630. I'm Proud to Become Hwasan Disciple (5)

150 17 0
                                    

.

「Aku Bangga Menjadi Murid Hwasan」

»-R-O-M-H-S-«

.

Energi pedang biru melonjak dan diblokir oleh energi pedang merah crimson.

Namun, pedang merah tampak terlalu lemah untuk sepenuhnya menghentikan semua energi pedang biru yang mengalir seperti gelombang

"Sasuk."

Baek Chun tanpa sadar menggigit bibirnya.

- Mulai hari ini, aku adalah gurumu.

Bayangan Un Gum yang berbicara dengan ramah sambil tersenyum masih terbayang jelas di benak Baek Chun.

Di mata Baek Chun, Un Gum adalah pria yang paling mengesankan di dunia saat itu.

Bahunya yang lebar seakan merangkul segalanya, dan mulutnya yang tegas menunjukkan kepercayaan diri yang kuat.

Kesan seperti itu menunjukkan pribadi Un Gum. Dia sebenarnya tidak pernah mengabaikan latihannya sendiri selama satu hari pun saat mengajar murid-murid Hwasan.

Sampai-sampai dia berpikir bahwa jika ada orang yang terbuat dari pedang, maka dia adalah orang itu.

Seseorang yang dia kagumi. Seseorang yang masih dia kagumi bahkan sampai sekarang.

'Sasuk...'

Isak tangis samar-samar terdengar dari suatu tempat.

Sebuah isakan seperti erangan, yang telah mereka tahan dengan susah payah, akhirnya keluar saat mereka mengatupkan bibir mereka, tidak bisa menahannya.

Semua orang tahu persis perasaan seperti apa yang dirasakan Un Gum saat berdiri di sana.

Itu sebabnya mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka.

Bahkan jika mata mereka kabur karena air mata, mereka tidak akan mengalihkan pandangan mereka. Mereka menggigit bibir mereka meskipun rahang mereka bergetar dengan sendirinya, dan hati mereka sangat sakit sehingga terasa seperti akan robek.

Itu bukan hanya pertandingan tanding biasa.

Itu adalah tangisan Un Gum. Seperti biasa, Un Gum selalu menunjukkan ajarannya kepada mereka melalui tindakan, bukan kata-kata.

Bagaimana mungkin seorang murid mengalihkan pandangannya dari ajaran sang guru?

'Aku pasti akan memperhatikan dengan seksama.'

Baek Chun mengepalkan tangannya dan membuka matanya lebar-lebar. Dia tidak bisa melewatkan satu momen pun.

Di antara para murid yang penuh semangat ini, hanya Un Am yang memperhatikan Un Gum dengan sudut pandang yang sedikit berbeda.

'Sajae.'

Energi pedang itu terasa kasar.

Itu bukan pedang masa lalu yang diasah menjadi lebih tajam dari mata pedangnya. Pedang itu kasar, tidak alami, berderak seperti roda gigi yang tidak menyatu dengan baik.

Seolah-olah roda pemintal tua itu berdecit dan berteriak di tengah angin dan hujan.

Tapi....

'Ya, Sajae. Apa yang salah dengan itu?'

Yang memegang pedang itu masih Un Gum.

Un Am tahu.

Betapa sakitnya bagi seseorang yang terjatuh dari gunung yang tinggi untuk menyeret kakinya yang patah kembali ke puncak gunung.

Cho Sam [ 4 ] ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα