Four

48 9 3
                                    

”As Belong”

Family, Romance, Angst

Chapter Four

Sorry for typo(s)



”Papa, aku ingin mengatakan sesuatu?”

Mendengar suara putranya Jaehyun menoleh mendapati Junkyu sedang berjalan ke arahnya sambil membopong satu toples popcorn keju. Entah kenapa sejak kecil ia begitu menyukainya. Pernah dulu Junkyu menangis seharian karena dengan tidak sengaja Lucas menendang toples yang mana berakibat semua popcorn di dalamnya tumpah berserakan di lantai.

”Katakan tapi Papa belum pasti bisa mengabulkan jika tentang pergi bersama.”

Jaehyun memang tipe orang yang jarang menebar janji, ia punya kebiasaan sebelum menyanggupi permintaan orang lain ia lebih dulu memberikan pernyataan tentang dirinya.

”Beberapa minggu yang lalu Seohyun sunbaenim memintaku makan malam bersama.” matanya berbinar, ia melanjutkan dengan mulut yang penuh makanan. ”Bagaimana jika kita mengundang beliau ke rumah kita saja. Apakah Papa tidak keberatan?”

Walaupun sudah tahu dari Jisoo, Jaehyun tetap saja terkejut tentang permintaan putranya. Mengundang Seohyun kerumahnya adalah kemustahilan. Sejak terakhir bertemu hubungan di antara keduanya makin memburuk. Tidak, lebih tepatnya Jaehyun mempunyai 1001 cara menghindari wanita manis itu, lagian ada-ada saja pertanyaannya.

”Tidak Junkyu, Papa tidak bisa melakukan itu.” Memang harusnya begini, meskipun ia tahu betul jika Seohyun akan menerima permintaan tersebut ia tetap tidak ingin, bisa besar kepala nanti. ”Itu akan membuat banyak media panik nanti, dengar sayang kamu dan Seohyun sedang naik daun setiap gerak-gerik yang kalian lakukan wartawan akan tahu. Tentu itu sangat membahayakan untuk kalian apalagi jaman sekarang rumor lebih menghasilkan uang dari pada berita nyata.” Perkataan itu sepenuhnya benar, apalagi akhir-akhir ini Jaehyun sering mendapati wartawan membuntuti Junkyu kemanapun.

”Aku sama sekali tidak masalah akan berita apapun tentang diriku. Papa sendiri sudah mengajariku untuk membiasakan diri dengan berita-berita buruk yang penting perkataan mereka adalah kebohongan belaka.” Ia mulai cemberut malas melihat Jaehyun. ”Papa, tolong. Aku sangat mengidolakan Seohyun kesempatan ini sulit datang meskipun ku cari kemana-mana. Satu kali ini saja undang dia di acara ulang tahunku besok ya Pa, anggap saja sebagai kado. Aku akan berterima kasih kepada Papa seumur hidup.” Ujarnya memelas.

Entah kenapa Junkyu sangat menyukai model itu. Semua bermula saat ia berumur tujuh tahun menemukan majalah di ruangan Papanya. Ia membuka majalah dan melihat wajah Seohyun, sejak saat itulah Junkyu begitu memujanya merasakan perasaan menyenangkan.

Jaehyun melihatnya, raut wajah penuh harap dari Junkyu. Ia bersungguh-sungguh sulit sekali menolak gelaran aneh dari mata itu. Sejak kecil Jaehyun belum pernah menolak apapun keinginan dari putranya tapi untuk sekarang apakah ia bisa menolak mengingat permintaannya terlampau berat.

Namun-

”Papa akan mengundangmu besok malam.”

-Rasa sayangnya terhadap Junkyu lebih besar dari rasa bencinya terhadap Seohyun maka dengan penuh pertimbangan ia akan menahan satu kali lagi demi Putranya.

”Terima kasih. Aku sayang Papa.”

©Kimrahinoona

”Terima kasih sudah mengundangku,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


”Terima kasih sudah mengundangku,"

Seohyun tersenyum manis membelai Pipi Junkyu. Ia melangkah masuk mengikuti Remaja itu dari belakang. Sebenarnya Seohyun datang satu jam lebih awal dari jam undangan. Salahkan saja ia terlalu excited mendapati undangan ulang tahun tidak terduga dari Jaehyun.

