Adara and The Magic Jar

1.5K 70 36
                                    

Seorang gadis tengah berjalan menyibak malam, dengan langkah yang begitu cepat ia melewati jalan setapak yang ditutupi semak belukar. Lolongan anjing hutan dan suara burung hantu tak membuatnya gentar sedikitpun karena ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Tiba-tiba, ia merasakan ada yang mengikutinya, gadis itu membalikkan tubuhnya secepat kilat tapi, tak ada seorangpun disana. Gadis itu memutuskan untuk mempercepat langkahnya karena angin yang berembus malam ini tak seperti malam biasanya. Embusan angin yang keras dan mampu membuat bulu kuduknya berdiri.

Buk ....

Gadis itu tersungkur seolah ada yang mendorong tubuhnya. "Si ... si ... siapa disana?" tanya gadis itu, ketakutan. Tak ada seorangpun yang menjawab, hanya ada sebuah kotak besar yang tergeletak tak jauh dari tempatnya tersungkur. 'Benda apa itu? mungkinkah benda itu yang membuatku tersungkur?' Tanyanya dalam hati. Gadis itu segera berdiri dan bersiap untuk pergi dari tempat itu tanpa menghiraukan kotak besar yang masih tergeletak ditempatnya.

Buk ....

Baru satu langkah ia berjalan, ia kembali tersungkur dan alangkah kagetnya si Gadis saat mendapati kotak besar itu sekarang ada di depannya. Di bagian atas kotak itu tertulis 'Bukalah! Benda ini milikmu! Jangan kau tinggalkan! Bawa dia bersamamu!' dengan berat hati, gadis itu membuka kotak besar di hadapannya. "Magic Jar?" Gadis itu terkejut bukan main saat mendapati isi kotak besar itu hanyalah alat pemanas nasi, apa gunanya? Ia juga punya alat seperti itu dirumah. Pantas saja punggungnya sakit, ternyata ada seseorang yang melemparnya dengan pemanas nasi. Dengan hati yang masih dongkol, dibawanya Magic Jar itu ke rumah.

Sesampainya dirumah ....

"Aku pulang!" seru gadis itu. Tiba-tiba, seorang gadis yang jauh lebih tinggi darinya muncul dari balik sofa dan sukses membuatnya terkejut. "Celena ... sudah kubilang berapa kali untuk tidak mengejutkanku?" kata gadis itu pada Celena.

"Adara ... kenapa kamu pulang larut malam lagi? Kau tahu? Aku lelah menunggumu seharian disini dan kau ..., apa yang kau bawa?" tanya Celena tanpa mengindahkan perkataan Adara padanya. Celena langsung mengambil kotak besar yang diletakkan Adara di meja makan.

"Darimana kau mendapatkannya?" tanya Celena dengan raut muka yang entah apa artinya.

"Aku menemukannya, ada apa?"

"Buang benda itu!"

"Tapi, itu hanya pemanas nasi biasa, hanya sekedar Magic Jar. Apa masalahnya Cel? Lagi pula, aku sudah berusaha membuangnya tadi."

"Maksudmu? Benda itu mengikutimu?" kali ini Celena terlihat sangat panik hingga ia menggoncangkan tubuh Adara. Sedangkan Adara yang bingung dengan sikap Celena hanya mampu menganggukkan kepala.

"Ini bahaya! Mereka menginginkanmu, Adara. Mereka mengetahuinya. Tempat ini sudah tak aman lagi, mereka sudah bisa menembus portal yang kubuat. Kita harus pergi dari sini!"

"Tunggu! Mereka siapa?" tanya Adara, bingung.

"Kau menyentuh Magic Jar itu? kau sudah membukanya?" lagi-lagi Adara hanya mengangguk. Adara benar-benar bingung dengan situasi yang saat ini dihadapinya, Celena sahabatnya tiba-tiba panik hanya karena Magic Jar dan berkata seolah akan ada suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya.

"Sial! Ini benar-benar sial! Cepat atau lambat Magic Jar itu akan terbuka dengan sendirinya dan mereka akan keluar dari sana. Kita harus pergi sebelum hal itu terjadi." Celena menarik lengan Adara, namun Adara menghempaskan tangannya secara paksa hingga cengkraman Celena terlepas.

"Mereka siapa?" tanya Adara, berang. Habis kesabarannya melihat Celena panik tak jelas masalahnya.

"Lucifer dan para Iblis. Mereka terkurung dalam Magic Jar itu sampai akhirnya ada manusia berdarah campuran malaikat dan iblis yang membebaskan mereka." Jawab Celena.

"Lucifer? Demons? Angel? Mereka semua tidak ada, mereka hanya ...," kata-kata yang keluar dari bibirnya berhenti begitu saja, tenggorokannya tercekat. Sosok Celena dihadapannya bukan seorang manusia, sepasang sayap besar dan indah keluar dari punggungnya. Apakah dia malaikat? Tanya Adara dalam hati.

"Sekarang kau percaya?" tanya Celena.

"Bagaimana bisa ... kau adalah..."

"Malaikat yang diutus menjagamu, Adara. Dapatkah kita pergi sekarang sebelum mereka bebas? Mereka menginginkan nyawamu. Karena dengan nyawamu mereka tidak terkalahkan, bahkan oleh pasukan malaikat yang dipimpin Angelos. Ikutlah denganku, Angelos adalah ayahmu, kita akan pergi menemuinya. Disana kau akan aman dan Lucifer beserta pasukannya dapat kami kurung kembali."

Akhirnya, Adara bersedia ikut serta dengan Celena. Celena membawa Adara pergi menembus awan-awan diangkasa dengan sayapnya. Dengan begitu mereka lebih cepat sampai di Paradaiso, tempat tinggal para malaikat.

Disisi lain, Magic Jar itu mulai bergerak-gerak seolah hendak terbuka dengan sendirinya. Namun, kilatan petir dengan cepat menyambar alat pemanas itu dan seketika benda itu menghilang.

-END-

Hi~ lama gk nyapa reader nih, aku datang dengan one shoot story karena nge stuck sama cerita lama *dih curhat. Kasih vomment ya^_^ genre baru dlm karyaku nih

Salam sayang

Aldonavy

Adara and The Magic JarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang