18. Hancur

269 19 11
                                    

Langit mengamuk di atas sana. Jutaan air lolos, turun membasahi tanah yang gersang. Awalnya hanya sebesar embun pagi, tapi lambat laun berubah menjadi sebesar biji jagung.

Gemuruh petir yang menggelegar seakan-akan ingin membelah bumi. Terdengar menakutkan memang, hingga membuat banyak orang memilih berdiam diri di dalam rumah. Namun, lain halnya dengan Xiao Zhan.

Pria cantik itu berjalan dengan pakaian yang basah kuyup. Dia tak peduli ke mana langkah kaki membawa tubuhnya pergi. Yang diinginkan hanya menjauh. Menjauh sejauh mungkin, ke tempat di mana dia bisa meraung sepuas-puasnya.

Terpuruk, perasaan yang tak pernah ingin Xiao Zhan rasakan. Dia merasa dihancurkan dari segala sisi, luar dan dalam. Layaknya mayat hidup, raganya memang masih bersemayam, tapi jiwanya seakan direnggut paksa keluar dari tubuhnya.

Tuhan, haruskah aku mengalami semua ini
Air mata telah menyatu bersama hujan. Bibir ranum telah berubah warna menjadi kebiruan. Rasa dingin yang merayap hingga ke tulang-tulang turut diabaikan.

Xiao Zhan terus melangkah ke depan, membiarkan ribuan air yang jatuh dari langit menyentuh kulitnya tanpa niat berteduh.

Dia harus apa sekarang? Jika bertahan penuh luka, maka melepaskan pun akan penuh dengan duka.

Pilihan apa pun yang diambil kelak akan tetap memberikan hasil yang sama. Semuanya akan menyakitkan---setidaknya untuk dirinya sendiri.

“Argh!!!”

Berteriak! Xiao Zhan berteriak menumpahkan semua kekecewaan dan amarah yang dirasakan. Karma sialan yang didapatkan di kehidupan kedua ini benar-benar berada di luar perkiraannya.

Hatinya dipatahkan, harapannya dihancurkan, cintanya  pun turut bertepuk sebelah tangan. Kurang apa lagi?
Tubuhnya merosot ke bawah, ikut menyatu dengan tanah. Kedua tangan mengepal kuat, memukul-mukul dataran basah yang menjadi tumpuannya.

Xiao Zhan melakukan hal itu terus-menerus, tak peduli jika pakaiannya ikut terkena noda. Tak peduli jika tangannya pun lecet dan berdarah.

Di tengah-tengah suara petir yang menggelegar, putra sulung Xiao Se dan Naying itu meraung sekeras mungkin. Mengutuk sang pemilik kehidupan yang telah menggariskan takdir kejam untuknya.

Sudah hampir setengah jam pria manis itu meraung layaknya orang gila di pinggir jalan. Fisiknya mulai lelah begitu pun dengan batinnya.

Di atas tanah basah, dia merebahkan diri dengan kedua tangan yang terbuka. Pelan tapi pasti, mata sembabnya tertutup dengan damai.

Jika boleh, biarkanlah dia terlelap untuk selamanya, agar rasa sakit yang menghunus jantungnya secara bertubi-tubi tak akan lagi mampu dirasakan.

(Ini hanya sebagian dari chapter 18. Versi fullnya ada di PDF. Jadi, yang kepengen baca sampai tamat + extra burun dikeep PDF-nya mumpung lagi ada promo loh 🤫)

-----------------------------------------------------------------------

Kabar Gembira!!!

Spesial Promo PDF
Hanya berlaku 1 minggu
Sampai tanggal 7 Mei 2024

Buy 2 Get Free 1 alias Beli 2 Gratis 1

Caranya Mudah:
Pilih 3 PDF yang ada di list, hubungi nomor admin yang di bawah ini & bayar seharga 2 PDF yang paling tinggi.


Gampang & murah, kan☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gampang & murah, kan☺️

👉🏻 Berikut list PDF yang bisa diorder :


Jangan sampai ketinggalan, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan sampai ketinggalan, ya ....


~ Thank You ~

~ Thank You ~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Even if Time Passes (Yizhan) PDF Ready✅Where stories live. Discover now