Setelah memastikan cairan itu masuk ke dalam tubuh Jungoo, barulah Jihoon menarik jarum suntik yang menancap itu dengan kasar.

Ia melepaskan dekapannya pada tubuh si pirang, membuat lelaki itu langsung merosot. Jungoo merasa tubuhnya begitu berat, seakan tenaga pada tubuhnya langsung sirna ketika cairan itu masuk pada tubuhnya.

Jungoo memandang nyalang kepada Lee Jihoon yang malah terkekeh, suaranya menggeram, "L-lo, ughhh....gila..."

Jihoon berjongkok, ia mengelus surai pirang yang empunya tengah tergeletak pada lapangan tak beralas.

Jihoon kembali terkekeh, jari telunjuknya menyusuri wajah yang mulai kehilangan kesadaran, "Ya, dan itu karena lo."

Tanpa menunggu apapun lagi, Jihoon menggendong Jungoo layaknya pengantin. Lelaki pirang itu masih melakukan pemberontakan di sela kesadaran yang mulai menghilang. Jihoon mengecup sekilas bibir yang terus memakinya itu sebelum si pirang itu benar-benar kehilangan kesadaran.

Jihoon sudah menyatakan perasaannya secara baik-baik, tetapi yang ada dia malah tertolak, jadi sedikit bermain kotor tak akan menjadi masalah bukan? Tenang, Jungoo tak mungkin mati, ia hanya menyuntikkan sedikit obat tidur yang tentu saja tak akan membahayakan nyawa.

Malam itu, pada perjalanan pulang menuju apartemen miliknya, dalam mobil hitamnya ia terus memandangi Jungoo yang sudah tak sadarkan diri. Kim Jungoo terlihat begitu sempurna di matanya, Lee Jihoon menyukainya.

Persetan dengan siapa yang Jungoo suka, Jihoon tak peduli.
.

.
Suasana di dalam rumah megah pada dini hari malam itu terasa mencekam, pecahan beling dari vas bunga yang selalu menjadi pajangan pada rumah itu berceceran.

Orang-orang serta beberapa pengawal yang bekerja pada malam itu tertunduk takut. Tuan mereka, Park Jonggun, lelaki itu sedang mengamuk tak terkendali. Beberapa dari mereka terkena pukulan, menjadi samsak pelampiasan emosi Tuan mereka yang sedang meledak-ledak.

Pemicunya satu hal, sebuah handphone milik Jonggun yang telah hancur pada lantai.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Mari kembali ke awal kejadian penuh murka ini dimulai.

Lelaki itu baru pulang beberapa saat lalu dari pekerjaannya yang sangat lama, Ayahnya yang sudah tua itu dengan seenaknya melimpahkan semua pekerjaan pada Jonggun, membuatnya mau tak mau menangani semua pekerjaan yang dilimpahkan padanya.

Ketika ia sampai di rumah, tentu ia langsung mencari keberadaan Jungoo, tetapi setelah menelusuri semua ruangan yang ada di rumahnya sosok pirang itu tak terlihat. Kesal karena tak menemukan Jungoo, Jonggun mengeluarkan ponsel miliknya. Padahal tadi ia sudah mengirimi si pirang itu sebuah pesan singkat yang mengatakan ia akan pulang hari ini. Bukannya menyambutnya Jungoo malah pergi entah kemana, membuat Jonggun semakin kesal saja.

Jonggun menekan nomor ponsel milik Jungoo dengan kasar, tetapi bukannya mendengar suara Kim Jungoo yang sedikit ia rindukan, malah suara operator yang tersambung.

Jonggun berdecak kesal, ia mendudukkan dirinya pada sofa ruang tamu yang begitu luas. Ia berganti mengirimi pesan kepada Jungoo, menyuruh lelaki itu cepat pulang jika membaca pesannya.

Tetapi notifikasi dari sebuah web menarik perhatiannya, laman web itu memposting sebuah artikel tentang fashion, ia membuka artikel online itu, matanya salah fokus pada seorang model berambut pirang, setelah benar-benar meneliti siapa orang yang sedang berpose bak model profesional itu tak lain adalah Kim Jungoo, Jonggun langsung naik pitam.

Ia semakin menggeser ke bawah artikel tersebut, makhluk pirang miliknya ini tengah berfoto dengan bajingan berambut pink. Jonggun tak berhenti mengumpat, ia semakin memanas ketika pose dalam foto itu menampilkan Kim Jungoo yang sedang di peluk oleh orang sialan ini.

Sangkar || GunGooWhere stories live. Discover now