Chapter 4

63 11 3
                                    

Keduanya lalu makan malam bersama. Sesuai dengan perkataan Yibo, ada beberapa makanan yang masih terbungkus di sebuah meja di sudut ruangan. Seraya menikmati makanan, keduanya saling bertukar cerita. Xiao Zhan menceritakan tentang bagaimana ia mulai tertarik akan seni dan memilih seni lukis sebagai hal yang ia tekuni sementara Yibo bercerita soal masa kecilnya dan bagaimana ia berkenalan dengan street dance. 

Angin dari pendingin ruangan mempermainkan rambut pirang Yibo, hingga membuatnya terlihat begitu bersinar di bawah sinar lampu studio. Pemuda itu menyadari bagaimana Xiao Zhan beberapa kali mencuri pandang ke arahnya dengan tatapan penuh kekaguman. Sempat terbersit di benak pemuda tersebut bahwa mungkin saja mantan gurunya ini mempunyai perasaan khusus terhadap Yibo.

Pemuda itu lalu berusaha membuktikan dugaannya. Dengan sengaja, Yibo mengangkat bagian bawah hoodie yang ia kenakan. Ia berpura-pura mengusap wajahnya yang berkeringat. Tanpa sepengetahuan Xiao Zhan, pemuda itu mengamati reaksi yang diberikan oleh sang pria muda.

Xiao Zhan hanya mampu menelan ludah ketika ia berhadapan dengan pemandangan tubuh Yibo. Berada sedekat ini, ia bahkan bisa melihat otot perut yang membentuk abs  pemuda tersebut. Sangat sempurna. Kalau saja Xiao Zhan bisa menyentuh dan merasakan apakah otot-otot itu sesempurna yang ia lihat. Namun, pria muda itu akhirnya memilih menundukkan kepala dan menghabiskan makanan yang tengah ia santap. 

Melihat reaksi dari Xiao Zhan, Yibo menyadari perasaan guru muda tersebut. Sebuah ide terlintas di kepalanya untuk memperdalam hubungan antara mereka karena Xiao Zhan sepertinya masih berusaha untuk menahan perasaannya. 

Dengan sebuah gerakan yang sepintas terlihat biasa, Yibo menggumamkan sebuah mantera sederhana, untuk memperkuat perasaan yang ada dalam diri guru muda tersebut. Sebagai murid termuda yang berasal dari keturunan para penyihir, Yibo mempunyai bakat unik dalam hal merapal mantera. Ia bahkan dianggap sebagai murid terpandai karena mampu dengan singkat mempelajari mantera dan mengucapkannya tanpa perlu bantuan alat apapun.

Pemuda itu juga mengetahui apa yang akan terjadi bila keluarganya mengetahui hal ini. Sejak kecil, Yibo sudah dididik untuk tidak pernah sekalipun membocorkan rahasia bahwa ia adalah keturunan penyihir. Namun, semenjak ia bertemu dengan Xiao Zhan, Yibo merasa tidak sanggup kalau ia harus kehilangan guru muda tersebut. Ia bahkan mencari tahu di mana Xiao Zhan mengajar dan memohon kepada kru dance-nya untuk pindah ke tempat latihan yang ia pilih. Semua demi mengejar sosok menawan yang ia temui saat bersekolah dahulu.

Sihir yang diucapkan Yibo perlahan mulai menunjukkan pengaruhnya, memperkuat perasaan ketertarikan Xiao Zhan atas Yibo. Pemuda itu hanya tersenyum kecil ketika menyadari bahwa mantera yang selama ini ia pelajari dapat langsung berhasil dalam waktu singkat.

