01

19 3 0
                                    

Desa Gunung Lor, akhir 1942


Sari tidak menyangka kalau dirinya akan punya jalan hidup seklise ini. Ia harus menikah dengan anak Pak Karmin--kepala desa--karena emaknya tidak sanggup melunasi hutang yang dipakai untuk mengobati bapaknya yang bukannya sembuh, bapak malah meninggalkan mereka untuk selamanya. Sebenarnya, menikahi Lesmana bukanlah perihal yang sukar bagi Sari. Mereka sudah saling mengenal sebagai teman sejak masih berusia 7 tahun dan bersahabat baik sampai sekarang. Hanya saja, di dalam pertemanan antara Idhang, Sari, dan Lesmana, Sari lebih mencintai Idhang dan tidak memiliki perasaan apapun pada Lesmana. Meskipun dari segi wajah dan postur tubuh, Lesmana bisa dibilang pria tampan dengan pekerjaan mapan di Desa Gunung Lor walaupun ia dan keluarganya dibenci karena Lesmana merupakan anak kepala desa--yang sejak zaman kompeni hingga pemerintah Jepang datang memasuki Hindia Belanda tak terkecuali Desa Gunung Lor, Pak Karmin selalu tunduk dan menjadi kaki tangan penjajah--yang menjadi penghubung antara penjajah dengan masyarakat desa. Lesmana ikut dibenci bukan saja karena ia anak dari seseorang yang pro penjajah, tapi karena setelah ia beranjak dewasa, Lesmana bekerja untuk pemerintah Jepang sebagai pangreh praja yang bertugas mengawasi pengumpulan beras di Gunung Lor. Ia juga harus menekan para petani untuk dapat menghasilkan beras sesuai dengan target yang diberikan oleh pemerintah Jepang. Dilihat dari sini saja, orang pasti kesal dengan Lesmana kenapa ia harus mengikuti jejak langkah bapaknya sebagai kaki tangan penjajah.

Tidak ada alasan bagi Sari untuk menolak lamaran Lesmana. Masyarakat Desa Gunung Lor masih meyakini sebuah pantangan. Apabila kau menolak lamaran pertama, maka kau akan jadi perawan tua. Emak Sari--Mbok Rah--tidak mau kalau sampai anak perempuan semata wayangnya menjadi perawan tua seumur hidup tanpa ada yang menemaninya menjalani hari hari senjanya kelak. Tanpa anak, tanpa suami. Menyeramkan. Maka dari itu, Mbok Rah memberikan nasehat pada Sari sebelum lamaran dilaksanakan supaya Sari tidak menolak lamaran Lesmana. Lagipula Lesmana ini anak baik, emak tahu sendiri bagaimana perangainya karena kamu sudah berteman sejak kecil dengannya. Hanya saja memang kamu harus tahan-tahan dengan omongan orang orang sini. Mereka suka bergunjing tentang istri pejabat desa yang dekat sekali dengan penjajah. Tapi emak yakin Lesmana tak akan membiarkan kamu menderita. Ia laki laki yang mapan, Sar, kalau kamu dapat lelaki lain, emak tidak tenang sebab mereka belum mapan. Masalah omongan miring mereka, Lesmana pasti akan melindungimu.

Ya. Tidak ada yang salah kalau harus menerima lamaran Lesmana. Bukan karena Sari takut dengan mitos yang berkembang di masyarakat Gunung Lor. Ia hanya ingin menebus hutang mendiang bapak supaya tidak jadi bahan omongan terus menerus. Walaupun memang akan terlihat sepertinya dirinya dijual demi melunasi hutang mendiang bapak, apapun itu, terserah saja akan disebut apa pernikahannya dengan Lesmana nanti. Yang jelas, Sari tidak lagi bisa berharap bahwa Idhang akan membalas cintanya. Sari sudah tiga kali mengungkapkan perasaannya pada lelaki sederhana anak seorang petani miskin di Desa Gunung Lor--sahabatnya sejak kecil bersama dengan Lesmana. Idhang telah menolaknya tiga kali karena hatinya telah tertambat pada seorang perempuan dari desa sebelah bernama Punai. Walaupun Idhang belum berani menunjukkan perasaannya secara terang terangan pada Punai, Sari tahu bagaimana Idhang sengaja berjalan kaki dari desanya ke desa sebelah, sekadar untuk melihat Punai yang kadang mengerjakan pekerjaan rumah di waktu pagi dan sore hari. Kadang mencuci pakaian di sungai bersama teman temannya, kadang membantu ibunya di sawah, kadang menjemur pakaian, dan kadang menyapu halaman.

Sari pernah sekali waktu ikut menemani Idhang ke desa sebelah hanya demi melihat Punai. Gadis itu memang memiliki senyuman yang manis dengan deretan giginya yang putih dan rapih serta rambut panjang sehitam jelaga yang dengan teratur ia rawat menggunakan tanaman tanaman yang ia tanam di pekarangan rumah. Tubuhnya juga semampai dan pas. Punai adalah seseorang yang pemalu, begitu pula Idhang. Sehingga kalau mereka kebetulan bertemu, Idhang hanya tersenyum tipis malu malu begitu pula Punai. Idhang bahkan terang terangan mengatakan keinginannya untuk menikah dengan Punai suatu saat nanti ketika Nippon tidak lagi menduduki tanah desanya sehingga masalah kelaparan dapat segera diatasi dan ia punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak guna mempersunting Punai. Mendengar keinginan Idhang yang begitu besar ingin menikah dengan Punai, sudah jelas bahwa tidak ada lagi kesempatan bagi Sari mendekati dan mencoba memikat Idhang supaya tertarik pada dirinya. Walaupun memang berat, Sari berusaha menerima nasibnya yang tidak bisa bersatu dengan cinta pertama.

When The Music StopWhere stories live. Discover now