Chapter 2

92 19 3
                                    

Pertemuan dengan Yibo membangkitkan sebuah perasaan baru bagi Xiao Zhan. Terkadang mereka saling menegur sapa saat Yibo datang ke studio tari ketika siang menjelang. Tak jarang pula, Xiao Zhan menemani Yibo saat ia tengah berlatih sendirian hingga malam menjelang. Guru muda tersebut tidak dapat menyembunyikan kekagumannya akan Yibo yang selalu bekerja jauh lebih keras dari anggota yang lain. Xiao Zhan juga terpesona akan karisma, keanggunan dan energi yang terpancar dari remaja tersebut. 

Suatu hari, setelah menyelesaikan salah satu sesi kelas lukisnya, Xiao Zhan terduduk di depan kanvas miliknya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai ingatan akan Yibo. Ia ingin sekali menuangkan semuanya ke dalam kanvas, membuatnya abadi, agar semua orang bisa melihat bagaimana menakjubkan remaja tersebut. Ia lalu beranjak mengambil salah satu pensil yang biasa digunakan dalam membuat sketsa.

Seolah sebuah inspirasi membanjiri pikirannya, Xiao Zhan mulai menggambar sketsa akan Yibo dengan guratan lembut tapi penuh makna. Ia menggambar bagaimana remaja itu menari, setiap lekuk tubuhnya dan bagaimana hasrat yang terpancar dalam setiap tatapan mata Yibo. Setiap guratan pensil membentuk Yibo semakin nyata dan seolah hidup di dalam setiap lembar sketsa Xiao Zhan.

Xiao Zhan tidak berhenti hanya dengan satu sketsa. Obsesinya untuk menuangkan semua yang ia ingat akan Yibo mengkonsumsi diri guru muda tersebut. Xiao Zhan terus menggambar hingga larut malam, dengan hanya ditemani sinar lampu dari studio lukisnya. Waktu seakan berlalu begitu saja ketika Xiao Zhan terus menerus menggambar sketsa demi sketsa. Sebuah perwujudan akan kekagumannya akan sang penari muda tersebut.

Sketsa tersebut berisi Yibo dalam berbagai posisi dan perspektif. Ada salah satu sketsa yang menggambarkan remaja tersebut tengah menari seolah tubuhnya menentang gaya gravitasi. Ada pula sketsa yang menggambarkan remaja tersebut tengah berdiri terdiam bersandar ke dinding kaca dengan wajah penuh konsentrasi dan sebuah senyuman terulas di bibirnya, Xiao Zhan tenggelam dalam setiap sketsa yang ia buat, seolah Yibo kini menjadi sumber inspirasi baginya untuk terus berkarya tanpa henti.

Jam demi jam berlalu hingga pagi menjelang, tapi Xiao Zhan seolah tidak menyadarinya. Tidak cukup dengan sketsa, guru muda itu kini beralih ke canvas yang berada di hadapannya. Sapuan kuas dengan berbagai warna, sedikit demi sedikit membentuk sebuah gambar. Xiao Zhan tidak pernah merasa termotivasi seperti ini sebelumnya, seolah Yibo telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya, lebih dari sekadar kekaguman belaka, seperti sebuah hubungan yang tidak dapat dijelaskan tapi juga tidak dapat dielakkan. 

Xiao Zhan baru berhenti ketika ia mulai merasakan lelah yang teramat sangat. Ketika ia memperhatikan sekitarnya, beberapa kertas berisi sketsa Yibo terhampar di meja. Sebuah lukisan sang penari muda terlihat nyaris selesai. Xiao Zhan melukis Yibo saat tengah menari di bawah sebuah lampu sorot dan panggung yang besar. Seolah Yibo berada di sisinya sepanjang malam. Kehadirannya terlukis abadi melalui setiap goresan tangan Xiao Zhan. Walau ia merasa sangat lelah, tapi ekspresi yang terpancar dari wajah Xiao Zhan hanyalah kepuasan yang tiada tara akan sosok pemuda yang mampu membangkitkan kembali sisi kreatifnya.

Xiao Zhan menyeduh secangkir kopi panas untuk sekadar membuatnya terjaga lebih lama sampai dirinya bisa kembali ke apartemennya. Untung saja hari ini hanya terdapat satu sesi kelas sore. Xiao Zhan tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa mengajar setelah semalaman melukis Yibo. 

Pria muda itu lalu menutupi kanvas yang berisi lukisan Yibo dengan selembar kain dan meletakkannya di sudut ruangan. Seraya menyesap kopi yang telah ia buat, Xiao Zhan menatap ke luar jendela. Ia tidak sabar menantikan waktu untuk bertemu dengan Yibo kembali.

Enchanted LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang