Lien's First Day of School

1.3K 106 12
                                    

Author POV

Lisa membangunkan putrinya dengan beribu kecupan di seluruh bagian wajah "Sayang, ayo bangun. Mommy sudah membuatkan sandwich dan scrambled egg"

Tubuh kecil Lien merenggang, matanya masih terpejam. "Uyu?"

"Ya, kau ingin rasa stroberi atau vanilla?" Lisa bertanya sambil menatap putrinya sangat dalam. Setiap pagi pemandangan indahnya yaitu Jennie dan ketiga anaknya. Sejak kelahiran Dagen, rutinitas dan jadwal tidur mereka sedikit berubah karena bayi tidak memiliki jam tidur yang pasti.

"Stroberi"

Lisa bertanya sekali lagi dan berharap putrinya segera bangun "Ayo bangun?".

Jennie dan Lisa lagi sering mengikuti kelas parenting karena mereka merasa ilmu yang mereka miliki masih kurang untuk menghadapi anak-anaknya. Bagi mereka, setiap anak memiliki dan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam artian cara mendidik mereka tidak bisa disamakan. Sebagai contoh, Bentley cenderung cukup diberi peringatan dan penjelasan tentang sebab-akibat untuk tidak melakukan sesuatu dan Lien tidak cukup dengan peringatan dan penjelasan sehingga Jennie dan Lisa harus membiarkannya dia menerima risiko dari sesuatu. 

Flashback on

Jennie, Lisa, Bentley, Lien, dan Dagen sedang berada di suatu pusat perbelanjaan. Dagen berada di stroller, Lisa yang mendorong strollernya.

Sementara itu Jennie memegang putrinya dan Bentley ada di samping Lisa. Anak sulung Jennie dan Lisa itu sedang bahagia karena ia baru saja mendapatkan nintendo baru karena ia mendapat nilai yang bagus di ujian kenaikan kelas. Sebentar lagi ia kelas 4. 

Lien ingin menjatuhkan boneka kuda poni berwarna merah mudanya ke bawah saat mereka berada di lantai tiga pusat perbelanjaan. Putri pertama Jennie dan Lisa itu sedang merajuk karena kakaknya mendapatkan mainan baru dan dia tidak mendapatkannya. 

Jennie menarik bajunya pelan agar putrinya tidak terlalu dekat dengan pagar pembatas. Jennie dan Lisa sama sekali tidak menahan apa yang dilakukan putrinya agar Lien tahu tentang hubungan sebab-akibat. Bukankah terlalu dini? TIDAK. Usia 5 tahun sudah bisa menangkap tentang hubungan sebab-akibat.

Lien menatap Jennie, matanya seolah memberitahu kalau ia akan segera menjatuhkan bonekanya.

"Ya, jatuhkan saja. Kau lihat di bawah ada banyak orang?"

Lien mengangguk.

"Salah satu dari mereka mungkin akan mengambil boneka ini karena saat kau menjatuhkan ini dengan sengaja, artinya kau membuang barang ini dan sudah tidak menginginkan barang ini. Itu berarti boneka ini bukan milikmu lagi. Jadi, siapapun bisa mengklaim kalau ini miliknya"

Lien menatap Jennie, otaknya mencerna kata demi kata yang Ibunya ucapkan.

"Pilihan di tanganmu sekarang dan satu hal yang harus kau ingat sebelum kau mengambil keputusan, aku tidak akan membelikan mainan lainnya karena kau tidak bisa menjaga barang milikmu, okay? apa kau setuju?" Jennie mengulurkan tangannya, mereka seperti sedang bernegosiasi.

Lisa, Bentley, dan Dagen duduk di kursi yang tersedia di tengah lantai tiga. Beberapa orang lain beristirahat di sana karena pusat perbelanjaan ini cukup besar. Lisa memperhatikan bagaimana istrinya mendidik putrinya, mereka memiliki tujuan dan cara yang sama dalam mendidik anak. Tidak sedikit orang tua yang memiliki pola asuh yang berbeda antar pasangan mereka dan itu kurang baik untuk tumbuh kembang anak dan memiliki dampak yang kurang baik juga di masa mendatang. 

Lisa tersenyum saat Lien menjabat tangan Jennie. Keduanya sepakat. Lisa bahkan tidak tahu apa yang keduanya sedang bicarakan yang Lisa tahu hanya Lien sedang merajuk. Setiap harinya Lisa dan Jennie mengeluh ke satu sama lain tentang anak mereka, memiliki toodler dan mengurus bayi memang sulit tetapi menghadapi anak usia remaja lebih sulit. Jadi, setiap kali mereka mengeluh tentang lelahnya menghadapi anak-anak mereka tetapi mereka teringat kalau suatu hari ada tantangan yang lebih sulit untuk dihadapi. Di sisi lain, menjadi orang tua bersama pasangan pilihan memang sangat menyenangkan. Membangun keluarga sama seperti tim kerja, harus saling mendukung peran satu sama lain di dalam rumah agar tercipta suasana rumah yang nyaman untuk "pulang".

The Norm Season 3Where stories live. Discover now