~A-G~

26 5 0
                                    

Tak terasa sudah mulai memasuki akhir tahun, dan perayaan Natal sebentar lagi tiba. Di Mansion Avandra sudah dihias sedemikian rupa, pohon natal yang lumayan besar dipajang di ruang keluarga.

Audrey duduk di sofa sambil bermain hp, disertai wajah datar khas nya. Bagi Audrey, perayaan natal di tahun ini tidak begitu berarti tanpa kedua orang tuanya.

Merasa bosan, Audrey beranjak dari sofa berniat keluar Mansion untuk mencari angin.

Melihat nona mereka hendak pergi, bodyguard yang berjaga segera menghalangi. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal tersebut, karena sedikit lagi sudah larut malam.

"Nona, sebaiknya anda jangan keluar Mansion, ini sudah hampir larut" ucap salah satu bodyguard melarang niat Audrey yang diangguki bodyguard lain.

"Aku hanya sebentar" jawab Audrey dingin.

"Tapi-"

Ucapan sang bodyguard terhenti kala melihat tatapan tajam nan dingin Audrey seperti sebuah peringatan agar dia jangan banyak bicara.

Bodyguard yang lain pun ikutan ciut, takut akan dihukum lagi oleh nona mereka. Terakhir kali mereka membuat kesalahan, Audrey langsung memberi hukuman esktrim yaitu memberi makan hiu tanpa menggunakan pengaman.

Setelah memberi peringatan pada bodyguard nya, Audrey kembali melangkah keluar menuju garasi mobil mahalnya.

Tanpa ada yang menahan atau membuntuti karena sudah diperingatinya, Audrey yang sudah kepalang badmood akhirnya membawa dirinya ke pantai favoritnya.

Tempat dimana Audrey mencurahkan keluh kesahnya, ditemani malam yang sunyi serta deburan ombak menenangkan hati.

Dibawah rembulan yang bersinar terang, seorang gadis yang selalu memasang wajah datarnya akhirnya memperlihatkan sisi rapuhnya.

Audrey duduk diatas pasir tanpa menggunakan alas, tetes demi tetes bening membasahi pipi putihnya.

Angin malam yang terasa begitu sejuk berhembus menerbangkan beberapa helaian rambut hitam legam milik Audrey.

"Mommy daddy.., Audrey ga bisa hidup tanpa kalian.., Natal kali ini terasa suram bagi Audrey.. hiks.. " ujar Audrey mencurahkan isi hatinya disertai air mata yang semakin mengalir deras.

Sedangkan Nendra yang sedang berjalan jalan di pinggiran pantai, menghentikan langkahnya kala mendengar suara tangisan seseorang.

"Siapa nih yang nangis malem malem gini" gumam Nendra dan mulai merinding.

Tapi ketika Nendra menoleh ke arah suara, dia melihat seorang perempuan berambut hitam panjang sedang duduk dan menangis.

"Ini orang bukan ya?.. " gumam Nendra lalu melangkah ragu-ragu ke arah perempuan itu.

Perlahan Nendra mengulurkan tangannya dan memegang pundak sang perempuan.

Puk..

Audrey yang kaget karena tiba-tiba ada yang memegang pundaknya, sontak menoleh dan menatap horror sang pelaku.

"E-eh maaf, saya kira kamu setan tadi" ucap terbata-bata Nendra mencoba menjelaskan.

"Jadi kamu ngatain saya setan?! " semprot Audrey dengan muka garangnya.

"Bukan gitu, lagian malem-malem gini ga baik tau kalo nangis, nanti ada yang nyautin" ujar Nendra menakut-nakuti.

"Biarin! " setelah mengatakan itu, Audrey kembali menghadap laut mencoba mengabaikan keberadaan Nendra.

"Yaudah.. " Nendra bangkit dan melangkah pergi.

Audrey tidak peduli, dia melangkah ke arah dermaga tak jauh dari situ.

Audrey's GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang