Jungoo masih terbatuk, ia menghalang tangan Jonggun yang akan menarik wajahnya lagi, "Uugghh...S-sebentar Tuan, akan saya lakukan sendiri..."
Jonggun tersenyum remeh, ia melihat Jungoo yang seperti akan mati hanya karena menelan penisnya yang bahkan belum masuk sepenuhnya.
Setelah nafasnya kembali teratur, Jungoo kembali melihat pada penis yang masih tetap tegang. Memastikan dirinya telah siap Jungoo mendekatkan wajahnya ke selangkangan Jonggun. Ia menghirup nafas, mulutnya melahap penis besar tersebut.
Setelah dirasa cukup dalam, Jungoo mulai memaju-mundurkan kepalanya, rasanya mual ketika ujung penis Jonggun mulai mengeluarkan cairan.
Jonggun melihat Jungoo yang sibuk memberi 'service' pada penisnya. Bolehkah Jonggun memberi nilai pada pekerjaan Kim Jungoo ini? Sangat buruk, sialan Jonggun merasa kurang. Kim Jungoo ini sangat amatir.
Tangannya memegang rambut pirang Jungoo, secara cepat Jonggun melesakkan seluruh kejantanannya pada mulut Jungoo. Jonggun mendesah, sangat nikmat, penisnya terasa jauh lebih baik saat ini. Ia terus memaju-mundurkan kepala Jungoo dengan tangannya.
Jungoo menepuk kasar paha Jonggun, berusaha untuk melepaskan diri, tetapi tak bisa, rambutnya di cengkram kuat. Air matanya menetes, tenggorokannya sakit, penis panjang serta besar ini membuatnya sulit bernafas. Jungoo merasa hampir seluruh tenggorokannya terisi dengan penis Jonggun.
Jonggun mendongak, desahannya memenuhi ruangan "Ahhh...Mulut lo...gak kalah enakhh..."
Jonggun semakin menekan kepala Jungoo, gerakannya semakin kasar, pertanda ia akan segera keluar. Jonggun bisa merasakan Jungoo yang mulai melemas.
"Gue keluarhhh, ahhhh...sialhh..."
Jonggun benar-benar klimaks. Ia menarik wajah Jungoo pada selangkangannya, sangat berantakan, Jonggun tertawa kecil. Lelehan spermanya mengalir pada leher putih Jungoo. Mata Jungoo telah memerah karena menangis, bibir penuh cairan putih itu bergetar. Melihat Jungoo yang akan memuntahkan spermanya, Jonggun membekap mulut si pirang.
Mau tak mau, cairan kental itu mengaliri tenggorokan Jungoo. Hangat dan asin, Jungoo merasa perutnya bergejolak.
Jonggun kembali menarik resleting celananya, ia menatap Jungoo yang bersandar kelelahan pada sofa. Beberapa tetes cairan miliknya masih bercecer pada leher Jungoo.
Senyumannya kembali terukir, ia dengan cepat menggendong Jungoo layaknya pengantin. Kakinya terus berjalan menuju kamar mandi, seolah tuli dengan pemberontakan dari Jungoo yang menurut Jonggun sangat sia-sia.
Bukankah lebih baik jika Jungoo menyimpan suaranya untuk mendesah? Karena setelah pintu kamar mandi tertutup suara panas dari pergumulan serta desahan erotis saling bersahutan.
.
.
Sebuah gedung tinggi di pusat kota. Banyak orang bekerja didalamnya. Setelan formal dikenakan oleh setiap pekerja. Mereka berlalu-lalang, membawa beberapa dokumen ditangan masing-masing, sangat sibuk dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab setiap orangnya.
'Penyalur Tenaga Keamanan', itulah bidang yang diketahui oleh orang awam. Memang itu tak sepenuhnya salah, perusahaan mereka memang memberi layanan pada bidang keamanan.
Perjanjian di atas kertas yang nampak menjanjikan, tak mengerti dengan adanya perjanjian semu yang tak tertera dalam tulisan. Kontrak tidak bisa di putus oleh pihak kedua. Awalnya mereka yang menjadi pihak kedua tak bermasalah dengan hal demikian. Diiming-imingi oleh pelayanan keamanan yang sangat terlatih mereka langsung menyetujuinya.
Tetapi, kelonjakan biaya untuk setiap bulannya membuat mereka tak bisa lagi untuk membayar. Memang benar, pelayanan yang diberikan sangat amat memuaskan, tapi mereka rasa ini adalah sebuah pemerasan. Para 'kelas atas' tak mempermasalahkan dengan kelonjakan biaya setiap bulan, tetapi bagi mereka yang sempat berada dalam 'kelas atas' tetapi sekarang telah berada dalam 'kelas rendahan' tak lagi larat, keuntungan dari usaha mereka habis untuk membayar biaya keamanan yang sangat tak masuk akal.
YOU ARE READING
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo
