Beberapa saat berlalu, sepiring nasi goreng miliknya telah habis. Jungoo menenggak segelas air putih yang telah disediakan. Ia berjalan menuju wastafel, bermaksud untuk mencuci peralatan makan yang telah ia gunakan. Tetapi sekali lagi, mereka tak membiarkannya melakukan apapun. Para pekerja ini bilang bahwa Tuan mereka hanya berpesan untuk memberi makan Kim Jungoo dan ia tak diperbolehkan melakukan apapun.
Akhirnya Jungoo kembali duduk pada kursinya. Tak diperbolehkan melakukan apapun, memang sudah seperti hewan.
Perhatiannya teralih pada sebuah taman. Banyak bunga berbagai jenis bermekaran, cahaya dari lampu taman yang menyorot serta buliran air hujan menambah kesan cantik pada taman bunga tersebut. Jungoo rasanya ingin berlari kearah taman, ia ingin kembali merasakan bagaimana sensasi ketika kaki telanjang menapaki tanah selepas hujan, pasti akan menyenangkan.
Entah sudah berapa waktu Jungoo habiskan didalam rumah, bahkan untuk sekedar keluar menapaki teras ataupun halaman depan ia tak pernah. Bagaimana ia bisa keluar, para pengawal itu selalu mengintimidasinya.
Lamat-lamat ia mendengar sebuah langkah kaki, jantungnya berpacu karena merasa langkah kaki yang tak asing. Ini langkah kaki Tuan-nya, ketukan dan suara yang dihasilkan berbeda dari langkah kaki lainnya. Dengan cepat ia berlari ke kamar nya, seakan mengatakan bahwa ia akan mati jika tertangkap sedang berada di dapur.
Setelah berada di kamar nya, Jungoo berbaring, berusaha menetralkan nafasnya sebaik mungkin. Sekian lama ia menunggu tetapi tak ada apapun. Jungoo merasa kelopak matanya sangat berat, lambat laun ia tertidur. Dengkuran halus yang terdengar menandakan ia sangat pulas.
Pintu kamar yang terlihat lebih tua dibanding kamar-kamar lain terbuka, menampilkan Jonggun dengan muka masamnya. Ketika mendapati si pirang yang sedang tertidur pulas ia semakin berdecak. Jonggun menarik kaos putih yang dikenakan oleh Jungoo yang membuat lelaki itu otomatis terbangun.
Jungoo yang kesadarannya belum terkumpul memandang bingung pada Jonggun yang terlihat sangat kesal. Tuan-nya itu kemudian duduk pada ranjang, dasi yang semula rapi dikenakan ditarik hingga tak berbentuk, jas hitam yang digunakan di lempar tepat mengenai wajah Jungoo, kancing kemeja putih yang dipakai terbuka menampilkan otot-otot perut yang terlatih sempurna.
"Ambilin air," Perintahnya tegas kepada Jungoo yang masih mematung.
Kim Jungoo yang kembali sadar segera mengambil segelas air yang berada dimeja pada kamar tersebut. Ia menyodorkan air itu yang langsung diminum dengan rakus, Jungoo dapat melihat dari tempatnya berdiri bagaimana jakun itu naik turun. Setelah menghabiskan isinya Jonggun menyodorkan gelas kosong tersebut kembali pada Jungoo.
Ketika Jungoo berbalik ia bisa melihat Tuan-nya sedang berbaring pada ranjang yang ia tempati selama ini. Manik hitam itu terpejam, Jungoo bingung, ia harus bagaimana? Entah benar atau salah Jungoo duduk pada tepian ranjang, sangat diujung, ia tak ingin memakan ruang.
Beberapa menit berisi kecanggungan. Jungoo dapat merasakan sebuah pergerakan dari belakangnya. Sebuah tangan mencekal lengannya, sebelum ia benar-benar tau apa yang terjadi Jungoo telah terbaring dengan paksa di atas ranjang.
Sesosok pemilik mata gelap telah berada di atas si pirang. Kedua tangan penuh otot berada tepat di samping wajah Jungoo. Mereka bertatapan, merasa aneh dengan situasi yang terjadi Jungoo memalingkan muka.
Jonggun berdecak, ia mendekatkan wajahnya menuju leher putih Jungoo, menghirup dalam aroma wangi yang menguar. Jungoo meringis, kehidupannya yang tenang nampaknya telah berakhir.
Suara serak serta rendah berbicara tepat pada telinga Jungoo, "Kenapa gue dikelilingi sama para pekerja gak guna Kim Jungoo? Mereka sampah, nangkep satu tikus aja gak bisa. Mereka cuma bisa ngebunuh sama ngambil organ, untuk kecepatan, mereka lamban."
"Mungkin...Tuan harus dapat pekerja baru?" Jungoo menjawab tak yakin.
"Lo mau Kim Jungoo?" Jonggun bertanya seperti menggumam.
Jungoo mengernyit tak paham, "Ya Tuan?"
Setelahnya tak ada jawaban apapun, hanya suara jam dinding yang bergerak setiap detik, meninggalkan Jungoo yang bingung sendirian.
Tetapi Jungoo merasa seperti ada yang aneh, Tuan-nya seperti tak bergerak. Dengan sangat pelan Jungoo menjauhkan tubuh Jonggun, ketika melihat mata yang terpejam barulah Jungoo tau mengapa Tuan-nya sedari tadi tak bergerak. Tertidur rupanya.
Si pirang itu menghirup nafas lega, setidaknya ia aman untuk saat ini. Jungoo menyingkirkan tubuh yang menindihnya dengan begitu berhati-hati. Dengan telaten ia menyelimuti Jonggun yang tidur pulas, memastikan bahwa Tuan-nya dapat tidur dengan nyaman.
Jungoo melihat pada jam yang sudah menunjukkan waktu lebih dari tengah malam. Petir-petir halus mulai kembali melukis pada langit gelap, sebentar lagi akan hujan. Jungoo mengambil sebuah selimut dari dalam lemari. Ia berjalan menuju sofa yang tak begitu panjang pada kamar itu, tetapi setidaknya itu cukup. Ia tak mungkin berada pada ranjang yang sama, menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi jika Tuan-nya bangun.
Cukup lama waktu berjalan hingga Jungoo kembali merasakan mengantuk, semakin di eratkan selimutnya karena udara dingin yang semakin menjadi karena hujan.
Setelahnya Jungoo benar-benar mengarungi alam mimpi.
------
YOU ARE READING
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo
