Ketika Jungoo ingin muntah kembali Jonggun terus saja menahannya. Jungoo merasakan kepala nya semakin pusing tak karuan. Bau anyir semakin memperburuk keadaan dalam ruangan.

Dengan arahan dari Jonggun, Jungoo mengambil beberapa organ, jantung, ginjal, kornea mata, dan entah apa itu Jungoo tak tau. Kesadarannya menipis, Jungoo merasa apa yang dilakukannya sangat tak manusiawi. Bahkan setelah apa yang dilakukannya Jungoo merasa tak layak disebut sebagai manusia.

Jungoo merasa tubuhnya semakin ringan, pandangannya seakan penuh kabut, pendengarannya berdengung, sebelum benar-benar tak sadarkan diri, Jungoo bisa merasakan tubuhnya ditangkap oleh Jonggun sebelum mengenai kubangan darah, ia melihat dengan samar bagaimana wajah dari Tuan-nya yang sangat sumringah. Bisakah Jungoo lari dari semua kegilaan ini? Sungguh menjijikan.
.

.
Udara dingin berhembus, langit abu-abu menjatuhkan rintik-rintik air hujan yang kian deras. Cahaya secepat kilat dengan suara gemuruh saling bersahutan.

Sesosok bocah lelaki berumur tak lebih dari 9 tahun bersandar pada dinding penyangga kolong jembatan. Pakaian tipis yang digunakan tak mampu menghalau udara dingin yang menusuk kulit. Tubuhnya kotor, debu serta tanah menempel pada kulitnya yang seharusnya putih bersih jika dirawat. Wajahnya tak kalah berantakan, lebam-lebam keunguan menghiasi setiap sudut bibir serta pada pipi. Dalam tangan kecilnya ia memegang sebuah roti.

Bibirnya terangkat, ia tersenyum. Sebuah roti berisi selai coklat yang masih hangat, hasil ia mencuri. Ia menyuapkan roti tersebut ke dalam mulutnya, begitu pelan, menikmati setiap rasa manis yang mengenai lidahnya. Seolah jika ia menghabiskan dengan cepat ia tak akan kenyang.

Seberapa lama ia mengunyah pun satu buah roti tak mampu mengisi perutnya yang kosong selama beberapa hari. Setelah habis ia mengadahkan tangannya kepada air hujan, menampung air dalam tangannya sebelum air tersebut mengalir pada tenggorokannya. Berharap saja bahwa ia tak akan sakit karena ini.

Jika ia sakit siapa yang akan merawatnya? Di basuh kan air tersebut ke wajahnya, ia sedikit meringis, perih, tapi tak apa, setidaknya ia tak akan mati, lagipula bukan sekali dua kali ia dipukul karena mencuri satu buah makanan.

Bocah lelaki itu, Kim Jungoo. Ia dibuang, otaknya masih menyimpan kenangan itu dengan jelas. Waktu itu ia disuruh menunggu pada sungai di bawah jembatan ini, Ibunya berkata akan kembali, tetapi itu semua kebohongan yang sangat nyata. Harusnya Jungoo waktu itu berjalan pulang, bukannya menunggu hingga tengah malam. Tetapi sayangnya ia tak tau arah, jadi ia kembali pada tempatnya di buang ini. Usia nya belum genap 7 tahun kala itu. Jungoo tau alasannya, Ibunya berkata bahwa ia membenci Jungoo, mungkin karena Ayahnya tak bertanggung jawab, yah lagipula bukankah jika seperti itu, hal demikian menjadi kesalahan yang dilakukan oleh Ibunya sendiri karena bodoh dalam hal memilih seorang lelaki? Bolehkah Jungoo tertawa? Alasan yang konyol bukan?

Sudahlah, Jungoo mengantuk. Ini belum larut malam sebenarnya, tetapi tubuhnya sakit karena ia dipukuli tadi. Tangan kurus miliknya mengambil selembar kardus yang ia lipat. Digelar kardus tersebut pada tanah yang ditumbuhi rumput. Memeluk tubuh nya sendiri untuk menghalau kedinginan, tetapi tak berefek apapun. Udara dingin tetap menusuk.

Malam itu, sama seperti malam-malam sebelumnya, Kim Jungoo tidur dalam kedinginan, serta penuh dengan kesendirian.
.

.
Si pirang dalam sebuah ruangan tersebut bangun, ia linglung. Kepala nya sakit, rasanya seperti akan pecah. Matanya menelisik, ia berada dalam sebuah kamar yang berbeda. Sedikit lebih sempit, tetapi Jungoo merasa lebih baik dalam kamar ini.

Otaknya flashback pada hal yang ia lakukan sebelum ia tak sadarkan diri. Jungoo tersentak, ia memandangi tangannya sendiri. Si pirang itu bergidik, masih terekam dengan jelas bagaimana 'isi' dari para jasad tersebut. Bagaimana mereka dengan tega melakukan hal seperti ini? Jungoo meremas rambutnya kuat, berusaha mengenyahkan memori-memori kegiatan mengerikan yang sialnya dia sendiri ikut melakukan.

Sangkar || GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang