1 : ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ

31 3 2
                                    

Posisikan diri senyaman mungkin dan ya, selamat mambaca :)

- - -

CHAPTER 1 : ꦱꦸꦫꦏꦂꦠ

𖧧.𖥔 ݁ ˖⚘₊ ⊹𓏲

- Sala ; 1937.

Tatkala mentari menyinari pagi dengan sangat bersenang hati. Bumi manusia ini memang sangatlah indah. Tetapi, para pribumi bekerja dengan giat untuk mengais rejeki untuk keluarga. Terkekang oleh Belanda.

Hening sekejap tak usah dipertanyakan. Para pribumi itu tidak pernah hening atas perbudakan yang dilakukan oleh mereka yang berbeda ras itu.

Sebuah mobil lawas tua yang terawat dan menawan membuat mereka semua lengah. Membuat suasana hening seketika melihat siapa gerangan yang baru sampai di titik nol kilometer Kota Sala.

Petugas yang menjaga dan mengawasi pekerjaan para pribumi seketika marah dan melayangkan pecutan ke punggung para masing-masing inlander tanpa ampun. Rintih sakit jelas sangat terlihat di wajah malang mereka. Tubuh kurus kering diperbudak di Negri sendiri.

Seorang wanita Belanda keluar dari mobil dan melihat sepanjang jalan, banyaknya pribumi yang dikejami dan banyak dari kalangannya yang melakukan kekerasan.

"Aku tidak suka pemandangan ini, Mattijs," rengek wanita itu sambil memeluk lengan sang lelaki Belanda yang memiliki paras mengagumkan, entah jikalau sifatnya.

"Kau harus membiasakan dengan pemandangan ini, Rosemary," jawab sang lelaki dengan wajah yang terlihat angkuh dan acuh.

Wanita yang bernama Rosemary de Witt itu terdiam dan menunduk. Rosemary membenci kekerasan termasuk dengan apa yang dia lihat sekarang.

"Karena Papa mengutusku untuk berada di Sala, mengurus semua kongres dan rapat penting yang ada bersama para Sultan di Sala."

"Mattijs, apakah itu tandanya kita akan menetap disini sampai tugasmu selesai?" Mattijs mengangguk.

Rosemary merengut, dia sebenarnya tidak begitu menyukai pemandangan di Hindia Belanda yang penuh perbudakan dan pemaksaan akibat kolonialisme ini. Namun sebagai teman terbaik-atau bahkan bulan yang berkilauan, ditakdirkan untuk Mattijs van der Meijde, Rosemary harus menemani lelaki ini.

Gundah gulana menyerang hati si gadis. Pikirnya kacau, belum lagi menyelaraskan diri dengan cuaca di Sala yang sangat berbeda dari Nederland. Sala memanglah panas, sepanas hati si pirang ini melihat bagaimana keadaannya.

Mattijs menghela napas dan menghirup udara di Sala. "Menurutku kota ini tak terlalu buruk."

Rosemary terdiam menatap Mattijs, dia kemudian mengikuti Mattijs dan menghirup udara segar pula. "Kurasa kau benar."

Mattijs tersenyum kecil melihat tingkah Rosemary yang mengikutinya. Senyum Mattijs bertambah melebar ketika dia mengatakan, "itu akan menjadi lebih menyegarkan ketika kita sampai di rumah, Rosie."

"Rosie", Rosemary tersenyum lucu. Itu adalah nama panggilan yang paling ditunggu-tunggu oleh Rosemary de Visser. Nama panggilan yang sangat spesial walaupun begitulah dia dipanggil oleh Mattijs sedari kecil. Cahaya gemerlap datang dari pupil matanya.

Gadis manis dengan rambut pirang cantik itu menatap Mattijs sekali lagi. "Benarkah begitu?"

Sang lelaki mengangguk penuh arti. Ini untuk meyakinkan Si Pirang Cantik. Rosemary kerap skeptis dengan sesuatu dan meragukan seluruhnya. Termasuk bagaimana keyakinan Mattijs.

"Benar, karena Papa telah menyiapkan rumah dengan dikelilingi perkebunan. Aku belum tahu pasti pekebunan apa itu, tapi sepertinya salah satu dari itu adalah tebu. Bukankah kau menyenangi daun hijau dan sesuatu yang tampak menyegarkan? Ini semua karena Papa. Papa memikirkanmu."

Pikiran Rosemary semakin dibuat kacau meluluh karena perlakuan keluarga van der Meidje terhadap dirinya. Betapa baiknya dicium dengan sesuatu yang membuatnya sangat gembira hati.

Rosemary semakin memeluk erat tangan Mattijs seraya tersenyum sumringah. Dia genggam erat apa yang dirinya sebut sebagai "Penguasa Hati."

"Terimakasih sudah menjemputku dari Nederland untuk ke Nederladsch-Indie."

Kata-kata manis dari Rosie. Kini ia taruhkan rasa kacau dan sebal, hanya untuk Mattijs seorang.

"Perdjalanan pandjang kita semoga menjenangkan dan terasa manis di Sala."

Sekali lagi Rosemary tersenyum, seakan-akan dia bisa melihat mada depan bagaimana dia dan Mattijs akan hidup di Sala. Menjalankan semua tugas dari keluarga van der Meidje, mengurus semua kongres-yang entah gadis itu tidak memahami untuk apa faedahnya.

Mattijs membuang ludah sembarangan dipinggiran jalan Pasar Gedhe. Menyeringai seram walaupun Rosemary nampaknya tidak protes. Mattijs menoleh, menatap Rosie.

"Ayo, kita kembali ke rumah. Kau pasti tak sabar melihat betapa banyaknya tebu yang ada."

Rosemary mengangguk. Dia masih melihat bagaimana cantiknya bahtera pribumi ini, walaupun akan berparas elok lagi jika tak ada kekejaman bengis. Rosemary kembali mengingat perkataan Mattijs untuk mengacuhkan semua tindakan yang ada.

Dia hidup untuk dirinya dan Nederland.

Mendengar banyaknya suara teriakan kesakitan ditengah cantik elok paras bumi ini, Rosemary menghela napas muak. Dia segera memasuki mobil dengan raut yang nyaris tak bisa tergambarkan. Entah itu kesal, sedih, merasa kasihan ataupun merana. Rosemary memalingkan wajahnya kearah yang lainnya.

Mattijs diam saja menyadari raut paut wajah teman masa kecilnya ini. Namun Mattijs hanya membiarkan. Dipikirnya mungkin Rosemary belum terbiasa karena datang sedari Belanda.

"Kita kembali ke rumah," ucap Mattijs dengan dingin pada sopir.

"Baik, Meneer."

BERSAMBUNG

𖧧.𖥔 ݁ ˖⚘₊ ⊹𓏲

Halo, akhirnya aku back lagi setelah off berapa bulan ya? Haha entahlah.

Anw, semoga suka dengan ceritanya ya. Semoga juga bisa sampai tamat, pengen banget sampai tamat huhuhu.... semoga aku rajin nulis.

SEBENARNYA TUH PENGEN ADA PLAYLIST TIAP CHAPTER YANG KU TARUH DI MULTIMEDIA TAPI AKU BINGUNG MILIH LAGU YANG PAS HUWEEE (maap capslock saking frustasi nya)

Apa kalian punya rekomendasi? Kalau ada rekomendasi lagu buat chapter ini boleh banget hehe~

Mohon maaf apabila ada kesalahan tulisan atau simpang siur makna. Aku juga masih perlu banyak revisi. Pastikan sudah baca disclaimer di awal ya.

Sekian.

salam penoeh kasih,
- Ajoemi, 17 Nov.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Nov 27, 2023 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

1937 - 1942 : Stoppen Op JavaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora