2.

4.1K 276 11
                                    

"Morning!!"

"Nash!! Lo ganggu gue banget!" Nash terkikik sembari mendekat ke ranjang adik sepupunya itu.

"Oh look at her. She's cute, right?" Adiknya yang sedang mengucek mata itu menoleh. Ternyata Nash sedang merekamnya.

"What the hell, Nash." Adiknya mencekik leher Nash dan membuat laki-laki itu tiduran dikasur.

Mereka berdua tertawa.

"Okay, okay. Sorry, Dee, sayang." Ucap Nash sambil tertawa, tangannya mengutak-atik ponselnya. Ia mengunggah video tadi ke akun vine nya.

Dalam hitungan 3 menit sudah tercatat 6.000 loopers yang melihat video itu. Banyak komentar yang sudah memenuhi notifikasinya.

"Who's she?"

"Aku sakit hati:")"

"Itu Dee? Kalian saudara bukan?"

"She's bitch!"

Dan lain-lain.

"Main yuk?" Tawar Nash. Dee hanya mengangguk.

"Skate?" Tanya Dee. Kini giliran Nash yang mengangguk.

Nash mengangkat tubuh Dee dalam gendongannya. Dee menguatkan kakinya dipinggang Nash.

Sungguh siapapun yang melihat ini pasti akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

"Mau kemana lo?" Tanya Cam yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mau main. Ikut?" Cam hanya mengangguk. Mereka mengambil skateboard masing-masing. Lalu menaikinya. Dee masih sibuk dengan rambut panjang pirang yang akan ia kepang messy bun. Setelah selesai mereka menuju kearah taman.

"Inget gak, dulu lo pernah jatuh sampe jungkir balik di perosotan itu?" Tanya Nash sambil menoleh kearah Cam. Mereka tertawa.

"Terus lo karena terlalu keras diayunin sampe nyosor kena Annie dan itu anak jatuh karena lo timpa?" Kini giliran Dee yang bertanya ke Nash. Mereka tertawa lagi.

"Dan lo, yang nungging karena jatuh dari puteran?" Cam menunjuk Dee dan lagi-lagi mereka tertawa.

"Pengen ya jadi anak kecil lagi yang polos dan gak tau apa itu sakit hati." Ujar Nash.

"Alah, alay, lo!" Dee mendorong pundak Nash dan mereka tertawa.

"Mencar, yok? Ntar ketemu disini lagi. Mau?" Tanya Cam yang disambut anggukan oleh kedua saudaranya itu.

Mereka berpencar sembari menaiki skateboard masing-masing.

◇◆◇

DEE

Aku bosan.

Aku lebih memilih berkeliling sembari memainkan ponselku. Aku membuka aplikasi twitter.

@deecaprio : bosen gila.

Tweet sent!

Aku melihat balasan-balasan dari pengikutku, tetap pada posisi yang sama. Hingga akhirnya aku menabrak seseorang. Aku jatuh tersungkur dan keningku membentur pagar tanaman yang menyebabkan darah segar keluar dari sana.

Aku meringis dan berdiri. Siapa, sih orang itu? Masa dia tidak melihatku?

"Hey, lo hati-hati kalo jalan. Jangan main hp mulu!" Aku menatapnya. Astaga! Bahkan dia tidak terluka sama sekali!

"Lo juga perhatiin! Masa segede gini lo gak liat gue?!" Bentakku balik. Dia mengernyit.

"Kepala lo luka? Eh— ehmm— sini gue obatin.." Dia mengucapkannya dengan terbata-bata. Dasar orang aneh.

Aku mengambil skateboard ku dan menaikinya kembali. Meninggalkan laki-laki aneh yang menabrakku tanpa meminta maaf.

"Hey! Nama lo siapa? Itu luka lo gak diobatin?" Teriaknya. Aku mendengar suara sepatunya dibelakangku. Dia mengejarku. Aku melajukan skateboard ku semakin kencang. Hingga aku tidak mendengar apapun dibelakangku.

Aku kembali ke taman. Semoga Nash dan Cam sudah ada disana. Mana kepalaku makin pusing lagi.

"Dee?! Lama banget dah lo? Ngapelin cowok, ye?" Ucap Nash sembari terkekeh. Aku hanya mencebik dan menyentuh keningku hendak menghentikan darah yang semakin banyak keluar.

"Eh? Kepala lo kenapa? Siapa yang berani-berani giniin lo?!" Tanya Cam sambil menyentuh keningku. Aku meringis. Perih.

"Sini gue gendong. Nash bawa papan skatenya!" Ucap Cam. Aku menggeleng.

"Gak usah! Udah gue gak apa-apa. Tinggal dikasih obat merah juga. Yok, pulang!" Ujarku lalu melajukan skateboard.

"Lo beneran gak apa-apa? Siapa yang bikin lo sampe kayak gini?" Tanya Nash dibelakang.

"Gue gak tau nama tu cowok siapa, dia tinggal di blok G, seinget gue cat rumahnya warna hijau didominasi abu-abu, gitu. Udah gak usah tanya-tanya lagi. Gue pusing!" Kataku lalu melajukan skateboardku lebih kencang.

◇◆◇

NASH

Siapa, sih yang berani-beraninya membuat adikku terluka seperti itu?

Dia bahkan tidak terlihat ketika Dee kembali tadi. Itu berarti orang itu tidak peduli, bukan?

Sialan. Jika saja aku tahu siapa pelakunya, sudah pasti kuhajar wajahnya karena berani membuat Dee terluka.

Aku menoleh pada Cam, ia juga menoleh kearahku.

"Udahlah kita obatin Dee dulu." Ucap Cam seakan-akan mengetahui isi pikiranku. Aku hanya mengangguk dan melajukan papan skate ku menyusul Dee.

◇◆◇

"Sshh. Hati-hati.." Aku ikut meringis melihat raut wajah Dee yang sedang diobati oleh Jack G.

"Kayaknya gue tau dah siapa yang buat lo kayak gini." Ucapku. Mereka menatapku penasaran.

"Iya. Dari ciri-ciri rumah yang lo kasih tau—" Belum selesai Cam berbicara, Dee memotongnya.

"Udahlah itu masih lo urusin aja. Sekarang anterin gue beli peralatan. Besok gue sekolah." Kami berempat —Aku, Cam, Jack G dan Jack J— mengangguk. Taylor sedang pergi untuk menjemput Matt, saudara kami yang satunya.

"Bakalan seru kalo kita bisa berangkat sekolah bareng." Ucap Johnson alias Jack J. Kami tertawa.
Ya. Kami satu sekolah sekarang, kemarin Mum Ele sudah mengatur kepindahan kami. Dee, Aaron, Shawn, dan Hayes (adik kandungku) duduk di bangku menengah atas kelas 10.
Jack J, Jack G, Taylor, Carter dan Matt duduk di bangku kelas 11. Sedangkan aku dan Cam duduk dibangku kelas 12.

Dan sekarang kami semua satu sekolah. Seru, bukan?

Aku jadi tidak sabar.

brother ➳ magcon boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang