New Year, New Me

180 29 26
                                    

"Tahun baru ini, suamimu ada di rumah?"

Aku yang tengah merapikan meja makan dengan mengganti taplak mejanya segera menoleh. Tersenyum lembut seraya mengangguk.

"Iya, dia ambil libur."

"Tentu saja, tahun baru lalu dia harus pergi kerja. Kalau tahun baru yang akan datang juga sama, aku rasa kau mesti khawatir, Juhyun."

Tawa berderai mendengar kalimat bernada was-was, namun aku tahu arahnya bercanda.

"Iya, kau benar, Haemi. Kalau Kyuhyun pergi terbang lagi tahun baru kali ini, aku yakin dia menengok sahabatnya."

Kim Haemi, dokter anak di sebuah rumah sakit swasta besar Korea, sedikit mengalihkan wajah dari Joon—putra sulungku yang berusia 5 tahun sebelum akhirnya menjawab ucapanku tadi.

"Sahabatnya—Kang Dongwoon? Si bajingan itu?"

Aku selalu tertawa. "Yap! Yang pernah naksir denganmu."

"Oh! Masa lalu suram! Untung saja aku tidak jadi dengannya. Kau benar, siapa lagi yang akan ditemui suamimu kalau bukan Kang Dongwoon itu. Suamimu tidak punya banyak teman."

Aku selesai dengan meja makan dan kini berbalik ke arah Haemi dan Joon yang asyik bermain puzzle hadiah natal. Aku duduk di dekat putraku, mengusap rambutnya yang mulai agak panjang di belakang.

"Tahun baru nanti kau dan suamimu akan terbang ke Hawaii lagi?"

"Iya, keluarga suamiku ada di sana." Haemi berdecak. "Harusnya kau juga ikut, Juhyun."

Aku meringis mendengar keluhan itu. Haemi selalu mengajakku liburan setiap tahun, suaminya seorang teknisi di pelabuhan, keturunan Canada-Korea yang jatuh cinta dengan Haemi saat perempuan itu ada kunjungan ke pelabuhan guna menghadiri acara resmi Ayahnya—seorang purnawirawan tentara angkatan laut Korea.

"Maaf, Kyuhyun susah sekali diajak liburan bersama."

"Aku heran dengan suamimu, Juhyun. Dia seorang pilot, tapi sepertinya anti sekali mengajak istri dan anaknya liburan naik pesawat. Padahal bukan dia juga yang jadi pilotnya."

Aku terkekeh menutupi kegetiranku menerima fakta itu. "Aku rasa karena Kyuhyun sudah jengah melihat pesawat terus."

Haemi menghela. "Jadi kalian tahun baru di sini saja?"

"Yap, membuat barbeque party. Joon sudah lama inginkan itu."

Haemi menoleh pada putraku. Mencoba mengajaknya bicara.

"Joon mau bakar daging sapi?"

"I-iya. Joon ba-ba-bakar da-daging."

Haemi usap kepalanya sedangkan aku menghela lebih panjang dari perempuan itu. Tatapan kami bertemu, ada alasan mengapa Haemi datang kemari ketika jadwal penerbangannya ke Hawaii sisa menghitung hari. Menjenguk Joon—anakku yang spesial.

"Setidaknya Joon sudah mulai jelas bicara. Terapinya masih harus rutin dilakukan."

Aku mengangguk.

"Ya sudah aku pulang dulu, Chris sudah menghubungiku kalau kerjaan di kantornya beres."

"Joon, Bibi Haemi mau pulang. Peluk dulu."

Joon menurut dan memeluk leher Haemi. Berpamitan khas dirinya yang lugu dan tidak lupa senyuman manis itu. Haemi terpesona.

"Dia sungguh mirip denganmu. Aku bersyukur."

"Dia mirip Papanya."

Haemi memutar bola mata dan menghilang. Sesungguhnya aku tahu seberapa tidak suka Haemi pada Kyuhyun—suamiku. Sejak aku memutuskan berpacaran dengannya selama tiga tahun, Haemi berulang kali meyakinkan aku bahwa apakah aku siap atau tidak dengan Kyuhyun.

New Year, New MeWhere stories live. Discover now