Cheonsa-ya

95 11 0
                                    

Flashback on



"Akkhhh.... Eomma, bisa pelan tidak eoh?"

"Maaf maaf... Ini Eomma sudah pelan-pelan"

"Shhhh...." Laki-laki berusia 18 tahun itu mengaduh kesakitan saat Eomma nya mengoleskan kapas yang diberi obat kepada luka disudut bibirnya, beberapa plester penutup luka sudah ditempelkan pada beberapa bagian Tubuhnya.

Wanita yang melahirkannya itu mendecak sebal saat melihat anak semata wayangnya lagi-lagi terluka karena tawuran yang ia anggap keren itu.

"Kenapa bisa terluka lagi Yechan-a?? Bukankah sudah Eomma bilang jangan ikut tawuran sekolah, kenapa kau ini keras kepala, aish.."

"Ahh.. Eomma berisik, sudah sana pergi.. shoo shoo"

Sang Eomma kemudian pergi setelah selesai mengobati anak nakalnya itu, membawa kotak P3K dan juga air hangat yang digunakan untuk membersihkan lukanya tadi.

Dia adalah Shin Yechan, putra tunggal dari pasangan Shin itu kembali pulang dengan wajah dan tubuh penuh lebam. Seperti kenakalan remaja pada umumnya, dia ini gemar ikut tawuran ke sekolah tetangga. Eomma nya sudah berulangkali memberi tahu, namun hanya dianggap angin lalu oleh putranya itu.



Pagi ini wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sedang menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk anak dan suaminya. Tangan indahnya menyulap berbagai macam bahan masakan menjadi makanan yang lezat dan bergizi, meskipun banyak pelayan dirumahnya, khusus untuk makanan suami dan anaknya dialah yang harus menyiapkannya sendiri.

Menurutnya, masakan seorang istri dan ibu itu sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarganya, dia tidak mau jika keluarganya sampai terjatuh sakit hanya perihal makanan.

Terdengar langkah buru-buru dari atas tangga, tak lama kemudian muncul Yechan dengan seragamnya yang dipakai ala kadarnya.

"Sarapan dulu Yechanie.."

"Aku sudah hampir terlambat Eomma, aku langsung berangkat saja"

"Eoh, minimal minum susu saja.."
Yang jelas tidak didengarkan anak laki-lakinya, Yechan segera pergi bahkan tanpa perlu repot menoleh kebelakang.

"Dasar anak itu, selalu melewatkan sarapanya, bagaimana kalau nanti dia lap-"

"Yechanie, kamu lupa membawa bekal mu" dia segera menyusul Yechan, dengan lari yang sudah tidak bisa dibilang cepat.

Di luar, dia sudah tidak menemukan putranya itu. Hanya samar terdengar suara motor yang semakin menjauh.

Lagi dan lagi, Yechan melewatkan jadwal makannya.

Shin Yechan muda adalah sosok yang manja bagi kedua orangtuanya, mereka selalu menuruti seluruh keinginan Yechan. Bahkan untuk kuliah pun Yechan memilih negara lain selain Korea Selatan, tujuannya saat itu adalah negeri sakura mengambil sastra dan seni sebagai jurusan yang ia pilih. Meskipun memiliki jarak yang tidak begitu jauh, mereka tetaplah mengkhawatirkan anak semata wayangnya.

Hari itu yang Yechan ingat, hari wisuda yang begitu ia nanti-nantikan. Abeoji nya berhalangan hadir ke negara tetangga itu, mengharuskan Eomma nya yang sendirian merayakan kelulusan buah hati tercinta.

Rencananya setelah acara kelulusan, ia dan Eomma nya akan liburan di Sapporo. Saat ia masih di Seoul, dia sering mengacuhkan Eommanim nya, namun saat dia menghabiskan waktu untuk menamatkan pendidikannya di Jepang ini, dia tersadar bahwa dia sangat merindukan wanita yang melahirkannya itu.

"Eo Yechanie... Sebentar lagi pesawat Eomma akan berangkat, Eomma tutup dulu panggilannya. Okay?"

"Eum, Eomma berhati-hati lah.. aku akan segera menjemput Eomma ke bandara"

IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang