Jihoon tersenyum tipis, "Karena lo kelihatan menarik."

Jungoo tak mengindahkan, ia memunguti sampah makanannya, "Lo cari orang lain aja."

Ketika Jungoo ingin beranjak suara si surai pink membuat Jungoo seketika terhenti, "Tapi lo bakalan dapet uang."

Jungoo menaikkan sebelah alisnya, ia menimang-nimang, "Uang?"

Jihoon mengangguk, "Iya, nanti kalau udah selesai pemotretan lo bakalan di bayar, dan itu lumayan," Jelasnya dengan lembut.

Tak ada lagi pikir panjang, Jungoo langsung menjawab,"Oke."

Jihoon terkekeh, ia berdiri, "Kalau gitu, ayo."

"Kemana?" Jungoo bertanya dengan bingung.

"Pemotretan lah," Kini giliran si surai pink yang mengernyit, bukannya tadi Jungoo sudah setuju?

Si pirang bertanya kembali, "Sekarang banget nih?"

"Iya, lo lihat di sana," Ujarnya dengan menunjuk segerombolan orang yang sibuk menata kamera di taman yang tak begitu jauh dari mereka.

Jungoo mengikuti arah yang di tunjuk oleh Jihoon, ia menggigit bibirnya sekilas sebelum menjawab, "Tapi gue enggak pernah ngelakuin ini."

Jihoon menepuk dadanya dengan bangga, "Santai, ada gue kok, gue kan udah pro."

Jungoo berkelit, ia membuat alasan, "Tapi, gue belum mandi nih, bau keringat juga pasti, gue pulang dulu deh."

Pemuda bersurai pink itu dengan cepat menarik tangan si surai pirang yang ingin kabur, "Gapapa, lo udah cantik kok, lagian foto kan enggak ngeluarin bau."

Sial.

Jungoo kira ia tak perlu melakukan hal ini sekarang. Ingin kabur juga Lee Jihoon ini sudah menyeret tangannya. Mengapa dia dengan mudahnya tergiur dengan uang sih?

Kamera yang telah di setting dengan sedemikian rupa membuat Jungoo merasa langsung ingin melarikan diri, harusnya tadi ia tolak saja.

Jihoon langsung menuntunnya menuju ruang ganti, mendandani Jungoo dengan tangannya sendiri agar terlihat lebih sempurna.

Sebenarnya tadi Jihoon sudah memiliki seorang partner dalam pemotretan kali ini, tetapi lelaki bersurai pink itu menolak, alasannya karena lelaki yang di pasangkan dengannya sangat menempel padanya, seperti seorang jalang yang haus akan sentuhan, membuatnya muak.

Para staff yang melihat Lee Jihoon seperti itu menghela nafas, selalu saja si surai pink ini memilih. Karena sudah lelah dengan sikap Lee Jihoon yang seenaknya menolak rekan kerja, mereka menyuruh Lee Jihoon itu mencari partnernya sendiri. Ketika mereka melihat Lee Jihoon membawa seorang pemuda berambut pirang mereka diam saja, mereka di kejar deadline, lagipula lelaki pirang itu terlihat cukup manis.

Pemotretan outdoor yang mereka lakukan mengundang perhatian banyak orang, berpasang-pasang mata yang menatap serta bisikan-bisikan itu membuat Jungoo merasa tak nyaman. Walaupun Jungoo rasa orang-orang itu tak membicarakan nya, mereka pastinya membicarakan tentang Lee Jihoon yang ternyata adalah seorang model terkenal, Jungoo baru tau itu, akan tetapi tetap saja, dia kan tak terbiasa dengan ini.

Jungoo bersumpah ini akan menjadi kali pertama dan terakhirnya untuk melakukan pekerjaan seperti ini, lebih baik ia menebas kepala orang saja, bahkan pekerjaan kotor itu tak begitu sulit daripada berpose seperti ini.

Sadar dengan Jungoo yang tak begitu nyaman, Jihoon sedikit menunduk, ia memberi usapan lembut pada rambut pirang Jungoo, memberinya sebuah senyuman manis, "Rileks Jungoo, fokus ke gue."

Jungoo mendongak, ia terpaku pada wajah rupawan dengan aura menenangkan milik Lee Jihoon, si pirang tersenyum tipis sebagai balasan.

Hal yang dilakukan oleh kedua orang itu membuat banyak orang di sana menjerit tertahan. Sang photographer tidak membiarkan pose itu terlewat begitu saja, dengan cepat ia memotret dari berbagai sudut.

Setelah itu pose-pose lain yang mereka lakukan terlihat lebih natural, Jungoo juga nampaknya mulai menikmati hal seperti ini.

Pemotretan pakaian yang mereka lakukan baru berakhir ketika hari telah gelap sepenuhnya.

Saat ingin pulang Jihoon dengan senang hati menawarkan Jungoo tumpangan, tetapi Jungoo menolak, ia kan tadi membawa sepeda, bisa murka nanti jika sepeda milik Jonggun itu hilang.

Tetapi tunggu, bukannya tadi Jonggun berkata akan menyeretnya jika Jungoo tak segera pulang?

Hm, hanya ancaman belaka rupanya.
.

.
Jungoo tarik perkataannya barusan.

Di depan Minimarket 24 jam, tepat di kursi yang Jungoo duduki tadi, satu-satunya pewaris dari keluarga Yamazaki sedang menenggak sekaleng bir. Wajah datar itu seakan siap untuk menghajar siapapun yang mencari masalah dengannya.

Jungoo menghentikan langkahnya, ia tiba-tiba merasa gugup untuk menghampiri Jonggun. Setelah mengambil nafas panjang, Jungoo kembali berjalan mendekat ke arah si surai hitam. Saat sudah dekat dan Jonggun menatapnya dengan mata tajam itu Jungoo merasa terintimidasi.

Dengan tawa canggungnya Jungoo duduk berhadapan dengan Jonggun, "Lo udah lama?" Tanyanya.

Jonggun menggeram, kaleng bir yang telah kosong itu di genggam hingga tak berbentuk, "Lo bener-bener minta gue seret ya, Kim Jungoo?"

Jungoo kesal, apa pula Jonggun ini, ia kan hanya keluar sebentar dan jarak ini tak begitu jauh dari rumah, jika menggunakan mobil tentu saja, ia berdecak, "Emang kenapa sih? Gue kan cuma keluar sebentar."

Jonggun berdiri dengan tiba-tiba, membuat kursi yang di duduki sampai terjatuh. Bukannya merasa takut Jungoo membalas dengan tatapan nyalang. Mereka saling menarik kerah pakaian masing-masing dengan penuh amarah.

Beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka menyaksikan bagaimana pertengkaran yang terjadi antara keduanya, para penonton dadakan itu takut, tak ada yang ingin melerai, mereka takut akan mati jika ikut campur.

"Peliharaan itu gak boleh jauh-jauh dari Tuan-nya, Kim Jungoo," Ucap Jonggun dengan berbisik geram di telinga si pirang.

Sebelum Jungoo kembali menjawab Jonggun telah benar-benar menyeretnya dengan kasar, tidak ada kelembutan sama sekali.

Perjalanan pulang malam itu di kelilingi aura permusuhan kental antara mereka. Tak ada yang ingin membuka suara terlebih dahulu. Atmosfer gelap yang menyelimuti dua orang dalam mobil itu dapat membuat siapapun yang melihatnya bisa langsung tertekan.

Soal sepeda milik Jonggun tadi? Lupakan saja.
.

.
Seorang lelaki bersurai merah muda merebahkan diri di atas ranjang mewah miliknya. Bathrobe putih yang di kenakan dengan asal membuat dada bidangnya terlihat. Di tangannya sebuah ponsel ia mainkan, ia tersenyum sekilas, si pirang yang terlihat dalam foto yang di jepret beberapa saat lalu terlihat begitu indah.

Lee Jihoon, ia terus mengamati Kim Jungoo dalam foto itu, mengusapnya perlahan, kemudian kembali tersenyum bak orang yang tengah kasmaran. Ia merasa hatinya menghangat. Jihoon suka, Kim Jungoo itu terlihat seperti seorang bocah yang manis.

Ia berguling-guling tak jelas sambil menutup wajahnya. Mungkin ia harus mengajak Kim Jungoo untuk melakukan pemotretan lain bersamanya? Membayangkannya saja sudah membuatnya tersenyum begitu lebar.

Tetapi ketika selesai tadi, Jungoo berkata bahwa ia tak ingin melakukannya lagi. Tak apa, ia akan memikirkan cara supaya Kim Jungoo itu mau untuk melakukan pemotretan lagi bersamanya.

Lagipula mereka tadi sudah bertukar kontak, bukanlah hal yang sulit bagi seorang Lee Jihoon untuk membujuk seseorang.

------------

Sangkar || GunGooWhere stories live. Discover now