Prolog

715 126 5
                                    

Sebongkah tanah basah ia cengkeram erat dalam genggaman. Mencoba merasakan kehadiran seseorang yang dulu telah mematahkan hatinya. Namun, nyatanya ia tak merasakan apa-apa. Hanya sakit yang teramat menggigit yang terus menerus mendera.

Satu hal yang terus menerus ia sesali. Kebodohannya. Hanya itu. Kebodohan yang berujung lenyapnya sosok yang begitu ia puja sejak bertahun-tahun lalu. Sosok yang terus menerus ia pupuk rasa benci karena ia anggap sebagai pengkhianat. Namun, ternyata dirinyalah yang berkhianat di antara mereka.

"Ampuni aku. Ampuni atas semua kesalahanku. Maafkan semua kebodohanku," ucapnya lagi sambil terisak di atas batu nisan yang tak akan mungkin bisa membalas semua kalimatnya.

Semua sudah begitu terlambat. Tak akan ada satu pun jalan untuk kembali apalagi memperbaiki.

###
Pemanasan dulu, ya. Masih prolog dulu.

Kira-kira ada yang mulai main tebak-tebakan, nggak? Apa justru makin mabok🤣🤣🤣

Nia Andhika
23012024

Resolusi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang