Part 03 - Eon Nyeon

56 9 0
                                    

☆ REWRITE THE STARS ☆


"Sebenarnya apa yang terjadi padanya di Gyeongseong?"

Eon Nyeon melipat kedua tangannya di dada dan menyandarkan tubuhnya di kayu penyangga bangunan di dekat tempat tidur usang dimana Lee Yoon sudah terbaring selama tiga hari penuh karena demam tinggi.

Choi Choong Soo yang berdiri tak jauh dari Eon Nyeon menghela nafas panjang, "aku tidak sempat bertanya karena dia langsung pingsan begitu datang."

"Apa hyung begini karena nona Nam?" Geumsu tiba-tiba bertanya.

Semua mata menatap Geumsu seketika dengan pandangan penuh tanya.

"Yoon pergi ke Gyeongseong?" Choi Choong Soo bertanya untuk memastikan.

Geumsu mengangguk, "dia tidak bilang padamu?"

Choong Soo tidak menjawab.

"Hyungnim pergi ke Gyeongseong untuk mengabari nona Nam jika dia masih hidup setelah penyerangan Jepang ke Gando kemarin," kali ini  Kang San Gun yang bersuara.

Kim Seon Bok yang duduk di tepi ranjang pun hanya bisa menatap sendu pada Yoon yang masih belum juga bangun.

"Dia mengunjungi rumahnya lagi," kata Seon Bok kemudian.

"Rumah? Hyung punya rumah di Gyeongseong?" Choraeng-yi.

Kim San Gun memukul kepala Choraeng-yi dengan geram, "memang sulit bicara dengan bandit-bandit bodoh," gerutunya.

Geumsu tertawa, "dasar kau bodoh, Choraeng-yi. Bagaimanapun sepertinya boss tidak semiskin kita, jadi dia pasti punya rumah di Gyeongseong."

Kim San Gun menghela nafas pasrah. Entah bagaimana bisa selama lima tahun ini ia bisa bertahan hidup dengan dua manusia terbodoh yang pernah ditemuinya itu.

Seon Bok, Choong Soo ataupun Eon Nyeon memilih diam dengan pikiran mereka masing-masing. Ketiga orang itu tidak buta untuk menyadari arti Nam Heeshin untuk Lee Yoon.

Mungkin memang hanya Choong Soo yang tahu sebesar apa arti Nam Heeshin untuk Lee Yoon  karena Yoon cukup terbuka untuk bercerita padanya, namun sebagai wanita, Seon Bok dan Eon Nyeon bisa dengan mudah mengartikan setiap sikap, perilaku dan tatapan yang ditujukan Yoon pada Heeshin.

"Ahjussi, sebaiknya kau nasihati dia. Jangan menjadi bodoh hanya karena wanita. Apa dia lupa harga kepalanya saat ini sudah sepuluh kali lipat dibandingkan sebelum penyerangan Jepang ke Gando?"

Choi Choong Soo menghela nafas jengah namun kemudian matanya menatap Eon Nyeon penuh arti. Lelaki tua seperti dirinya, yang sudah merasakan manis dan pahitnya kehidupan, cukup bisa membaca makna dibalik perkataan blak-blakan Eon Nyeon yang baginya lebih terdengar seperti kekhawatiran.

"Ini sudah tiga hari. Apa kau yakin dia tidak apa-apa?" Eon Nyeon bertanya pada Seon Bok sambil menyalakan rokok.

Seon Bok mengangguk, "dia akan segera bangun. Suhu tubuhnya sudah menurun."

"Dia pria yang aneh. Tidak tumbang oleh pedang dan senjata, tapi tumbang karena demam," olok Eon Nyeon.

Seon Bok menghela nafas jengah. Begitu juga yang lainnya. Eon Nyeon dalam situasi apapun tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk mengejek Lee Yoon.

"Jaga bicaramu, Eon Nyeonie."

Suara lemah Yoon membuat semua orang menoleh padanya. Sedikit demi sedikit Yoon membuka matanya dan cukup terkejut melihat wajah-wajah yang sedang memperhatikannya.

"Hyungnim!"

"Boss!"

"Yoon-ah..."

Eon Nyeon mematikan rokoknya, "heh, jika mengejekmu bisa membangunkanmu, sejak awal saja ku ejek kau."

Yoon memutar bola matanya dengan jengah dan masih enggan untuk beradu mulut dengan wanita itu.

"Yoon-ah, bagaimana keadaanmu?" tanya Seon Bok.

"Aku baik-baik saja. Berapa lama aku tidur?" tanya Yoon.

"Tiga hari. Kau datang dan tiba-tiba pingsan di pintu masuk desa," jelas Chung Soo.

Yoon mencoba bangun dengan bantuan Seon Bok, "maaf membuat kalian khawatir."

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, boss? Bukankah kau bilang mau menemui nona Nam?" tanya Geumsu blak-blakan.

Yoon tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis, pandangannya lalu beralih pada Seon Bok, "noona, aku lapar."

Seon Bok mengangguk, "oh ya, biar kuambilkan makanan. Tunggulah sebentar."

Chung Soo yang tahu jika Yoon masih belum ingin bicara, menggiring Geumsu, San Gun dan Choraeng-yi untuk keluar, menyisakan Eon Nyeon disana.

"Kau menemui Nam Heeshin?" tanya Eon Nyeon.

Yoon tidak menjawab.

"Kepalamu berharga sepuluh kali lipat dibandingkan sebelum pasukan Jepang menyerang Gando, lalu dengan bodohnya kau pergi ke Gyeongseong hanya karena ingin menemui seorang wanita?"  Eon Nyeon bertanya dengan nada mengejek.

Yoon masih tidak menanggapi. Kepalanya masih terlalu pening. Belum lagi perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja ketika mengingat apa yang dilihatnya di Gyeongseong kemarin.

"Pada akhirnya kelemahanmu adalah wanita," Eon Nyeon kembali bersuara.

Seon Bok kembali dengan membawa makanan sekaligus memecah ketegangan diantara Yoon dan Eon Nyeon.

Eon Nyeon berbalik dan keluar tanpa mengatakan hal lain, sementara Yoon menatap lama punggung wanita yang memiliki kemampuan bertarung yang nyaris selevel dengannya itu.

TBC

Rewrite The Stars (END) Where stories live. Discover now