) menyisahkan setengah force control yang Kayden berikan.

Gadis itu menyerap setengah force control yang diberikan dan memisahkan setengahnya lagi. Melepaskan tangannya dari punggung (Y/n), Kayden menyerigai melihat aura putih lembut disekitar tubuh sang gadis. Apakah awaken liar memang seberbakat ini? Atau memang hanya murid-muridnya saja yang merupakan monster?

Apapun itu, Kayden tidak peduli.

Kucing itu tiba-tiba merasakan aura familiar didepan rumah Jiwoo. "Hey, pelayanmu yang pria itu sedang berada didepan pintu, ayo kita naik." Suara dari Kayden berhasil membuat (Y/n) membuka matanya. Benar juga, dia tadi meminta Mikael untuk memasakkan cemilan. Tapi sayang sekali teman-temannya sudha pergi duluan.

Keluar dari ruang bawah tanah, (Y/n) berjalan kepintu depan dan membuka pintu itu. Disana dia mendapati sosok Mikael membawa sebuah baskom besar berisi kentang goreng. "Nona... Michelle bilang anda sendirian disini, jadi saya membawa cemilan yang anda inginkan." Jujur kasihan, (Y/n) hampir melupakan Mikael.

"Ah iya masuklah dahulu, kita habiskan ini didalam saja." Perintah (Y/n) dijalankan langsung oleh pria itu. Dapat gadis itu lihat Kayden kembali duduk diatas sofa dengan para kucing yang menyelimuti tubuhnya. "Ah? Jiwoo-ah memiliki banyak kucing, manis sekali." Mikael mengambol posisi duduk pada lantai, (Y/n) juga melakukan hal yang sama, gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sofa yang diduduki Kayden.

Mengambil salah satu kentang goreng yang Mikael bawa, gadis itu menyantap kenikmatan duniawi. "Woah, rasanya pas sekali. Apa ini menggunakan bumbu yang aku minta di impor dari Indonesia?" Tanya (Y/n) memasukan sepotong kentang goreng lagi kedalam mulutnya. Mengambil sepotong kentang, Mikael mengangguk. "Benar nona, saya tidak tau kalau nona mengetahui bumbu yang begitu kuat rasanya."

Kuat rasanya? yah... Mungkin karena Mikael dan Michelle adalah orang laur jadi mereka tidak pernah merasakan yang namanya 'micin' Indonesia.

"Kami pul... Eh? Hyung berada disini?" Suara lembut Jiwoo membuat (Y/n) dan Mikael menoleh. "Selamat datang, benar aku berada disini sesuai dengan permintaan nona. Ayo kemarilah, aku dengar dari Michelle kalian tadi pergi memberi makan kucing, benar? Aku menyiapkan cemilan untuk kalian."

Gohyun tanpa basa-basi langsung duduk disebalah (Y/n), membuat Michelle mengeluh dan duduk dihadapan (Y/n). "Hah!? Kenapa rasanya begitu kuat? Ini bukan garam ya?" Tanya Gohyun kaget sesaat kentang itu masuk kedalam mulutnya. Terkekeh, (Y/n) menggelengkan kepala. "Bukan, itu bumbu impor dari luar negeri, bagaimana?" Tanya (Y/n).

Pasalnya makanan kesukaan Gohyun adalah kentang goreng dan Pizza. "Ini... Lezat," ucap Gohyun dengan serabut merah menghiasi wajah. Anak itu sungguh tidak terbiasa jujur akan perasaannya. "Jiwoo sini cobain dulu," ujar (Y/n) mengambil salah satu kentang dan menyodorkannya kearaj Jiwoo yang mengambil posisi duduk disebelah Michelle.

Bukannya mengambil kentang itu, Jiwoo langsung memakan kentang dari suapan (Y/n). Manik (E/c) sang gadis membola melihat itu, sementara Jiwoo sibuk mengunyak kentang goreng tersebut. "Benar! Ini lezat sekali, aku menyukainya." Menatap ekspreksi Jiwoo, sungguh manis sekali remaja itu. Jika boleh (Y/n) minta sisa kan satu lelaki seperti Jiwoo untuknya.

"Benar bukan? Jika begitu, kalian nikmatilah. Aku akan membuatkan minuman dahulu, Jiwoo, aku pinjam dapurnya," ucap Mikael sontak berdiri. Jiwoo jelas ingin membantu pria itu, namun ditahan oleh Mikael itu sendiri. "Kalian nikmati saja, ini tidak akan lama." Mau tidak mau, akhirnya Jiwoo menurut dengan perkataan dari Hyung-nya itu.

Interaksi yang hangat membuat Kayden menghembuskan nafas melihatnya. Bagaimana reaksi Jiwoo dan Gohyun jika dia menceritakan tentang murid pertamanya ya?

—————————————————

Okay disini aku akan menjelaskan soal... Gohyun, dia sebenarnya ngak benci sama mbak nem. Cuma yah membekas lah karena hampir dibunuh. Tapi selain itu si Gohyun ini sifatnya juga terus terang dan sarkas. Kalau ketemu Daeseong dari fanfic sebelah mereka bakal akrab sih, disisi lain dia cukup Tsundere kalau soal masalah perasaan dia sendiri.

Dan soal 'kayden punya pemukiran sendiri' itu sebenarnya sesimpel kyk... Karkater yang kita tulis tiba-tiba berubah padahal kita ngak nulis dia kyk gt. Apalagi ini posisi mbak nem masuk ke fanfic dia, artinya sekarang fanfic itu menjadi realita buat dia. Yang mengartikan bahwa 'karkater' itu memiliki pemikiran sendiri.

𝑈𝑛𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐸𝑥𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑒Where stories live. Discover now