633. Some Defeats Are Worth More Than Victories (3)

135 19 3
                                    

.

「Beberapa Kekalahan Lebih Bermakna Daripada Kemenangan」

»–R–O–M–H–S–«

.


“Huft! Huft! Huft! Huft!”

Mata merah berkilauan tidak menyenangkan.

Dan wajah mereka yang melihat mata itu perlahan-lahan berubah menjadi cemas. Pada akhirnya, hanya ada satu orang yang bisa mereka lihat.

‘Tolong lakukan sesuatu soal itu.’

‘Apa yang mereka ingin aku lakukan?’

‘Hey! Kau Sasuk kami, kan? Kau juga tahu kalau dia dibiarkan meledak, akan terjadi kekacauan.’

Para bajingan ini biasanya tidak memperlakukannya seperti Sasuk, Dongryong ini, dan Dongryong itu, tapi hanya ketika keadaan menjadi seperti ini mereka akan berteriak ‘Sasuk!’ dan mencarinya.

“Ugh.”

Jika hanya Sajae atau Sajil yang menekannya, dia bisa mengabaikannya, tapi masalahnya adalah para Tetua di belakang juga secara halus memberikan tekanan pada Baek Chun.

Tak mampu mengatasi permintaan yang terang-terangan dan tekanan tak terucapkan yang mengikutinya, ia akhirnya menghela nafas dan menghampiri sisi Chung Myung, dengan hati-hati memeriksa suasana hatinya.

“Berturut-turut… kekalahan beruntun… tujuh kekalahan beruntun…”

“…….”

“Tujuh kekalahan beruntun dari Wudang rendahan…. Cuma sesuatu seperti Wudang….”

‘Dia sudah gila.’

Dia selalu sedikit tidak waras, tapi sekarang sepertinya dia benar-benar kehilangan akal sehatnya. Hanya dengan melihat tangannya yang gemetar dan matanya yang bergetar sudah cukup untuk mengatakannya.

Ini adalah kenyataan pahit bagi Baek Chun karena ia harus menghentikan Chung Myung yang gila, padahal versi “normal-nya ”sudah cukup sulit.

‘Oh, leluhur.’

‘Aku mungkin akan mati jika terus begini, serius.’

Baek Chun menghela nafas panjang dan membuka mulutnya dengan hati-hati. Ia harus menenangkan diri entah bagaimana.

“Ehm...”

“Grrrrr.....”

“Ehm, anu....”

“Apa?”

Mata Chung Myung menatap Baek Chun.

‘…Lihat tatapannya.’

Dia akan segera menembakkan api dengan matanya…

“Itu….”

Baek Chun tergagap tak seperti biasanya.

“Ka-kau sendiri yang mengatakannya bukan?”

“Apa?”

“Bahwa… Beberapa kekalahan lebih berharga daripada kemenangan.”

“…….”

Tak ada jawaban, tapi Baek Chun tersenyum canggung dan melanjutkan.

“Meski kita kalah, para murid masih belajar sesuatu, jadi jangan terlalu kecewa…”

Saat itu, kepala Chung Myung miring ke samping.

‘Tamatlah kami.’

‘Sudah berakhir.’

Cho Sam [ 4 ] ✔Where stories live. Discover now