Setelah menyelesaikan makan malam, keduanya lalu membereskan sisa makanan yang tersisa. Xiao Zhan sebenarnya hendak berpamitan kepada Yibo dan mengucapkan terima kasih atas makanan yang pemuda itu berikan. Namun, bibirnya tidak mampu berkata apa-apa. Ia hanya mampu terdiam di posisinya sementara Yibo berjalan mendekati Xiao Zhan. Tatapan pemuda itu terus terarah kepada Xiao Zhan. Ia bahkan bisa merasakan sebuah perasaan hangat muncul dalam dirinya, layaknya magnet yang membawanya semakin dekat dengan Yibo.

Xiao Zhan dapat merasakan bagaimana debaran jantungnya mulai meningkat seiring langkah Yibo yang mendekati dirinya. Pemuda itu memang sedikit lebih pendek dari Xiao Zhan, tapi itu tidak menghalangi Yibo untuk merengkuh pinggang Xiao Zhan dan menarik guru muda tersebut ke arahnya.

Kaget dengan tindakan Yibo, Xiao Zhan meletakkan kedua tangannya di bahu pemuda tersebut. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari mulut pemuda tersebut, ia hanya mengangkat salah satu alisnya seolah mempertanyakan apakah Xiao Zhan memperbolehkannya bertindak lebih jauh lagi. Sentuhan tangan Yibo di pinggangnya mampu membuat getaran halus yang merasuk ke dalam tubuh Xiao Zhan hingga tanpa sadar tangan pria muda itu beranjak dari bahu menuju leher Yibo dan merasakan kelembutan rambut pirang pemuda tersebut. 

Yibo juga tidak tinggal diam. Jemari tangannya menyusuri setiap lekuk tubuh Xiao Zhan. Berawal dari pinggangnya dan terus ke atas hingga mencapai leher dan wajah guru muda itu. Jemari Yibo mengusap perlahan mole yang berada di bawah bibir Xiao Zhan dan membelai pipi pria muda tersebut. 

Bibir mereka pun bertemu dalam sebuah ciuman lembut. Keduanya seolah tengah mengeksplorasi gairah yang tercipta di antara mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya langsung menemukan irama mereka sendiri.

Xiao Zhan membuka sedikit mulutnya, layaknya sebuah undangan bagi Yibo untuk memperdalam cumbuan mereka. Hal itu tidak disia-siakan oleh pemuda tersebut. Ia menjelajahi seluruh relung mulut Xiao Zhan dengan lidahnya yang membuat pria muda tersebut mendesah perlahan. Suaranya bagaikan sebuah melodi terindah yang pernah Yibo dengar. Tidak puas dengan bibir Xiao Zhan, pemuda itu mulai mengecup leher jenjang guru muda tersebut. Tidak puas dengan hanya mengecup, ia bahkan menjilat, menghisap dan bahkan mengigit perlahan kulit Xiao Zhan. Ada sebuah keinginan untuk meninggalkan bekas kemerahan di kulit guru muda tersebut. Sesuatu yang menandakan bahwa kini Xiao Zhan adalah miliknya.

Pria muda itu benar-benar tenggelam dalam gairahnya sehingga ia membiarkan apa yang dilakukan Yibo. Desahan demi desahan diselingi ucapan nama Yibo terus mengalir dari bibir indah Xiao Zhan. Pemuda itu harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan dirinya agar tidak melakukan hal yang lebih dari sekadar cumbuan di saat pertama mereka. Dengan susah payah, ia melepaskan diri dari Xiao Zhan. 

Bibir Xiao Zhan terlihat bengkak dan memerah, terdapat beberapa bekas cumbuan berwarna kemerahan di leher guru muda tersebut. Bangga dengan hasil karyanya, Yibo lalu berkata kepada Xiao Zhan, “Gege, kita harus pulang. Ini sudah malam.”

Seolah baru tersadar dari mimpi yang panjang, Xiao Zhan menjawab, “Ya, kau benar. Kita harus pulang.” Ia lalu bergegas menuju lantai atas dengan wajah memerah.

” Ia lalu bergegas menuju lantai atas dengan wajah memerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Enchanted LoveWhere stories live. Discover now