Sejujurnya hari ini ia ada rapat filmnya yang akan dirilis beberapa hari lagi namun ia batalkan segera, kesempatan ini sangat langka. Bisa jadi hanya satu kali keberuntungan.

”Ku harap anda nyaman disini.” Junkyu dari tadi gugup berbicara atau berjalan beriringan dengan Seohyun. Rasa-rasanya seperti mimpi saja bisa sedekat ini. ”Silahkan duduk.”

Seohyun tersenyum anggun menelisik sudut rumah matanya berhenti tepat pada satu lukisan abstrak. Ia kembali berdiri mendekati lukisan itu, Junkyu merasa bingung tapi tetap mengikuti gerak-gerik random milik Seohyun.

”Lukisan yang cantik.” Tuturnya sambil meraba lukisan yang sepertinya tidak asing untuknya. Ia seperti pernah melihat pola itu dua titik tak beraturan berwarna putih di tengah. Gradasi warna kuning dan orange serta hijau di pinggir.

”Eum, sebenarnya ini lukisan kesukaan Papa?”

”Jaehyun?”

Junkyu mengangguk. ”Ya, Papa pernah bilang ia melukis sendiri meskipun tidak sebagus itu tapi memiliki arti yang cantik. Papa bilang lukisan putih di tengah itu adalah aku dan mama.”

Seohyun terkejut mendengarnya, ia sekarang ingat Jaehyun pernah membuat lukisan itu tepat satu hari sebelum Junkyu lahir.  Meskipun susah payah pria itu buang telinga mendengar kritikan pedas dari mulut Seohyun.

”Tapi aku belum pernah bertemu dengan Mama. Papa selalu bilang jika Mama sudah meninggal tapi sulit dipercaya mengingat papa tidak pernah mengajakku ke makamnya.” Remaja itu tiba-tiba sedih, jujur ia sangat merindukan Mamanya, ingin sekali bertemu. ”Apakah Mama membenciku?”

Mendengar pertanyaan itu telinga Seohyun berdengung, kepalanya terasa berat, hatinya mencelos seketika. Secara tidak sengaja Junkyu mengatakan hal yang bisa membuat rasa bersalah Seohyun bertambah seratus kali lipat. Wanita manis itu tiba-tiba terdiam, rasanya ingin sekali berteriak kalau ia adalah orang yang selama ini dicari.

Menyadari sudah terlalu banyak bicara Junkyu menggaruk telinganya. Ia malu karena sudah tidak sopan pada Seohyun. ”Maaf aku sudah tidak sopan. Ayo duduk sambil menunggu Papa pulang sebentar lagi.” Remaja itu menggandeng tangan Seohyun secara reflek, mendudukannya di kursi makan.

Hampir setengah jam mereka saling berbincang, melempar pujian satu sama lain. Junkyu terus saja memuji habis-habisan  mengatakan bahwa ia teramat mengagumi semenjak umur tujuh tahun.

Tentu Seohyun merasa sangat bahagia mendengarnya.

Belum sempat Seohyun membalas pujian itu lebih dulu Jaehyun datang. Pria itu duduk di kursi tengah dengan Seohyun di sisi kiri dan Junkyu di sisi kanan. Makanan juga sudah siap dari lima belas menit lalu.

”Selamat ulang tahun sayang.”

Junkyu tersenyum manis. ”Terima kasih Papa.”

”Selamat ulang tahun Junkyu.” Seohyun berdiri mengambil kotak, mengeluarkan kue keju dari dalam. ”Sebenarnya aku tidak tahu rasa kesukaanmu, tetapi aku memilih keju karena itu rasa paling enak menurutku.”

Matanya berbinar. ”Aku sangat suka keju. Terima kasih Seohyun sunbaenim. Aku sangat bahagia hari ini. Sering berkunjung kesini ya, bolehkah Papa? Eh tentu Papa akan mengijinkannya.”

Jaehyun hanya diam tidak menjawab apapun namun sejak hari itu banyak sekali perubahan besar di dalam keluarganya.

[TBC]

Gimana chapter ini?

Kimrahinoona

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

As Belong Where stories live. Discover now