00୨୧

48 7 0
                                    

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

________________✧✿✧✿✧________________

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

________________✧✿✧✿✧________________

Hah! Hari ini juga panas banget, kapan coba hujannya akan berhenti?! Eh bentar, kalau hujan itu panas atau dingin, ya?

Sura ketukan pintu mengalihkan atensi ku, dengan terpaksa aku beranjak dari tempat dudukku, setelah aku membuka pintu dia terlihat sedikit atau lebih tepatnya sangat marah.

"[Name]! Ngapain aja sih di wc? gue kebelet tau, lama banget!" dia bachira Meguru, kakak ku.

Eh bentar, wc? Jadi dari tadi aku duduk di wc? "Suruh siapa naruh kursi di wc!"

Megu-nii melongo kayak orang bego, "itu kloset duduk, bodoh!" ucapnya gak habis pikir.

Pruttttt dutt!

Suara bom dari pantat Megu-nii mengalihkan atensi, "kak, kau gapapa? Kenapa pantat kakak bunyinya aneh seperti itu, perlu aku telepon ambulan?"

Wajah Megu-nii berubah menjadi merah, waw sangat merah apel aja kalah jika dibandingkan dengan wajahnya.

Tunggu! Bukan saatnya mikirin makanan, sepertinya Megu-nii sakit! Aku harus telepon ambulan secepatnya--

"[Name] bodoh!!!"

Brakk!

Eh? Salah ku dimana? Aku cuma khawatir, loh?

****

"Buahahahah..... [Name]-chan itu bukan bom tapi kentut!" ucap ibuku tidak berhenti tertawa.

Aku menceritakan semua kejadian yang ada di depan toilet ke Ibu, aku takut jika Megu-nii mengidap kanker Bom tapi ternyata dia cuma sembelit.

Sia sia saja aku khawatir, "ibu berhenti tertawa!"

"Iya iya, haduh~ punya anak geblek semua gak ada yang bener" ucap ibuku, aku mendengus kesal masa anak sendiri di bilang geblek, biadab memang.

"Oh iya, bisa tolong ibu gak?"

"Enggak"

"Nih anterin pesanan bunda nya seishiro,"

"Aku kan bilang enggak!"

"Jangan lupa pakai payung ya, di luar masih hujan. Ibu mau lanjut lukis dulu, bye!"

Dosa gak sih jual ibu sendiri? Hah~ sabar sabar, baiklah lagian aku bosan di rumah terus.

Ibuku seorang pelukis, sering kali dia mendapatkan pesanan untuk melukiskan baju, sepatu Dan benda mati lainnya.

"Yosh, ayo kita ke rumah Nagi family." Aku mengambil payung dan keluar dari rumah.

Hujannya sangat deras, tunggu. Kenapa pegangan payung nya sangat pendek? Ah sudahlah lebih baik aku berangkat.

Hanya dengan beberapa langkah aku sudah sampai di kediaman keluarga Nagi, fyuh~ padahal aku pakai payung tapi kenapa tubuh ku basah?

Aku mencoba untuk membuka gerbang rumah nya tapi gak bisa, Sepertinya ini di kunci, bunda syalan padahal aku lagi males teriak.

"Bunda!!!! Buka!!! [Name] nganterin pesanan!" teriak ku, setelah beberapa detik bunda keluar menggunakan payung dan membuka gerbang.

Dia mentap ku miris, "bukankah bodoh juga ada batasnya? Kenapa kamu menggunakan payung secara terbalik....?" oh, pantas saja pegangan nya pendek.

"Aku tidak terbiasa dengan payung, biasanya aku gunain wajan ibu." aku masuk ke dalam, menaruh payung dan memberikan pesanan yang tadi.

Setelah menerima pesanan, tante masuk ke dalam rumah dan kembali lagi dengan handuk di tangannya, "keringkan dulu rambutnya, nanti ganti baju pinjem bajunya Sei takutnya kamu kena flu." aku mengangguk paham, dan masuk ke dalam rumah.

'gini amat punya calon mantu, aku jadi mengkhawatirkan selera seishiro' nyonya Nagi menggelengkan kepalanya.

****

"Sei, aku masuk~" aku masuk ke kamar teman masa kecil ku, Nagi Seishiro.

Terlihat sei yang sedang berbaring di kasur sambil bermain game, "hmm.." jawaban tanpa melihat ku, dasar maniak game.

Aku berjalan ke arah lemari, "Sei aku pinjam baju mu, aku pinjam kaos putih ini."

Sei terbangun dari tidurnya, dia menatap ku dengan wajahnya yang sedikit memerah. "A-apa kamu mau menggunakan pakaian ku?" aku mengangguk, "sekalian pinjam kancut nya ya-"

Dengan wajah yang memerah Sei memotong ucapan ku, "bodoh! Apa kau tidak tahu malu?!" reaksinya lucu.

Aku terkekeh, "aku bercanda." Sei berdecak sebal.

Perlahan aku membuka bajuku, lalu dengan cepat Sei berlari ke arahku. "Apa yang kau lakukan!" aku menatapnya sebal, "apa kamu bodoh? Tentu saja ganti pakaian."

Wah, wajah Sei sangat merah apa dia sedang sakit?

"[Name] denger, aku seorang pria." aku mencoba untuk mencubit pipi Sei karena pertanyaan nya membuatku naik pitam, hei! Sekali lihat pun aku tau kalau Sei itu seorang pria.

Tapi sebelum tangan ku mencubit pipinya, Sei lebih dulu menahan tangan ku. Dia melingkarkan tangannya di pinggang ku. Wajahnya memerah.

"Cepat ganti di toilet, atau kamu mau aku perk*sa?" ancamnya membuat ku memutar mata malas, dengan berat hati aku menurut dan pergi ke toilet.

Sebenarnya ada apa dengan Sei, kenapa dia seperti itu? Padahal waktu kecil kita sudah sering mandi bareng. Oh, apa jangan-jangan Sei....

_________✧✿✧✿✧_________

⁽⁽...lagi musim kawin? dasar anak muda, teman sendiri di jadikan pelampiasan. Yare yare~⁾⁾

.
.
.

Continued....

✢STUPID GIRL |Nagi Seishiro✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz