Prolog

3.7K 635 287
                                    


Menyaksikan orang yang terciduk selingkuh oleh pasangannya memanglah epik. Tapi pernah tidak, kalian dilabrak istri sah?

Ini thread pertama gue, sori kalau masih berantakan. Ini gue nulisnya sambil gemeteran sumpah! Suami gue selingkuh! Sama guru SD pula! Mana mukanya planga-plongo. Utas itu lalu dibagikan dua ratus ribu kali, disukai tiga ratus lima puluh lima ribu dua ratus tujuh kali, trending nasional di antara tag-tag artis kpop dan pejabat politik, dijadikan meme dan Kanigara Juni mendadak menjadi nama yang dibicarakan satu Indonesia raya.

Anjir!

"TEGA YA KAMU, MAS? KAMU TEGA SAMA AKU?! SAMA ANAK KITA?!!"

Anjir! Anjir!

Kanigara Juni mematung, terutama ketika tatapan wanita itu yang berapi-api teralih ke arahnya. Ia kesulitan untuk mengeluarkan sepatah kata demi pembelaan diri, heck, dia bahkan masih kesulitan untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Beberapa menit lalu, ia sedang menyantap es krim rasa cokelat dan stroberi dengan khidmat, bercanda-canda gugup dengan pria yang ia kenal lewat aplikasi kencan. Tidak ada yang aneh dengannya, tutur katanya baik, terlihat masih muda, katanya dia majaner salah satu perusahaan swasta, workaholic sehingga tidak sempat berkencan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Katanya sih, begitu. Dan yang lebih meyakinkan, tidak ada cincin di jarinya (entah kemana pria itu menyembunyikannya). Lalu tiba-tiba, rambut pendek yang hari ini dibuat bergelombang, yang ia susah payah bawa ke salon dengan merogoh sisa simpanan akhir bulannya, dijambak dengan semena-mena.

Fuck! Seharusnya ia tidak pernah menyetujui ide gila Shenna soal ikut-ikut kencan buta seperti ini. Tidak bahkan jika musuh abadinya harus mengolok-oloknya setahun penuh hanya karena dia jomlo, bukan, single by choice.

Untungnya, minuman beserta es krim yang masih setengah utuh di atas meja tidak melayang ke mukanya, atau belum. Juni meliriknya dengan waspada, semoga saja hal itu tidak sampai terjadi. Pertama, sayang rambut dan make-upnya. Kedua, sayang minumannya, minuman itu enak dan Juni belum habis meminumnya, enak saja!

Dalam hati, Juni merutuk. Hari ini pasti hari tersial di sepanjang sejarah kehidupannya. Karena, apa?! Apa kata wanita ini tadi?!

"Oh jadi kamu selingkuhan suami saya?! Nggak usah sok cantik deh kalau ngalis aja belum bisa! Masih bocil juga sok-sokan jadi pelakor! Heh Dora! Ngapain aja kamu sama suami saya, hah?!"

Selingkuh?! Selingkuhan?!

Sementara sang suami berusaha menyabar-nyabarkan sang istri yang mulai mengamuk, yang tentu menjadi tontonan semua orang, Juni memutar otaknya keras. Oh, tidak! Hancurlah reputasinya! Bagaimana kalau es krim stroberi tadi nemplok ke muka? Bagaimana kalau ia diviralkan?! Bagaimana kalau.... Juni ingin menangis, ingin bergulung-gulung di lantai saat itu juga. Jangankan jadi selingkuhan, jadi pacar orang saja dia belum pernah! Satu-satunya pengalamannya menjadi wanita simpanan adalah ketika Papa Samud membelikannya es krim dan mengatakan untuk menghabiskannya sebelum sampai di rumah agar tidak ketahuan Bunda Rindang.

Tapi ia tidak boleh menangis. Tidak sekarang. Menangis tidak akan menyelamatkan harga dirinya. Ia butuh berpikir. Ia harus berpikir! Ia harus melarikan diri dari situasi darurat ini. Seketika, alarm menyala nyaring di kepala Juni.

"Heh, kenapa kamu diam aja?! Saya tanya sudah ngapain aja sama suami saya?! Kamu kan yang ngechat kirim love love ke suami saya?!"

Pintu terbuka, seseorang masuk, membuat beberapa kepala menoleh. Termasuk Juni. Seorang laki-laki, perawakannya tinggi ramping. Menaksir dari pakaiannya, kemeja panjang hitam yang digulung sesiku, sepatu kets hitam-putih, topi bisbol dan masker hitam, pastilah umurnya tidak lebih dari tiga puluh.

Lalu ia, dengan kesadaran yang sedang tidak berada pada tempatnya, berujar.

"Maaf ya, Mbak kayaknya salah orang. Saya nggak kenal suami Mbak. Orang saya ke sini janjian sama pacar saya. Itu pacar orangnya!"

Seluruh gerak tubuhnya seperti robot. Ia berjalan begitu saja, menghampiri pria itu yang tengah berhenti di depan pintu untuk mengecek ponsel. Entah dia sedang janjian dengan seseorang atau bagaimana, Juni tidak memikirkannya, tidak sempat. Karena, entah dengan keberanian dari mana, dia menggamit lengan si pria, menggandengnya.

"Ini pacar saya sudah dateng."

Ketika pria itu menoleh, Juni baru tersadar. Tindakannya sudah amat sangat keliru. Juni bodoh! Bodoh banget! Bodoh!

Ia memejamkan mata, menunggu pria itu mempermalukannya lebih dalam dengan berkata, "Maaf, Mbak siapa, ya?"

Tetapi alih-alih, ia merasa ditarik. Telapak tangannya dengan mudah beristirahat di lekuk pinggang Juni. Ketika Juni menoleh karena kaget, pria itu menurunkan masker.

"Iya, maaf ya sayang nunggu lama," katanya, mencolek dagu Juni.

Iya. Dia. Mencolek. Dagu. Juni.

Juni terkesima.

Apa... apa-apaan ini?!

***

Nggak tahu, yaaa. Ini ide random aja. 

Ketik 1 buat lanjut.

MenU Project: Choosy ClumsyWhere stories live. Discover now