Tak bisa bersama

1.2K 30 1
                                    

Paket Senyum Api kuku

 ====================================================================

Kuedarkan mataku keseluruh penjuru tempat ini. Seulas senyum terukir di bibirku kala melihat asrinya tempat ini. Tempat ini begitu sejuk dan nyaman. Begitu nyamannya membuatku semakin bersemangat untuk pindah ke tempat ini.

“Bagaiman kamu menyukai tempat ini?”

“Senyumanku ini pastilah sudah menjawab semuanyakan kak.” Ujarku seraya tersenyum begitu tulus.

Kak Alan langsung tersenyum tipis mendengar ucapanku seraya mengacak lembut rambutku. “Baiklah. Silahkan masuk ke istana baru kita tuan putri…”

Senyum tipisku pun mengembang mendengar ucapan kakak satu-satuku ini. Sekitar setengah jam kami berdua menjelajahi setiap sudut rumah baru kami. Sejak kecil aku dan kakakku memang menginginkan rumah sederhana di sekitar kebun teh yang indah nan sejuk ini.

“Andai ayah dan ibu masih ada mungkin ini semua akan terasa lebih lengkap…” tuturku setengah menerawang ke masa kecilku dulu.

“Pastinya tapi…” Kak Alan melangkah mendekatiku dan perlahan memelukku lembut. “Tuhan percaya tanpa keduanya kita pasti tetap bisa merasa lengkap.”

“Aku setuju karena malaikatku sekarang sedah memelukku lembut.” Ucapku seraya memeluknya lebih erat. Pelukan kami mengisaratkan betapa sayangnya kami sebagai saudara yang sudah lama hidup berdua setelah kematian orang tua kami enam belas tahun yang lalu. Namun tiba-tiba pelukan kami terganggu oleh sebuah bayangan yang melintas begitu cepat di balik jendela.

Srek.! Srek..!

“Apa itu!” Dengan cepat aku melepaskan pelukan kami dan berlari ke arah jendela tepat di depan kami.

“Ada apa?” ucap kakak seraya mengedarkan pandangannya di balik jendela mengikuti apa yang aku lakukan.

“Kakak lihat tidak?!”

“Lihat apa Moll?”

Dahiku berkerut penuh pertanyaan. “Apa mungkin aku berhalusinasi?” Ucapku bingung.

Kakaku mencondongkan wajahnya kewajahku seraya tersenyum lembut. “Sepertinya princesku ini kecapean, lebih baik kamu istirahat dulu yuk.” ucapnya lembut seraya mendaratkan tangan kekarnya ke bahuku sembari menarikku pelan kearah kamarku.

Yah... mungkin aku kelelahan setelah menempuh perjalanan selama delapan jam dari kota ke desa kecil ini. Tapi bayangan tadi benar-benar terlihat nyata dan sangat menggangguku.

****

Alan melangkah pelan setelah memastikan Molly sudah terlelap tidur. Sebelum meninggalkan kamar itu dia merapikan selimut adik kesayangannya. “Have nice dream.” Bisiknya sembari mengecup pelan dahi Molly.

Dia menutup pintu kamar adiknya itu begitu pelan seakan dia tidak mau membuat adik kesayangannya itu terbangun.

“Aku cemburu…” Alan sedikit tersentak mendengar suara kecilnya yang tiba-tiba muncul di balik punggungnya.

“Kebiasaan.” Ucapnya seraya tersenyum lembut.

“Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku bilang aku cemburu!” rajutnya seraya mengembungkan pipinya.

Alan terkekeh melihat tingkah polos gadis kecil di hadapannya. Dan dengan gerakan lembut dia mengelus rambut panjang gadis kecil yang merajut di depannya.

“Hei rambutku nanti rusak Lan!” ujarnya seraya menghempaskan tangan kekar Alan.

“Molly itu adikku Ran.”

Tak bisa bersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang