Part 14 - Sertifikat

Start from the beginning
                                    

"Nggak tahu, tuh. Julia sering nanyain. Paket penting ya, Lia?"

"Cuma dokumen kok," elak Julia.

"Sudah berapa lama?" tanya Dahlia.

"Udah tiga bulan. Katanya akan dikirim."

"Sudah lumayan lama. Dari mana?" tanya Salim.

"Dari Jerman. Aku menang kompetisi membuat logo. Isinya cuma sertifikat," jelas Julia dengan senyum tipis. "Nanti mau ditanyain lagi, barangkali salah dikirim."

"Iya, pastikan aja dulu. Sudah tiga bulan belum sampai, itu sudah cukup lama. Pengiriman sekarang sudah serba cepat."

"Iya, Pakde. Seharusnya memang nggak selama ini," tambah Julia setuju.

"Kamu nggak salah alamat, kan?" tanya Cassian.

"Nggak kok, aku pakai alamat sini yang sudah tersimpan di akun sebelumnya."

Allen, yang tidak mengetahui tentang paket yang berisi sertifikat itu, hanya diam membisu. Tidak ada yang menyadari kejanggalan tersebut karena mereka semua fokus pada pengiriman.

Mereka mengobrol santai di ruang keluarga setelah selesai makan, menikmati makanan penutup dengan beberapa jenis buah.

Allen memesan tiket pesawat sekaligus untuk mereka. Memastikan vila, transportasi, dan segala keperluan mereka sudah dipesan agar esok tidak perlu repot lagi.

Allen hanya berfokus pada Julia, dia masih bertanya-tanya tentang sertifikat itu.

Sehingga ketika mereka memutuskan untuk istirahat lebih awal karena besok adalah hari yang panjang.

Allen menyadari bahwa kondisi hati Julia tidak sebaik sebelumnya. Dia mencoba menahan Julia agar wanita itu tidak langsung tidur.

"Sertifikat apa yang kamu tunggu?" tanya Allen sambil menahan tangan Julia begitu mereka masuk ke dalam kamar.

"Aku udah jelaskan tadi," jawab Julia dingin.

Allen tidak percaya, Julia menunggu sertifikat itu selama tiga bulan. Jangka waktu yang sama dengan Julia pergi dari rumah dan melayangkan gugatan cerai.

"Kamu menunggu ...," Allen tercekat. Dan Julia mengepalkan tangannya berusaha lepas dari lelaki itu.

Finn menangis di boks bayi dan Allen terpaksa melepaskan tangan Julia. Wanita itu bergegas menghampiri Finn dan menepuk-nepuk pelan badannya.

Finn menangis keras sehingga Julia mengangkatnya dan membawanya ke tempat tidur, berusaha menenangkan bayi tersebut sambil mengabaikan Allen yang berdiri di tempat dengan tatapan kosong.

Finn berhenti menangis setelah Julia menyusuinya.

"Julia, mari kita lupakan tentang perceraian. Kita tidak akan bercerai," pinta Allen sambil mendekati wanita itu. "Saya minta maaf karena mengambil keputusan terlalu terburu-buru."

Allen meraih salah satu tangan Julia dan menggenggamnya erat, menunjukkan wajah penyesalan atas tindakannya yang tidak menyenangkan terhadap wanita itu.

"Di mana cincin nikah kita? Kamu pakai lagi ya?" bujuk lelaki itu dengan lembut. "Aku akan memperbaiki semuanya."

Kedua mata Julia berkaca-kaca dan berusaha menahan napas agar tetap tenang, dia melirik jari Allen yang tersemat cincin pernikahan mereka yang entah sejak kapan dia pakai. Allen tidak pernah memakai cincin pernikahan mereka setelah kecelakaan itu, dia meletakkan secara asal-asalan di laci kamarnya, seolah benda itu tidak sakral.

"Sudah kubuang!"

Allen sangat terkejut. Julia tetap pada pendiriannya.

"Aku minta maaf," bisik Allen sambil mengecup tangan Julia.

Julia menarik tangannya, tidak ada rasa tersentuh sedikit pun.

"Tolong jangan ganggu, aku sedang menenangkan anakku," kata Julia tegas.

Allen merasa terluka. Namun, ini semua adalah balasan atas sikapnya yang selama ini menyakiti Julia.

Dia keluar dari kamar dan membawa ponselnya. Barulah Julia merasa bebas menghirup udara sebanyak mungkin. Air mata Julia jatuh mengenai Finn, segera dia seka sambil menguasai diri.

Julia meletakkan Finn yang kembali tidur pulas di tengah-tengah tempat tidur. Lalu dia berbaring di pinggir, menarik karpet Finn sedikit lagi merapat padanya, kemudian Julia tidur.

Allen kembali beberapa saat kemudian. Dia memandang Julia dengan ekspresi bersalah.

Diam-diam menggeser karpet Finn ke tengah lalu dia berbaring di belakang Julia. Memeluk wanita itu dan mengecup kepalanya sambil berbisik, "Maafkan aku, Sayang."

Julia menyadari keberadaan Allen di belakangnya. Namun, dia memilih pura-pura tidur meskipun Allen menggenggam tangannya erat.

***

Jakarta, 14 Januari 2024

Julia menunggu apa tuh?

Novel ini sudah ada di Karyakarsa

Novel ini sudah ada di Karyakarsa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BROKEN VOWWhere stories live. Discover now