Tiba-tiba saja Jonggun mendapat ide yang sangat menarik. Ia dengan cepat keluar dari ruangan penuh genangan darah menuju kamarnya. Kaki berbalut pantofel menginjak lantai dengan sedikit tergesa, menimbulkan tatapan heran dari para pekerja di rumahnya, tetapi mereka tak ambil pusing.
Jonggun menendang pintu kamarnya dengan begitu keras, membuat Jungoo yang duduk pada karpet berbulu tersebut langsung menegang. Maniknya tak berani menatap kepada sosok Jonggun yang menyeringai sangat lebar. Kedua belah bibir itu bahkan tertarik sampai atas, senyuman yang terbentuk membuat wajah tampan pemuda Yamazaki menjadi persis seperti jelmaan Iblis.
Jonggun menyeret tangan ringkih milik Jungoo. Dengan sangat tak sabar Jonggun terus menyeret Jungoo agar mengikutinya. Sepanjang kaki mereka melangkah Jonggun terkekeh sangat mengerikan, Jungoo rasanya ingin kabur, ia tau apa yang akan terjadi bukanlah suatu hal yang menyenangkan.
Sampailah mereka pada sebuah pintu coklat yang nampak sudah tua. Kekehan dari sosok dengan manik kelam masih terus terdengar, Jungoo semakin merinding. Telapak tangannya tiba-tiba menjadi basah karena rasa takut yang melanda semua indra nya.
Ketika pintu telah terbuka Jungoo heran, begitu banyak kardus-kardus bekas serta barang yang sudah tak berfungsi lainnya. Jungoo mengernyit, hanya sebuah ruang bawah tanah biasa? Tetapi nampaknya Jungoo salah, ada pintu lain didalam ruangan ini. Dari balik pintu ini pun Jungoo sudah bisa merasakan bau serta aura yang sangat mencekam.
Saat pintu telah terbuka sepenuhnya Jungoo melotot. Ia dapat merasakan seluruh sarafnya melemah, pusing serta mual terjadi padanya. Bagaimana tidak, lantai penuh dengan genangan darah dari manusia-manusia tak bernyawa, gumpalan kecil daging tersebut berceceran, organ dalam atau entah apapun itu sangat jelas berserakan di lantai.
Jungoo merosot, masih dengan satu tangan yang dipegang oleh Jonggun, setidaknya ia tak langsung jatuh pada genangan darah. Jungoo merasa makan malam yang baru ia telan beberapa saat lalu kembali naik kepermukaan. Melihat Jungoo yang ingin muntah, Jonggun membekap mulut Jungoo agar tak mengeluarkan isi perutnya. Mata Jungoo berair, ia sangat mual tetapi ia ditahan untuk tak bisa memuntahkan apapun.
Dirasa cukup Jonggun menarik Jungoo yang limbung agar kembali berdiri. Sedikit menyeret Jungoo agar mereka mendekat pada orang yang sibuk 'bekerja'.
Jonggun bersuara, "Berhenti."
Cukup dengan satu kata tersebut para bawahnya langsung patuh. Mereka langsung berdiri dengan begitu tegap.
Jonggun mendekati salah satunya, kemudian mengambil pisau yang tentunya penuh dengan darah. Ia kembali berjalan menuju Jungoo yang Jonggun rasa pemuda pirang ini tak kuat lagi untuk sekedar menopang tubuhnya sendiri. Jonggun menyodorkan sebuah pisau tersebut pada hadapan Jungoo.
"Ambil organ mereka buat gue, Kim Jungoo," Ucapnya rendah tepat pada telinga si pirang.
Tangan ringkih itu dengan gemetar menerima sebuah pisau yang disodorkan. Jonggun kembali menarik Jungoo menuju salah satu mayat yang tergeletak. Jonggun memberi gestur kepada para bawahannya agar mereka semua menunggu diluar.
Sekarang dalam ruangan yang begitu luas tersebut hanya tersisa dua manusia dengan nyawa serta puluhan jasad. Jonggun masih menatap intens pada Kim Jungoo yang tak bergeming sedari tadi. Jungoo hanya terus duduk bersimpuh memandangi mayat dihadapannya dengan takut.
Jonggun berdecak, "Ambil, atau organ lo yang gue ambil, Jungoo."
Mendengar kalimat tersebut Jungoo semakin menangis tapi tak terisak. Dengan pandangan terhalang air Jungoo menyayat tubuh para jasad. Gerakannya acak-acakan, Jungoo tak tau dengan ini semua. Darah yang mengenai mukanya membuat dia semakin mual. Berkali-kali ia memalingkan muka karena tak tahan melihat apa yang dia lakukan barusan. Jungoo rasanya ingin kabur, tetapi tepat dihadapannya Jonggun menatapnya dengan senyuman layaknya seorang iblis.
YOU ARE READING
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo
