11.

414 63 28
                                    

Move on, mengikhlaskan.

[Lebih banyak narasi, panjang]

Setelah selesai event, Jaemi tiba-tiba kaya menghilang gitu aja. Bahkan dia keluar dari grup yang isinya dia, Rena dan Haecha tanpa kejelasan. Sempet dia di chat Rena, tapi sama Jaemi ngga di bales sama sekali.

Kalo Haecha sih maklum, Rena ini bingung karena kena cut off tiba-tiba.

Pas nanya ke Haecha, malah teman nya itu bilang Jaemi lagi ada banyak masalah.

Yaudah Rena los dol wae lah di cutt off, pikir keri.

Sedangkan Jaemi pelan-pelan mulai coba move on dari Jeno. Dia nyibukin diri, upgrade, dan bahkan dia ikut komunitas pencinta alam biar bisa naik gunung terus. Selain itu Jaemi juga ikut kelas khusus lukis, buat penyembuhan mental.

Mungkin kesan nya Jaemi kaya lebay banget, tapi beneran kemarin itu sakit nya ngga main-main.

Sekarang Jaemi lagi ikut kelas lukis sehabis pulang dari ulangan tengah semester, ini udah sesi dia ke sepuluh.

"Huft." Jaemi menghela nafas panjang sambil mulai ngelukis tentang perasaan dia saat ini.

Dengan headphone putih yang terpasang di kepala, mendengarkan lagu milik vionita yang dia putar repeat.

Pertama-tama Jaemi membuat bayangan lelaki dan perempuan, lalu mulai menggambar perempuan di belakang nya sebagai pihak ketiga.

Itu menunjukkan perasaan, saat Jaemi hanya bisa melihat kedekatan Jeno dan Rena dari belakang.

Setelah itu Jaemi melukis goresan darah di bagian dada, itu perasaan yang menyatakan bahwa hati Jaemi pada saat itu tercabik-cabik begitu hebat nya.

"Sakit." ungkap Jaemi dengan mata berkaca-kaca saat merobek bagian dada lukisan yang menggambarkan dirinya, sebelum menjahitnya seperti menyembuhkan luka.

Setelah selesai Jaemi menangis sejadi-jadinya sambil kedua tangan nya mencekal lukisan dengan erat, dia menumpahkan semua kesedihan di dada nya berharap besok sakit nya telah usai dan hilang.

Beberapa saat kemudian tangis nya terhenti, melepaskan headphone dan mematikan lagu. Sebelum menarik ingusnya sambil memakai ransel pink nya, bersiap untuk pulang.

"Jaemi."

Saat hendak keluar dari studio, Jaemi merasa namanya di panggil. Dia boleh dan malah nemu, pemilik studio lukisan ini nyamperin dia.

Namanya Hao.

"Iya, kenapa kak?" tanya Jaemi.

Hao senyum sebelum berjalan ke arah Jaemi sambil bawa lukisan yang tadi pelanggan nya itu lukis, menyodorkan lukisan itu yang udah di lapisi koran.

Dahi Jaemi berkerut bingung, "buat apa kak?"

"Sesi lo udah abis, minggu depan ngga usah ke sini lagi. Ini kenang-kenangan aja." ucap Hao masih dengan senyum manis nya.

Jaemi menggeleng.

"Ga usah, bakar aja." kata Jaemi lalu berbalik jalan lagi.

Menurut Jaemi itu lukisan kalo di simpen cuma bikin sakit aja, mending di buang atau di bakar biar sakit nya ilang.

Tapi belum aja Jaemi keluar pintu, Hao sudah lebih dulu menyusul dan mencekal tangan yang lebih muda.

"Bentar Jaem!" pekik Hao.

Sedangkan Jaemi langsung reflek menepis tangan Hao, saat tiba-tiba tangan di cekal begitu. Dia cuma kaget aja, ngga bermaksud.

"Eh maaf kak." ucap Jaemi sambil menundukkan kepala karena merasa bersalah.

Reckles [✓]Where stories live. Discover now